Eps. 5

141 32 3
                                    

So hyun berdiri diam di depan rumah itu, dia hanya menatap rumah itu dari posisinya. Dia menuju ke arah sebuah jendela yang ada di sisi kiri rumah. Sohyun mengetuknya.

"Ini gue, Sohyun." ujarnya.

"Masuk aja." balas seseorang dari dalam dengan pelan.

Sohyun kembali ke depan dan masuk, pintunya tidak di kunci.

Sohyun masuk ke dalam rumah itu, dan menutup pintu itu lagi. Lalu mengetuk salah satu pintu. "Aku masuk, ya."

Sohyun membuka pintu itu, dia tersenyum ke arah orang yang terbaring di atas kasur. "Gimana keadaan lo?" tanya Sohyun.

"Mendingan." jawab orang itu.

"Udah minum obat?" tanya Sohyun. Orang itu mengangguk.

"Seragam lo." ujar orang itu pelan, keadaannya tidak terlalu baik untuk bisa berbicara keras.

Sohyun tersenyum, "Iya, kaya tempat lo." balasnya.

"Wah, kita satu sekolah." sahutnya bahagia.

"Iya, jadi cepat sembuh." ujar Sohyun. "Ada kejutan lagi buat lo."

"Apa?" sahutnya penasaran.

"Gue kasih tahu kalo li udah berangkat sekolah." ujar Sohyun.

Ada mimik kecewa di wajah orang itu, dia memang memiliki rasa penasaran yang tinggi.

"Jangan kecewa, lo nanti juga tahu." ujar Sohyun menghibur. Tapi tetap tidak merubah ekspresi kecewa itu.

Sohyun diam sebentar, ada sesuatu yang dia pikirkan. Dia memejamkan matanya sebentar, lalu menghela nnafasnya. "Ada yang nyari lo." ujarnya.

"Siapa?" tanya orang itu lagi.

"Lo bakal tahu di sekolah." ujarnya.

"Lagi?" tanya orang itu.

"Untuk yang satu ini gue benar-benar gak bisa ngasih tahu lo." ujar Sohyun.

"Kenapa?"

"Maaf." ujar Sohyun lagi, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi selain maaf.

"Semoga lo bisa berangkat besok." ujar Sohyun. "Cepet sembuh, ya. Ada yang nunggu lo, Yer."

...

Sohyun duduk sembari menikamati pemandangan senja di ujung sana dengan duduk di atas hamparan rumput hijau. Dia duduk dengan memeluk lututnya sendiri.

Mengamati semburat orange di langit itu yang menyalurkan keindahan dan rasa tersendiri baginya.

Walaupun senja itu tidak akan bertahan lama tapi dia tetap menyukainya.

Jika di pikir, Jeno itu seperti senja itu, hanya sesaat bagi Sohyun. Sohyun memejamkan matanya, menikmati angin yang menerpa wajah dan menerbangkan helaian helaian rambutnya yang tidak terikat

Tak lama dia menunduk lagi, ada rasa bersalah yang bersarang di hatinya. "Maaf, gue manfaatin lo."

"Gue gak akan ngehalangin kalian." ujarnya pelan. "Walaupun hati gue sakit juga."

...

Mentari menyapa lagi, Jeno bersiap lebih awal. Dalam hatinya dia berharap, semoga saja Yeri berangkat hari ini. Jeno sudah merindukan seorang Yeri.

"Yeri, gue harus balik bareng lo."

...

Masuk kelas Jeno langsung mengedarkan pandangannya, tapi Yeri belum juga ada di kelas.

Jeno melemas, dia kembali duduk di bangkunya dan meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai bantalannya. Sepertinya harapan hari ini untuk bertemu Yeri hilang.

Hingga suara bising kelas mengganggu indra pendengarannya. Dia melihat ke arah sumber suara. Para siswa sedang menggerombol.

Seseorang di tengah mereka menarik perhatiannya, walaupun tertutup suara yang lain tapi dia tetap mendengar suara orang itu, dan dia sangat mengenali suara itu.

Jeno mendekat, dia memanggil. "Yeri..."

Orang itu menengok, benar dia adalah Yeri.

"Lo?" Yeri heran melihat orang itu, dia tidak pernah melihatnya, ya sepertinya.

"Lo lupa sama gue?" tanya Jeno.

"Lupa?" ulang Yeri. "Memang kita pernah bertemu?"

Jeno tertegun, Yeri tidak mengingat tentangnya. Tapi kemudian dia teringat akan perkataan pamannya sebelum dia memutuskan untuk pergi ke sini.

"Dia akan lupa semua tentang kehidupan di kota dan termasuk orang-orang yang mengenalnya."

Dan berarti dia harus memulai dari awal. Jeno kemudian mengulurkan tangannya, "Kenalin, gue Jeno. Murid baru di sini."

"Gue Yeri, semoga bisa temenan dengan baik."

...

Sedangkan di tempat lain Sohyun sedang terburu-buru. Dia mengayuh pedalnya dengan kencang, dia telat bangun.

Sohyun segera memarkirkan sepedanya, lime menit lagi bel masuk berbunyi.

Sohyun berlari menuju kelas, tapi ketika sampai kelas dia langsung berhenti dengan yang memburu. Pemandangan di depannya matanya itu sungguh menyakitkan baginya.

"Itu."

Keduanya langsung menengok ke arah Sohyun. Yeri menatap dengan terkejut dan juga senang. "Sohyun?"

Yeri langsung mendekat ke Sohyun. "Jadi kita satu kelas." sahut Yeri. Yeri memeluk Sohyun. "Senangnya."

Sohyun terkejut, dia tidak membalas pelukan kebahagiaan Yeri. Jeno menatap heran ke Sohyun.

Yang ada di pikirannya adalah, jadi Sohyun sudah mengenal Yeri? Lalu mengapa tidak mengatakan apapun? Pantaskah dia marah?

Time [END]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang