"Hei, lihat. Siapa ini? Kalian tahu teman-teman, kudengar ada tukang bersih-bersih baru di sekolah kita." Brigita berkata kepada teman-temannya dengan nada mengejek saat aku melewati bangkunya sambil menenteng makanan. Harusnya aku berputar lebih jauh untuk menghindari bibir menyebalkan itu.
Aku berusaha tidak memedulikannya, tetapi sepertinya gadis itu memang berusaha memancingku. "Benar, kan? Chloeee?"
"Oh, entahlah, Brigita. Tapi, kudengar gajinya lumayan. Bahkan bisa sampai membeli omongan orang-orang kurang kerjaan."
Gadis dengan lipstik tebal itu sepertinya mulai tidak suka dengan reaksiku. "Katakan saja, berapa yang kau sogok agar kau bebas berkeliaran lagi di sini? Jujur aku sempat terkejut kau masih bisa menampakkan diri."
Aku mendecih. "Bukan urusanmu. Lagi pula, harusnya kau senang, kan? Bukankah kau yang melakukan semua itu padaku?" tanyaku ketus. Brigita sudah siap menampakkan taringnya.
"Sudahlah, Chloe," Anastasia menginterupsi sebelum kami memulai perang mulut. "Tidak ada gunanya berbicara dengan makhluk seperti dia." Sahabatku itu menyeretku mencari bangku yang lain untuk makan.
...
Untungnya pertemuan klub hanya dilakukan seminggu sekali. Jadi, aku masih bisa menyelesaikan tugas bersih-bersih setelah sepulang sekolah seperti biasa. Hal yang aku masih heran adalah ... bagaimana Brigita tahu kalau aku mendapat tugas ini? Namun, mengingat kejadian belakangan yang ada hubungannya dengan ia, gadis itu benar-benar harus diwaspadai.
Aku jadi ingat pernah mendengar suara langkah kaki saat bersih-bersih kemarin. Jangan-jangan itu Brigita dan komplotannya. Aku harus berhati-hati kalau ada di dekatnya.
Clowny masih suka melihat air berputar di dalam jamban. Aku jadi takut kalau itu adalah bawaan alam bawah sadarku. Norak sekali aku senang hanya karena melihat hal itu. Aku lebih suka melihat air terjun yang indah, bukannya pusaran air mini di kamar mandi. Kemudian tanpa sadar aku menekan tombol flush untuk kedua kalinya.
Samar-samar aku mendengar suara orang masuk ke kamar mandi. Lama kelamaan suaranya semakin jelas. Gerombolan gadis super heboh sedang menginvasi kamar mandi yang sedang kubersihkan. Aku diam mematung sampai mereka selesai mengobrak-abrik cermin yang ada.
Suara tawa melengking yang ada kini perlahan mulai menghilang seiring langkah kaki yang menjauh. Setelah kupastikan semua gadis itu pergi, aku keluar dari bilik. Entah ini sengaja atau tidak, tetapi lantai yang baru kupoles kini kotor kembali. Dan aku bisa bilang kalau tingkat kekotorannya setara dengan petani tradisional yang baru pulang dari sawah dan lupa untuk membuka sepatu botnya, lantas membawanya ke dalam rumah yang menyebabkan penghuni rumah marah-marah—oke, aku terlalu jauh mendeskripsikannya, tetapi tahu, kan, apa maksudku?
Aku melirik ke arah cermin tempat para gadis biasanya merias diri. Ada tulisan berwarna merah yang aku yakin ditulis menggunakan lipstik. Tulisan itu berbunyi, "Selamat bersih-bersih, Office Girl!"
Sekarang aku yakin lantai kotor itu memang perbuatan kurang kerjaan mereka. Aku membersihkan lantai itu untuk kedua kali.
...
Aku akan menyingkat bagian ini agar tidak ada orang yang berkata kalau aku ini orangnya suka bertele-tele—walaupun pasti masih ada saja orang yang bilang begitu setelah aku tidak menceritakan beberapa bagian.
Ok, begini.
Brigita dan kawanannya ketahuan mengerjaiku, mereka diskors, kemudian gadis berlipstik merah tebal itu menghilang tanpa jejak.
Ok, sudah. Gosip selesai.
Apa? Itu terlalu pendek? Aku tidak akan menceritakan semuanya karena terlalu panjang. Jangan memaksaku melakukannya. Jangan memaksa .... Ja—Baik! Baik! Kalau itu keinginan kalian. Akan kupastikan kalau ini akan jadi cerita yang ... dapat dinikmati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Juvenile State (END)
Teen FictionApa jadinya jika Ujian Tengah Semester tidak dilakukan di dalam kelas melainkan di tengah labirin yang membuat pusing tujuh keliling? Atau pernah terbayang mengerjakan Ujian Akhir Semester di sebuah hutan belantara? Oh! Ditambah avatar yang menjadi...