1.PERGI

4 1 0
                                    

Kepalanya terangkat, menatap langit gelap di atas kepalanya. Kini ia bingung, karena saat ini ia hanya terus berjalan tanpa tujuan yang jelas. Ia merasa terlalu malu bila harus meminta bantuan dari keluarganya.

Karena saat ini ia tengah melakukan suatu hal yang mungkin tak akan pernah disangka satu pun oleh keluarganya. Ia pergi dari rumah. Otaknya sudah terlalu lelah, hingga perihal pergi kemana saja ia tak tahu, yang ia inginkan hanya pergi meninggalkan sebuah bangunan yang disebut orang rumah itu.

"aku harus kemana lagi tuhan?" bisiknya frustasi kepada Tuhan yang ia sangat percaya adanya. Hanya satu hal yang kini ia percaya, bahwa Tuhan akan selalu bersamanya. Dan karena itulah ia berani keluar dari kehidupan yang orang lain sebut "zona nyaman" untuknya padahal bukan.

Lelah, gadis berambut sebahu itu memilih menghentikan langkahnya lalu duduk pinggir jalan. Malam itu, langit sangat ramai. Ramai dengan cahaya rembulan yang disertai kerlap-kerlip bintang yang berada di sekitarnya.

Pikirannya mulai bercabang, memikirkan ia harus kemana? Ia akan tidur dimana? Apa ia telah membuat orang lain khawatir akan dirinya? Apa semua seolah tak perduli dengan tidak adanya dirinya disana? Apa semua baik-baik saja? Segala pikiran yang terpikir di otaknya penuh dengan kalimat tanya.

Ia menatap jalanan yang sepi, walau sesekali ada motor atau pun mobil yang melintas dijalan itu. Dalam lamunanya ia terus berandai, andai ia tak lahir ke bumi.
Kadang ia sangat tahu, "kenapa tuhan menciptakannya?" namun hingga saat ini pun ia belum mendapatkan jawaban apa pun atas pertanyaannya itu.

"Alma!"

Pandangan yang tadi kosong kini tertegun dan mencari sumber suara yang baru saja menyerukan namanya. Ternyata suara itu berasal dari pria yang kini menghentikan motornya tepat di depan Alma. Ya! Gadis berambut sebahu itu bernama Alma.

"lo ngapain disini?" Alma rasanya ingin menangis saat ini. Tapi ia terlalu malu. Ia terlalu malu menampakkan kehidupan yang pasti tak akan pernah pria itu sangka benarnya.

"Oy! Lo ngapain disini malem-malem Almaa?"

Pria itu mulai turun dari motornya. Lalu menatap penuh tanya pada gadis di depannya. "Lagi ada masalah?" tanya pria bernama Putra itu dengan nada pelan. Saat itu juga pertahanan yang dibangun oleh Alma hancur. Ia menangis sejadi-jadinya di pundak Putra yang tak tahu harus bagaimana.

Dengan lembut, ia mulai membawa Alma semakin dekat dengannya. Mendekapnya penuh sayang. "tenang ya... Ada gue kok"

Kata-kata Putra tadi membuat Alma semakin menjadi. Ia tak tahu lagi, rasanya menangis dalam dekapan pria yang tak lain temannya sendiri itu setidaknya bisa membantu mengurangi rasa takutnya.

Setelah dirasa isakkan Alma sudah berkurang, Putra mulai kembali bertanya. Ada apa deng-an temannya itu.

"kenapa Al?" tanya Putra dengan nada bicara sepelan mungkin.

Beberapa menit Alma masih berdiam. Namun kini, ia memutuskan untuk melepas dekapan Putra. "gue pergi dari rumah Put" ucap Alma ragu-ragu dengan menatap Putra.

"gue gak bisa lagi tinggal disana" tambah Alma dengan air mata yang kembali menetes.

Putra kembali melebarkan kedua tangannya. Dan tanpa ragu pun Alma kembali masuk ke dalam dekapan Putra dan kembali menangis dalam dekapannya.

"udah... Tenang dulu..." ucap Putra lagi dan perlakuan Putra itu membuat Alma sangat tenang berada di dekapannya.

"gue bingung Put... Gue bingung harus kemana, gue terlalu malu untuk numpang ke keluarga gue yang lain..."

Dengan lembut Putra mengusap puncak kepala Alma "urusan itu gampang... Lo bisa tinggal di apart gue dulu kok... Ntar gue yang bilangin ke nyokap gue..."
Seketika Alma melepas dekapan Putra, lalu menatapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELAPARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang