Hari ini UAS. Aku tidak menyangka saat ini akan datang juga. Waktu di mana aku bisa membuktikan pada semua orang kalau aku bukan seperti yang mereka pikirkan, khususnya pada Arennga. Aku akan menjadi orang yang patut diperhitungkan.
Sedari pagi, aku sudah tidak sabar. Bukan karena persiapanku sudah matang, tetapi lebih karena membayangkan tidak lama lagi aku bisa membakar pantat orang sombong itu seutuhnya.
Aku datang lebih pagi dari biasanya. Kelas bahkan baru diisi oleh beberapa orang. Sambil menunggu waktu ujian dimulai, kuputuskan untuk belajar sedikit lebih dahulu. Tidak ada salahnya menyegarkan otak, bukan?
Waktu berjalan cepat. Tidak terasa sudah banyak orang-orang yang mengisi kelas. Aku terlalu fokus sampai tidak sadar keadaan sekeliling.
"Kau terlihat sangat bersemangat!" sapa Anastasia ketika datang, diiringi pukulan di punggungku.
Aku tersentak. "Kebiasaan!"
"Kau sudah yakin bisa mengalahkan Arennga kali ini?" tanya Anastasia berbisik. Ia melirik ke sekeliling memastikan tidak ada orang yang dimaksud.
"Harus," aku meyakinkan.
"Siapa yang kau maksud?" Suara lelaki. Kami menegang. Arennga datang di saat yang sangat tidak tepat.
Aku memicing. Pandangan kami saling bertemu. "Bukan urusanmu," jawabku dingin. Namun, ketegangan di antara kami sudah memicu sesuatu yang jauh lebih panas dari api.
"Oh, sudahlah, kalian berdua!" Anastasia menengahi. "Tidak bosan apa kalian terus-terusan saling membenci satu sama lain?"
Kami berganti melihat Anastasia.
Gadis itu gagal menjadi penengah. Sebagai gantinya, bel masuk yang berhasil. Aku dan Arennga memutus kontak mata. Lelaki itu lantas pergi ke tempat duduknya. Tak lama kemudian, seorang guru masuk.
"Ayo, semua duduk, Anak-anak," kata Pak Dereck selaku koordinator UAS kelas kami.
Pak Dereck kemudian mempersiapkan berbagai hal sebelum memulai penjelasannya mengenai UAS. Mulai dari daftar nama sampai koneksi proyektor hologram.
"Sebelum kita memulai UAS, Bapak akan menjelaskan bagaimana peraturan yang berlaku," jelas Pak Dereck memulai. "Ujian Akhir ini berbentuk survival. Itu artinya kalian harus bisa bertahan hidup sampai akhir. Akan ada seratus orang dalam satu arena nanti. Semua kelas Scienta akan berada dalam satu arena. Hasil akhir nanti akan menjadi acuan peringkat paralel. Ada pertanyaan dahulu sampai sini?"
Aku melihat sekeliling, memastikan akan berasal dari mana sebuah pertanyaan muncul. Namun, sepertinya belum ada pertanyaan untuk saat ini.
"Baiklah, kalau tidak ada, Bapak akan lanjutkan." Pak Dereck memunculkan sebuah peta hologram yang cukup besar. Melayang di depan kelas dengan posisi diagonal sehingga semua murid dapat melihatnya dengan jelas.
"Tujuan dari ujian ini adalah untuk mendapatkan pemenang tunggal yang akan menjadi juara umum. Caranya, setiap orang akan memperebutkan nilai dari orang lain. Maksudnya, pada awal masuk arena kalian akan mendapatkan hit point avatar kalian berdasarkan jumlah nilai yang telah didapat selama satu semester. Setiap orang akan mendapatkan nilai keseluruhan dari orang yang kalah. Selain itu, kalian juga bisa mendapat nilai tambahan dari soal-soal yang telah tersebar di seluruh arena. Oh, iya, strategi juga sangat penting dalam ujian kali ini. Karena tujuan akhir dari ujian ini adalah 'orang yang dapat bertahan sampai akhir'."
"Ada pertanyaan?"
Seseorang mengangkat tangan. "Bukannya itu terkesan tidak adil? Orang yang sudah susah payah mendapat nilai bisa saja kalah telak oleh orang yang hanya duduk diam menunggu kesempatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Avatar System: Juvenile State (END)
Ficțiune adolescențiApa jadinya jika Ujian Tengah Semester tidak dilakukan di dalam kelas melainkan di tengah labirin yang membuat pusing tujuh keliling? Atau pernah terbayang mengerjakan Ujian Akhir Semester di sebuah hutan belantara? Oh! Ditambah avatar yang menjadi...