2. stranger and teaser

2 2 2
                                    

Bel sudah berbunyi, menandakan berakhirnya jam mata pelajaran yang terakhir. Seluruh siswa berhamburan keluar dari dalam kelasnya masing-masing.

Aku keluar dari kelasku, berjalan menyusuri koridor menuju gerbang SMA Arthur. Tapi belum sempat keluar gerbang, aku ditahan oleh seseorang yang mengendarai motor ninja berwarna merah berpadu hitam dan memakai helm full face.

Dia membuka helmnya, menampakkan wajah seseorang yang tidak kukenal.

"Kau mau pulang?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Hey, kenapa kau diam?" Tanyanya untuk yang kedua kalinya dan masih kutatap tanpa ekspresi dan kali ini sedikit tajam, karena dia menghalangi jalanku.

Tapi sepertinya dia tak peduli dengan tatapanku. Lalu dia kembali berbicara.

"Kenapa kau diam?" Tanyanya dan kubalas cepat.
"Kau menghalangi jalanku" ucapku dengan nada kesal.

Dia tertawa.
Why, apa yang dia tertawa kan. Sedari tadi dia selalu tertawa saat aku berbicara. Sepertinya dia sudah tidak waras. Batinku.

Tanpa menghiraukannya lagi, aku langsung berjalan melewati motor serta pengendaranya.

Kulihat dia dengan ekor mataku, dia masih tertawa, sebenarnya apa yang membuatnya tertawa. Dia menatapku, buru-buru kupalingkan wajahku.

Aku berjalan kaki hari ini. Tidak, sebenarnya setiap hari aku berjalan kaki ketika pulang sekolah. Bukan karena aku tidak punya uang untuk membayar angkutan umum, tapi aku lebih suka berjalan kaki.

Tapi hari ini berbeda, karena aku tak sendiri. Sedari keluar gerbang SMA Arthur, dibelakang ku sudah ada motor serta pengendaranya yang mengikutiku, membuatku semakin risih.

Aku langsung berhenti berjalan dan dia pun ikut berhenti.

"Ada apa, kenapa kau berhenti. Apa kau mau aku tumpangi ... atau hal lain" ucapnya sambil tersenyum jahil

"Kau tidak punya pekerjaan lain, selain mengikutiku. Kau tau, kau sudah membuatku risih dan muak. Bisakah kau berhenti untuk mengikutiku, dan kumohon pergilah dari sini sekarang juga, karena..."ucapan panjang ku terhenti, lalu aku berbalik menatapnya tajam

"Aku tidak mengenalmu"
Dan setelah itu kutahan taxi dan berlalu pergi dari hadapannya.

°°°

Aku tiba didepan rumah yang terlihat megah bak istana yang dikelilingi oleh pagar hitam-emas yang menjulang tinggi.

Aku membayar harga taxi lalu berjalan masuk kedalam pagar yang didalamnya terdapat rumah megah, ya, itu rumahku.

Perlahan kubuka pintu rumahku, dan ternyata seperti biasa hampa, kosong, dan gelap walaupun lampu menyala tapi menurut pandanganku, rumah megah bak istana itu sangat gelap.

Lalu aku perlahan masuk dan kembali menutup pintunya. Aku berjalan menuju kamarku yang berada dilantai tiga.

Kurebahkan tubuhku diatas kasur empuk, sangat menenangkan. Lalu kupejamkan mataku.

°°°

Aku membuka mata, melihat tubuhku yang masih terbalut seragam sekolah juga rok berwarna abu-abu.

Lalu aku berjalan menuju kamar mandi dan jangan tanya apa yang kulakukan.

10 menit kemudian, aku keluar dari dalam kamar mandi dan sudah berganti pakaian menjadi piama yang bergambar kartun katak. Kalau tidak salah namanya Keropi.

Setelah itu aku berjalan keluar kamar dan menuruni tangga sebanyak dua kali.

Aku memutar pandanganku, melihat keadaan rumah apa masih sama seperti tadi atau tidak.

Tapi, tunggu, tampaknya tidak. Aku melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di sofa.

Shit batinku

Dia melihatku tengah berdiri tanpa pergerakan sambil melihatnya dengan tatapan dingin.

Dia berdiri dari sofa, lalu berjalan mendekatiku sambil tersenyum manis.

Dia berhenti tepat di hadapanku dan mendekatkan wajahnya, hingga tersisa sekitar 1 inci jarak diantara kita. Dan masih belum ada pergerakan dariku, kutunggu apa yang akan dia lakukan atau apa yang akan ia katakan setelah ini.

Aku tidak takut, karena aku yakin dia tidak mungkin melakukan hal yang macam-macam padaku.

"Kau cantik" ucapnya sambil tersenyum tapi kubalas dengan tatapan datar.

"Bisa mundur, aku tidak suka berbicara dengan jarak yang sangat dekat seperti ini" ucapku.

"Hmmm, baiklah jika itu yang kau mau" lalu ia memundurkan langkahnya

"Ada urusan apa?" Tanyaku lalu berjalan menuju sofa untuk duduk, dan diikuti dia dibelakang ku.

"Apa aku harus punya urusan dulu untuk datang kesini. Ayolah, aku datang kesini karena rindu padamu" ucapnya lalu ikut duduk di sebelahku.

"Kau rindu menyiksaku?" Tanyaku sambil tersenyum remeh.

"Aku minta maaf" ucapnya lalu kujawab cepat

"Sampai kapan kau akan minta maaf. Sedangkan setiap saat kau menyiksaku." Ucapku sambil menahan emosi. Dan rasanya mataku memanas dan mungkin juga sudah terdapat genangan air mata yang siap terjun kapan saja.

Ku lihat dia terdiam sambil menunduk, dan kurasaka pipiku basah pasti air mataku sudah terjatuh
Sial

Kuusap cepat air mataku yang terjatuh di pipiku. Aku tidak mau dia anggap aku lemah.

"Alhen-" ucapannya terhenti, sial air mataku terus turun tak henti-henti nya dan dia melihatku.

"Alhena, Alhena..." Teriaknya, saat melihatku berlari menaiki tangga dan kurasa dia mengejar ku.

Belum sempat aku membuka pintu kamarku, tanganku  sudah tertarik dan pasti Arival yang melakukannya.

Dan seketika dia menarik tubuhku, dan mendekapnya juga mengeratkannya seperti takkan melepaskannya.

Hangat itu yang pertama kurasakan didalam dekapannya.

"Kau mau menyiksaku lagi?" Tanyaku lirih didalam dekapannya.

"Tidak" ucapnya singkat.

"Lalu..."

"Aku hanya ingin memelukmu, tidak menyiksamu" ucapnya lalu mencium puncak kepalaku.

Perlahan ia merenggangkan pelukannya lalu menatapku sambil tersenyum juga mengelus rambutku.

°°°

Sudah sekitar 3 jam Arival dirumahku dan sudah selama itu juga dia membuatku harus menahan kesal.

"Kau tidak pulang, ini sudah larut malam. Aku tidak mau membuat tetangga berpikiran aneh" ucapku tanpa memandangnya.

Dia melirik jam yang tertempel didinding rumahku, pukul 20.27
"Baiklah" ucapnya lalu berdiri dari sofa lalu berjalan kearah pintu utama.

"Kau tidak berniat mengantarku sampai mobil?" Tanyanya sambil terkekeh.

"Ayolah Arival, lampu jalan di kompleks ini tidak pernah mati" ucapku sambil menggerutu kesal.

"Bisa ku ganti namamu?" Ekspresinya langsung berubah drastis, datar dan dingin.

"Maksudmu..."

"Ku-cap kau sebagai wanita kurang belaian" setelah mengucapkan itu, Arival berlalu dari ambang pintu.

Ku-cap kau sebagai laki-laki gila batinku lalu kututup pintu dan barjalan menuju kamarku.

°
°
°
°
°
°
°
To be continued

Don't forget the vote and comment, as much as possible, fast updates

Okay...
Siyu...

Jum'at, 10 Januari 2020
Rahmadhani

What I wantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang