Eps. 7

125 30 0
                                    

Sohyun melempar tasnya begitu saja ke meja, dia menjatuhkan dirinya sendiri ke kasurnya, menggunakan bantal untuk menyembunyikan wajahnya.

"Kenapa, Jen." teriak Sohyun teredam.

"Gue benci lo."

Kalimat demi kalimat terus Sohyun keluarkan, siapa tahu perasaannya akan menjadi lebih baik. Walaupun seperti nya itu akan sulit.

"Kenapa gue harus suka sama Jeno?"

Pertanyaan itu keluar dari mulutnya, bagi Sohyun tidak ada jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Karena jika hati sudah memilih kita harus apa? Apakah harus menyalahkan hati sendiri? Lalu gunanya apa?

Sohyun terus berteriak hingga dirinya merasa lelah sendiri.

Dia membalik badannya menatap langit-langit kamarnya. "Apa gue harus tetep bantu?" tanyanya pada diri sendiri. "Dan buat gue ancurin diri gue sendiri?"

...

"Gue gak suka di paksa." ujar Yeri. "Tapi apa? Dia tetep aja maksa gue buat inget seseorang yang gak gue kenal sebelumnya. Dia bertingkah seolah dia kenal lama sama gue. Dan masa depan apa lah gak jelas."

Sohyun sekarang mengerti, mengapa hari ini ada yang berbeda dari kedua insan itu, mereka terlihat tidak dekat, seperti sedang bertengkar.

Mungkin Jeno mengatakannya kemarin setelah pulang sekolah, dan berarti setelah dirinya berbicara pada Jeno.

Memang Jeno itu orang yang keras, sulit untuk dinasihati.

"Lo gak tanya? Memang lo pernah ilang ingatan?" tanya Sohyun.

"Kata ibu gue gak." jawab Yeri.

"Kenapa lo gak tanya aja ke Jeno ada gak sesuatu yang bisa buat lo inget semua nya yang di bilang Jeno." usul Sohyun.

"Buat apa tanya hal yang gak jelas." ujar Yeri.

"Seenggaknya lo coba, siapa tahu apa yang di omong Jeno bener." ujar Sohyun, dia akan tetap membantu. Karena itu keputusan finalnya, walaupun dia harus terima akibatnya nanti.

"Yer, apa salahnya buat coba." ujar Sohyun.

Yeri terlihat diam untuk berpikir, apa dia harus mencobanya?

"Yeri..."

...

Jeno menatap interaksi keduanya dari tempatnya, apa Sohyun sedang mempengaruhi Yeri? Sebenarnya apa keinginan Sohyun?

Jeno menatap dengan mata elangnya nan tajam, tapi tidak ada yang menyadarinya.

"Gue gak akan biarin lo pengaruhi Yeri." ujar Jeno. Tangan nya sudah terkepal kuat, bahkan urat-urat nya sampai terlihat jelas.

...

Sohyun melangkahkan kakinya masuk, benar Jeno ada di ruang olahraga itu.

Sohyun duduk di depan Jeno. Jeno menatap tajam ke arah Sohyun.

"Mau apa lagi?" Kali ini Jeno yang mengawalinya.

"Deng-"

Jeno langsung memotong, dia tidak ingin basa basi, baginya tidak penting."Sebenernya lo siapa?" tanyanya.

"Mau lo apa? Jangan kacauin tujuan gue kali ini." ujarnya.

Sohyun diam, dia tertegun. Dirinya tak menyangka jika Jeno menganggap orang yang akan mengacaukan rencananya, padahal tidak ada sedikitpun niatan seperti itu.

"Gue gak ada niatan kaya gitu, Jen." ujar Sohyun. "Gue mau bantuin lo malah."

"Bantuin apa? Lo udah buat kacau tahu gak." balas Jeno.

Sohyun tidak tahu apa yang di maksud kalimat Jeno itu. "Kacau apa? Gara-gara gue gak ngasih tahu lebih awal soal Yeri?"

"Lo udah hasut Yeri, kan? Biar dia gak percaya sama gue?"

"Hasut apa, sih? Bukan karena hasutan tapi karena emang dia ngerasa gak pernah kenal sama lo." ujar Sohyun. "Terus gue mau di salahin juga gara-gara dia lupa, iya? Gue yang salah?"

Sohyun tidak dapat meredam amarahnya. "Gue kemaren udah ngomong sama lo, jangan paksain sesuatu, justru itu bakal kacauin semuanya. Tapi apa? Lo tetep maksa Yeri biar inget sama lo."

"Lo pikir ingatan enak di balikin? Lo pikir seenak itu?" tanya Jeno.

"Iya, kalo gak ada lo." ujar Jeno.

"Gue? Apalagi?"

Jeno dan Sohyun sudah sama marahnya, mereka tidak dapat mengontrol amarahnya sendiri.

"Lo. Lo gak tahu alasan gue." ujar Sohyun.

"Alasan apa? Alasan aja terus yang lo bilang." ujar Jeno.

"Lo gak bisa maksain Yeri buat inget, lo gak tahu akibatnya kalo lo tetep maksain biar Yeri inget semua, lo gak tahu sama sekali." ujar Sohyun. Ya, Jeno tidak tahu.

Jeno tidak terima. "Emang lo tahu apa? Lo tuh gak tahu apa apa soal gue sama Yeri. Lo cuma orang baru, jangan sok tahu."

"Gue emang orang baru, tapi-"

Bruk,

Keduanya berbalik melihat ke arah sumber suara itu. Yeri terjatuh di depan pintu. "Yeri!"

Keduanya  berlari mendekat Yeri yang tak sadarkan diri.

Jeno mengangkat kepala Yeri, sehingga kepalanya beralaskan lengan Jeno.

"Yeri, jangan lagi." Sohyun memegang tangan Yeri, yang mendingin dan berkeringat.

"Minggir." Jeno langsung mengangkat tubuh Yeri. Rasa marah kini berubah jadi Khawatir.

"Prof, gue butuh bantuan."

...

Jeno menggenggam jemari Yeri erat dengan perasaan khawatir. Sekarang mereka ada di UKS. Sohyun yang sejak tadi menatap dari arah pintu UKS akhirnya masuk.

"Ini yang gue takutin." ujar Sohyun.

Jeno melirik sebentar lalu menatap Yeri lagi, dia tidak ada niatan untuk membalasnya.

"Dan bener terjadi lagi." ujar Sohyun.

Jeno langsung menengok, dia tertarik akan ucapan Sohyun kali ini. "Maksud lo?"

Sohyun tidak menjawab pertanyaan Jeno, dia tetap melanjutkan kalimatnya. "Yeri orangnya kuat kok, dari dulu dia orang yang kuat, bahkan dari kecil."

"Kecil?" tanya Jeno lagi.

"Yeri itu temen yang paling baik bagi gue, dia yang selalu temenin gue dia dari kecil." ujar Sohyun lagi. "Dan sampe besar pun kita masih bareng, sampe SMA juga sama, cuma kelas kita beda. Gue sempet kepikiran, apa iya dia mau sahabatan sama gue terus? Terus gimana kalo gue gak ada sama dia? Tapi gue seneng, waktu denger dia punya sahabat lain, yang perhatian sama dia, yang selalu sama dia, gue seneng lo mau jadi sahabat dia. Sampe dia selalu cerita semuanya tentang lo ke gue, dan gue tahu kalo lo sahabat yang baik. Buktinya lo ada di sini cuma buat dia."

Jeno tertegun, dari cerita yang Sohyun sampaikan sepertinya dia dapat menyimpulkan sesuatu. "Lo dari masa depan?"

Time [END]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang