"Jadi gimana?" tanya Jeno sembari terus melanjutkan jalannya dengan menjalankan sepedanya.
Sekarang mereka sudah membaik. Jeno sadar, sepertinya dia sudah salah paham akan Sohyun. Mereka berbicara sembari berjalan saat pulang sekolah. Saat di UKS tadi, Jeno ingin bertanya tapi Yeri sudah sadar. Jadi mereka pulang dengan mengantar Yeri terlebih dahulu.
Sohyun berjalan di sisi kiri Jeno. Setidaknya sekarang dia menjadi lebih tenang, Jeno tidak lagi salah paham padanya.
"Pertama gue sampe di sini, gue mutusin buat jalan-jalan, karena sama kaya lo gue belum pernah rasain hal kaya gini sebelumnya, jadi semua berasa indah. Waktu di jalan gue ketemu Yeri lagi jalan sendiri, gue kenal di sana. Setelah dua hari gue mulai omongin soal masa depan, masa di mana seharusnya dia tinggal, dia ada yang nunggu gak kaya gue yang dari kecil emang sendiri. Bisa di bilang waktu itu gue maksa dia inget, bahkan lebih dari lo. Gue cuma mau dia bisa balik." Sohyun menceritakan dari awal dia datang, hingga dia bertemu dengan Yeri. Lalu dia melanjutkan kalimatnya. "Tapi gue gak tahu kalo itu berakibat fatal. Dia pingsan sama halnya kaya tadi. Waktu dia bangun dia pusing lagi, memorinya soal masa depan masih belom dia terima dengan baik. Saat itu gue minta bantuan sama profesor, dia paman lo. Profesor dateng dan ilangin ingatan Yeri tentang masa depan yang udah dia inget, tapi ingetan itu bisa balik lagi. Tapi kalo dia di paksa lagi waktu dia bangun ingetannya gak bisa balik lagi buat selamanya. Beruntung hari ini Yeri gak sampe kaya gitu."
Jeno mengangguk, dia mulai mengerti. "Jadi itu alasan lo larang gue maksa dia?" Sohyun mengangguk.
"Maaf." ucap Jeno. "Gue salah sangka ke lo, gue gak dengerin lo."
"Iya, wajar kok kalo gak percaya. Yang lo mau juga sama kaya gue, cuma mau Yeri balik." ujar Sohyun. "Makasih lo udah mau dateng, seenggaknya pekerjaan gue bisa lebih ringan. Lo harus balik bareng Yeri." ujar Sohyun.
"Gak cuma gue, tapi kita. Kita bakal balik sama Yeri." ujar Jeno.
Sohyun tersenyum dan mengangguk, Jeno pasti berhasil.
"Di masa depan gue pernah ketemu lo, gak?" tanya Jeno. "Kenapa gue gak inget sedikitpun tentang lo?"
Senyum Sohyun mengembang, Sohyun tahu jawabannya. Bagaimana dia mau ingat, mereka memang pernah bertemu tapi apa gunanya jika mereka bertemu lalu Jeno menganggap jika pertemuan mereka hanya sekedar karena keteledoran pengguna jalan? Dan itu sama seperti kejadian mereka bertemu di sini.
"Hanya seseorang yang di anggap spesial yang bisa di inget." jawab Sohyun.
"Kita ketemu itu kebetulan?" tanya Jeno.
"Iya."
"Terus sekarang gimana cara kita biar Yeri inget lagi?" tanya Jeno.
"Kayanya kita butuh bantuan profesor." ujar Jeno.
"Bener kata lo." ujar Sohyun.
...
"Jadi kalian sudah tahu?" tanya profesor itu ketika melihat Sohyun dan Jeno ada di depannya.
"Jadi paman tahu kalo dia udah di sini?" tanya Jeno.
Pamannya hanya tersenyum, entah apa yang ada di kepalanya. Jeno menatap kesal ke arah pamannya.
"Jadi apa yang bisa paman bantu?" tanya pamannya mengalihkan topik.
"Apa ada cara lain biar Yeri bisa ingat lagi?" tanya Jeno, dia benar benar ingin tahu.
"Hanya seseorang yang paling berharga baginya yang mampu membuat nya ingat kembali." ujar pamannya.
"Apa kita harus bawa orang tuanya dateng ke sini?" tanya Jeno.
"Kenapa harus orang tuanya?" pamannya menatap keduanya. "Kalian bisa. Kalian sahabatnya."
"Bisa?"
"Tentu. Bukankah dulu saat masih kecil kalian di panti bersama?" tanyanya pada Sohyun.
Mulut Jeno langsung membulat, mengisyaratkan 'O', jadi seorang sahabat yang selalu Yeri cerita masa kecilnya di panti adalah Sohyun.
"Ingat, Jeno waktu mu hanya tersisa sedikit, dan untuk membawa seseorang kau akan kehilangan 5 waktumu." ujar pamannya.
"Iya, paman."
"So-" pamannya langsung berhenti dan beralih ke Jeno. "Tolong abaikan paman minum, sepertinya tenggorokan paman kering."
"Biasanya gak pernah nyuruh." ujar Jeno.
"Biasanya kamu yang datang ke ruangannya paman, tapi sekarang ini rumahmu, jadi kau yang mengambil." ujar pamannya.
Jeno berdiri dari duduknya dan melenggang pergi.
Pamannya itu melihat ke Sohyun yang terlihat termenung.
"Kau tidak melupakannya, kan?" tanya profesor, guratan di wajahnya jelas sekali jika dia khawatir.
"Tidak, bahkan selalu ingat." jawab Sohyun.
"Kalau begitu ayo pulang." ujar pamannya.
"Pulang ke mana?" sahut Jeno tiba tiba yang baru masuk dengan membawa gelas berisi air mineral. "Dia tidak boleh pulang sebelum menyelesaikan tugas." balas Jeno. "Iya, kan." alis Jeno naik turun.
Sohyun tersenyum. "Iya, dong."
"Terserah saja." balas pamannya.
"Sepertinya paman harus segera kembali, ada tugas penting." ujar pamannya.
Pamannya masuk ke alat berbentuk kubus di pojok ruangan itu, alat yang sama seperti dengan alat yang Jeno gunakan waktu akan datang ke sini.
Jeno menatap sengit ke arah gelas yang tadi dia ambilkan. "Buat apa nyuruh kalo gak di minum."
"Jen besok kita harus mulai buat Yeri inget." ujar Sohyun.
"Iya lo bener."
"Jen, jalan jalan yuk ke luar." ujar Sohyun. Semula Jeno menatap heran tapi kemudian dia langsung menjawab. "Boleh."
...
Dengan masih menggunakan seragam sekolahnya mereka berjalan sembari melihat sekeliling, di tambah dengan matahari yang sepertinya akan bersembunyi lagi.
"Indah, ya." ujar Jeno.
"Iya, kaya senyum lo." balas Sohyun.
Jeno langsung melirik Sohyun, dia tersenyum ke arah Sohyun.
"Ngapa senyum senyum? Gila?" ujar Sohyun.
Jeno tetap tersenyum dan menggeleng.
"Lo kenapa sih?" tanya Sohyun lagi.
"Katanya senyum gue indah, makannya gue senyum terus." ujar Jeno.
Sohyun tertawa Kecil. "Kalo lo senyum terus gue ilang lho."
Senyum Jeno langsung pudar, wajahnya langsung datar lagi.
"Kenapa gak senyum lagi?" tanya Sohyun.
"Nanti lo ilang." balas Jeno.
"Bisa aja." Sohyun memukul pelan lengan Jeno.
"Kan tadi lo yang bilang. Jadi gue gak senyum biar lo gak ilang. Nanti yang sama gue di sini siapa?" jawab Jeno.
"Angin, Jen." balas Sohyun.
"Tetep aja dong sepi." jawab Jeno.
"Terus emang gue banyak omong ya? Sampe bikin rame?" tanyanya.
"Walaupun gak banyak omong tapikan gue ngerasa gak sendiri." ujar Jeno.
Sohyun tertawa, dia tidak membalas lagi.
"Sohyun, makasih, ya." ujar Jeno. "Makasih udah mau tetep bantu gue."
"Iya."
"Semoga waktu udah di masa depan gue gak lupa masa ini, masa gue bisa ketemu lo dan kenal lo." ujarnya.
"Semoga aja gue juga gak lupa." balas Sohyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Time [END]✔✔
FanficPerasaan itu kaya waktu, bisa berubah dan gak bisa di tebak. @Arrnri_jp ◎Jenso◎ #kimsquadsanniversarychallenge #happyannivkimsquads