1. Spring

3.8K 322 93
                                    

Tidak apa-apa menjadi anak yang lemah dan tidak berguna, sekarang. Tapi jangan lupa, saat kau sudah memiliki cukup kekuatan, buktikan bahwa mereka akan menelan segala umpatan mereka dengan cara yang lebih menyakitkan.

💋💋💋

.

.

"Lihatlah wajahmu di cermin!"

Teriring kalimat tajam dan sinis itu satu toyoran singgah ke kepala Hinata. Di depannya Karin dan komplotannya, teman-teman dari SMP yang setiap hari merundungnya dulu tampaknya tak berpuas diri.

Ini awal masuk SMA, sialnya Hinata harus berurusan dengan para geng ular sawah ini lagi.

"Harusnya kau cukup tahu diri!" Hardiknya lagi. "Kenapa kau masuk ke sekolah ini sih!"

Satu anak lagi berambut pirang menatapnya tak kalah bengis, kali ini Shion makin manjadi-jadi karena tangannya sudah keterlaluan menarik rambut Hinata. "Kau masih mau cari perhatian kepada Naruto? Buat dikasihani gitu?!"

Hinata tak menjawab semua sampah yang keluar dari mulut mereka. Ia Hyuuga, pantang baginya merendahkan diri sendiri. Jadi meski sakit dan juga menyesakkan, ia akan menelan semua.

Ia sudah tahu kalau dia jelek, dia lemah dan kurang dalam bidang apapun. Semuanya serba nanggung. Mereka menyebutnya sebegai KENTANG-nya Hyuuga.

Ia akan menangis, tapi nanti. Tidak dihadapan para bitches ini.

.

"Kau pikir, kalau sekolah di sini kau bakal diselamatkan oleh kakakmu?! Dasar Hyuuga tolol!"

.

AAAAARRGGGGHHH!!!

Kelompok ular sawah berhambur karena tersemprot semprotan taman otomatis. Airnya berputar terus tanpa henti. Seperti rentetan umpatan para gadis yang menyembur-nyembur melalui bibir pink mereka. Selalu ada yang busuk, dibalik bibir ranum yang menggoda, yah walau tidak semuanya sih.

Sial, baju mereka basah kena air. Hinata yang dikerubungi malah aman, tapi begitu mereka berhambur pergi, dengan cepat si Hyuuga juga melarikan diri ke tempat yang lebih kondusif. Sepertinya, di bawah pohon di pojokan sana aman dari gangguan para ratu lebah.

.

.

💋💋💋

.

.

Hinata duduk di atas rumput di bawah pohon Ginko. Angin semilir setidaknya memberikan rasa segar terhadap kepalanya yang masih berdenyut karena jambakan Shion.

Bukan salahnya jika ia suka Naruto, toh bukan dia saja yang naksir terhadap pemuda itu. Tapi kenapa dia yang jadi bulan-bulanan geng itu? Kadang merundung itu tidak butuh alasan.


Ya karena mereka sakit jiwa saja, jadinya melakukan kekerasan. Menganggap semua kekurangannya bakalan sirna jika sudah merasa kuasa. Menindas bukan karena salah tapi karena minta perhatian.

Angin berhembus lagi, tanpa sadar Hinata menengadah. Dan mendapati sepatu kets yang menggantung.

.

.

Ah! Ia kira ia sendirian, tapi, ada anak yang nangkring di pohon. Tubuhnya bersandar di batang pohon yang besar. Sementara ia tertunduk dalam keadaan tidur.

.

Siapa pula yang tidak mengantuk di saat seperti ini. Suasananya mendukung sekali.

Hinata menggosok bahunya sendiri kerena membersihkan debu, lalu bangkit dan menepuk pelan ke belakang roknya supaya tidak ada kotoran yang menempel. Ini sudah saatnya. Ia harus berkumpul di aula, untuk menghadiri acara penerimaan siswa baru.

.

💋💋💋

.

.

Setelah suara sepatu itu beranjak pergi. Anak lelaki itu menguap, matanya terbuka. Pupil hitam kecoklatan itu berkilat tertimpa cahaya. Wajahnya cemberut, alisnya mengkerut sebal.
"Dasar merepotkan."

Ia lalu meloncat turun dan mematikan keran air yang tadi sengaja dibukanya sebelum naik ke atas pohon.
"Ckck... Kapan aku bisa tidur tenang di sekolah ini!" Gerundelnya.

Kakinya mengayun ke arah aula, sebelum beberapa siswa tampak berlari menyongsongnya sambil meredakan napas mereka yang terengah-engah.

Ah, terciduk rupanya. Untung saja sudah agak jauh dari tempat kesayangannya tadi.

.

"Kemana saja kau?! Semua orang mencarimu!"

"Tsk, merepotkan saja. Sudah kubilang, Neji saja."
"Kau kan ditunjuk sebagai representatif tahun ini!"

"Ckckck, kapan kalian berhenti merepotkanku?!"
"Hei-hei, kai harus lebih semangat. Ini adalah masa muda!"

"Diamlah, Lee. Aku pusing mendengarmu."

.

💋💋💋

.

.

Setelah sambutan kepala sekolah, representatif yang diwakili murid kelas tiga maju ke depan.

Pemuda itu Nara Shikamaru, tadi pembawa acara sudah menyebutkan rentetan prestasinya. Mulai dari olimpiade sains, olimpiade matematika juga. Cowok itu juga adalah ketua kelompok berkebun.

.

"Tes-tes!" Shikamaru mengetuk mic-nya seolah benda itu baru saja dinyalakan.
"Kalian pasti bosan." Wajahnya juga tampak ogah-ogahan untuk memberi kata sambutan.
"Jadi aku ingin mengucapkan selamat datang~" senyumnya tak sampai ke mata.
"Oh, sebelum aku turun, aku akan mengucapkan sesuatu."

Shikamaru menatap ke arah murid baru yang penasaran, "nikmati masa mudamu. Play hard, study hard." Senyumnya mengembang.

Hinata menatap pemuda itu penasaran. Tapi ia ingat betul bahwa dialah yang tadi tertidur di pohon ginko.

"Tidak apa-apa menjadi anak yang lemah dan tidak berguna, sekarang. Tapi jangan lupa, ketika kau sudah memiliki cukup kekuatan, buktikan bahwa mereka akan menelan segala umpatan mereka dengan cara yang menyakitkan." Shikamaru lalu menaikkan tangannya, melambai dengan gaya malas. Lalu turun begitu saja.

Tanpa penutup yang pantas, ia bahkan tidak peduli bagaimana wajah terkejut guru-guru sebelum gemuruh suara tepuk tangan menenggelamkan semua wajah itu.

Pemuda yang aneh itu, membuat kurva kecil di bibir Hinata. Meski ia tak yakin, dan tak mau juga ke-PD-an mengira Shikamaru berbicara kepadanya setelah kejadian tadi. Hinata merasa hangat.

Tidak apa-apa bertahan begini sekarang. Ia tak akan membebani Neji dengan permasalahannya. Ia juga tidak akan merengek kepada Hyuuga akan segala perundungan yang diterimanya. Ibarat kupu-kupu, ia masihlah ulat bulu jelek yang akan disingkirkan karena dianggap menganggu.

Tidak apa-apa. Ia akan menjadi kuat sedikit demi sedikit.

 Ia akan menjadi kuat sedikit demi sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TRULY SOMEKIND (ShikaHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang