SELAPARAH

PROLOG

"Beratnya hidup itu, ya hidupku. Aku mana tau bagaimana berat hidup orang lain. Yang aku tau hanya bagaimana aku menjalani beratnya hidup yang mesti kujalani" ucap Alma masih dengan mata yang setia memandang langit diatasnya.

"Kenapa jadi diam? Ga ada respon sama sekali gitu?" Seru Alma kepada Raja yang sedari tadi hanya menampakkan senyum pada kedua sudut bibirnya. Tak ada respon tersendiri darinya akan kalimat yang baru saja dinyatakan oleh Alma.

Huftt... hela nafas Raja sebelum menjawab pertanyaan Alma tadi.

"Beratnya hidup itu ga akan ada kalau kita ga terlalu berlarut dalam masalah yang sedang kita hadapin Al, beratnya hidup itu ada, kalau didalam fikiran kita selalu percaya bahwa hal berat yang sedang kita lalui itu terasa sangat menyiksa dalam hidup kita. Walau pada nyatanya, terkadang masalah itu adalah hal yang lumrah dalam kisah hidup. Dan pendapatmu juga tak salah menurutku. Arti dari beratnya kehidupan itu tergantung siapa yang sedang menjalankannya, karena tidak semua perihal kesulitan hidup sama terjadi pada tiap individu yang menjalani kehidupan" Jelas Raja dengan mata yang masih memandang langit diatasnya. Sedangkan Alma, sedari tadi hanya terdiam sembari menatap wajah Raja yang tepat disampingnya.

"Kalau aku pribadi, tidak terlalu memusingkan perihal beratnya hidupku. Karena bagiku, kehidupan itu memang memiliki dua proses. Kebahagiaan dan Kesulitan. Dan sejauh ini, apapun kesulitan itu aku masih bisa melewatinya"

"Kamu itu harus paham akan hidupmu Al, lihat dari segala arah pandang, apa hidupmu itu seberat itu? Walau terkadang kesulitan itu menerpa, ingat! Sampai titik ini kamu bahkan masih hidup! Itu artinya kamu mampu melewati beratnya hidup itu. Jadi jangan pernah merasa bahwa kamu itu satu-satunya manusia yang menderita diatas bumi ini"

Seketika kedua sudut bibir Alma terangkat. Alma bahkan tak pernah menyadari betapa beruntungnya ia berjumpa dengan pria yang sedang berada disampingnya saat ini.