Aku melirik Jam weker yang tertera di atas nakas pukul 01.36. Sedari tadi aku tidak bisa tidur, sudah kucoba beberapa kali pejamkan mataku, tetapi tetap saja tidak bisa tidur.
"Bukannya meninggalkan dan tidak akan pernah kembali. Tetapi hanya melupakannya sejenak, sesaat agar kau bisa berpikir dengan kepala dingin..."
"Dia tidak tau maksud 'kasih sayang' ku, dia hanya asal bicara. Dia bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan 'diriku' dengan 'keluargaku'."
"Berteman, huh, memangnya apa itu 'teman'?"
Perlahan kupejamkan mataku dan kemudian tenggelam kealam mimpi.
°°°
Ku kerjapkan mataku beberapa kali melihat sekeliling kamarku yang sangat terang karena sinar matahari pagi yang masuk melalui celah kamarku.
Aku langsung beranjak dari kasur empukku lalu berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai, aku keluar dari kamar mandi.
" Kau mau menjadi temanku?"
"Apa yang dia inginkan dariku?, Ku kira dia adalah anak seorang konglomerat yang mempunyai banyak perusahaan besar dimana-mana. Tidak mungkin dia mengucapkan kata-kata menyebalkan itu karena dia mau hartaku. Lalu...apa maunya?"
Kudengar ketukan pintu dari luar kamarku dan dengan perlahan pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang ditangannya terdapat nampan berisikan semangkuk bubur dan segelas susu.
"Non Al, makan dulu yah, nanti sakit" ujar Bu Asri sambil meletakkan nampan itu diatas nakas dan setelah itu pamit pergi dari kamarku.
Aku tidak berpikir dua kali, ku ambil mangkuk yang berisikan bubur itu lalu kusantap dengan lahap.
Untuk kedua kalinya, aku mendengar ketika pintu dari luar kamarku.
"Masuk"
Perlahan Pintu itu terbuka,
Ada urusan apa dia datang ke rumahku, apa jangan-jangan mama yang menyuruhnya. Ck dasar tukang sandiwaraAku kembali fokus menyantap buburku tanpa menghiraukan Arival yang sedang menatapku sambil tersenyum.
Tiba-tiba Arival menyentuh sudut bibirku, "pelan-pelan"ucapnya lalu menjauhkan tangannya dari wajahku.
Selesai makan aku kembali fokus, bukan pada mangkuk kosong tetapi pada layar hpku.
Dan lagi-lagi Arival memperhatikanku sambil tersenyum.
"Kau sakit?" Tanya dan terdengar nada khawatir.
Aku hanya menggeleng tanpa menatapnya.
"Kau..."
Aku meliriknya sambil menaikkan sebelah alisku,
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya lagi dan sekarang nadanya seperti seseorang yang sedang kebingungan.
Dia kenapa
Dan aku membalas pertanyaannya dengan anggukan sambil berdehem pelan.
"Ada yang ingin kau bicarakan?" Tanya ku.
Dia mulai gelagapan benar-benar aneh.
"Apa kau sakit?" Tanya ku lagi.
"Ti-tidak" jawabnya pelan.
"Kau baik-baik saja kan?" Tanyaku lagi untuk yang ketiga kalinya dan kini aku sudah sangat penasaran.
"I-iya"
"Kau sudah tau?" Tanyanya sambil menunduk membuatku semakin bingung.
"Apa?" Tanyaku sudah sangat penasaran.
Arival kini metapku lekat dan terlihat jelas dia seperti merasa bersalah dan khawatir.
"Mama dan Papa belum membicarakannya denganmu?" Tanyanya lagi membuatku menjadi emosi.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanyaku dengan nada tinggi.
"...kita.....
.
.
.
.
.
.Tunggu part selanjutnya
Jangan lupa vote dan koment sebanyak-banyaknya ya gaes.
Babay
Selasa, 21 Januari 2020
Rahmadhani

KAMU SEDANG MEMBACA
What I want
RomanceKau pernah bilang, bahagia itu sederhana. Tapi mengapa aku tak pernah bisa bahagia walau dengan hal yang paling sederhana -Alhena Velisyia Algieban Ada banyak hal yang kubutuhkan, termasuk kasih sayang kedua orang tuaku. Tapi untuk mendapatkannya, s...