Hari Minggu kupikir akan sama seperti minggu yang lalu, tapi ternyata hari ini sangat cerah
Aku menuruni tangga dengan baju santai. Hari ini aku berniat untuk joging, cuma keliling kompleks saja.
Kulihat keadaan rumah, sangat sepi. Sebenarnya dimana semua penghuni rumah, apa mereka sudah mati atau bagaimana.
Aku tak peduli lagi lalu berjalan menuju pintu utama.
Sekitar 15 menit aku berkeliling, kulihat ada sebuah taman dikopleks dan banyak penjual makanan dan minuman disana.
Mungkin istirahat sedikit tidak apa, lalu aku berjalan menuju taman yang terlihat ramai.
Aku duduk sejenak sambil memainkan hpku. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang datang.
"Hai Alhena" sapanya ramah.
Lalu kudongakkan kepalaku melihat si pemilik suara itu, aku menatapnya datar.
"Kau masih mengingatku?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Siapa kau?"
"Elnart Achernar" ucapnya
"Kau lupa, ak-"
"Aku tidak mengenalmu" ujarku lalu berlalu dari hadapannya.
°°°
Apa hari ini adalah hari sial ku, aku bertema dengan laki-laki itu lagi.
Basic stranger
Aku berjalan menaiki tangga dengan langkah gontai menuju kamarku.
Ku rebahkan tubuhku di kasur empuk, sambil merutuki diriku sendiri.
Bel rumahku berbunyi, aku mencoba tak peduli ku biarkan saja dia terus berbunyi lalu ku pejamkan mataku.
Tapi suara bel itu tidak berhenti berbunyi, aku pun berjalan menuruni tangga dengan malas lalu membuka pintu.
Damn
Pintu utama terbuka, menampakkan seorang laki-laki yang selalu menggangguku dari kemarin.
Dia...
Elnart Achernar...°°°
Ternyata dirumahku ada Orang tua yang tidak pernah memberikan kasih sayang pada anaknya yaitu aku.
Sialnya, mama melihatku membuka pintu utama yang yang menampakkan El.
Lalu mama menyuruhnya untuk masuk kedalam rumah.
Dan saat ini yang terjadi adalah, El dan mama yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengobrol tapi tidak dengan aku yang duduk di sofa tapi hanya diam.
"Al, El diajak ngobrol yah. Mama mau kekamar dulu" setelah bersandiwara dan tersenyum singkat, mama berdiri dari sofa lalu berjalan menuju kamarnya.
Ku lihat El yang sedang menatapku sambil tersenyum dengan ekor mataku.
"Kau tidak pulang?" Tanyaku dingin.
"Hmm, apa aku mengganggumu?" Tanynya lalu ku jawab cepat.
"Sangat mengganggu" tegasku dengan menekankan kata mengganggu.
"Ku lihat kau selalu sendiri dimana pun dan kapanpun. Kau tidak mempunyai teman?" Ucapnya mengalihkan topik.
"Karena aku tidak tau caranya berteman" ujarku dingin.
"Kau bukannya tidak tau caranya berteman, tetapi kau tidak pernah mendekatkan diri dengan lingkungan" ucapnya panjang lebar.
"Kau tau kenapa aku tidak berteman. Dan apa kau juga tau apa arti kasih sayang yang sebenarnya?" Tanyaku dengan sedikit tersulut emosi.
"Oh jadi itu alasannya"
"Apa maksudmu?" Bentak ku sangat kencang dan sekarang air mata yang ku bendung sedaritadi sudah terjatuh di pipiku begitu deras, sakit.
"Kau mau menjadi temanku?" Tanyanya dengan nada yang sangat lembut, dan sambil tersenyum sendu membuatku bingung dan semakin emosi.
"Jangan pernah datang di hidupku dan membuat masalah semakin besar" ucapku dengan nada tinggi.
"Aku bukannya memperbesar masalah, tapi membuatmu melupakan masalah se-" ucapannya terpotong.
"Melupakan masalah, huh, maksudmu aku lari dari masalah, meninggalkan masalah. Itu maksudmu" ucapku sambil tersenyum remeh.
"Bukan meninggalkan dan tidak akan pernah kembali. Tetapi hanya untuk melupakannya sejenak, sesaat, agar kau bisa berpikir dengan kepala dingin. Karena masalah itu tidak semuanya bisa diselesaikan dengan marah-marah dan emosi. Apalagi masalahnya tentang kasih sayang, jatah kebahagiaan" jelasnyanya dan terdengar nada emosi. Setelah mengucapkan itu, dia berjalan keluar dari rumahku dan meninggalkan pekarangan rumah yang bak istana tapi sangat hampa.
Ku dengar langkah kaki seseorang, ketika kulihat ternyata mama sedaritadi mendengar pembicaraanku dengan El.
Very hurt
.
.
.
.
.
Tbc
Memuaskan nggak, kalau aku sih puas banget.Intinya, jangan lupa vote dan koment sebanyak-banyaknya dan juga jangan lupa follow Wp aku yah..
Jum'at, 10 Januari 2020
Rahmadhani
KAMU SEDANG MEMBACA
What I want
RomanceKau pernah bilang, bahagia itu sederhana. Tapi mengapa aku tak pernah bisa bahagia walau dengan hal yang paling sederhana -Alhena Velisyia Algieban Ada banyak hal yang kubutuhkan, termasuk kasih sayang kedua orang tuaku. Tapi untuk mendapatkannya, s...