Chapters 4

108 25 5
                                    

Dinginnya angin malam saat ini tak pernah di takuti ataupun dihiraukan seorang gadis remaja. Namun gadis perempuan ini sangat gelisah. Berbagai pikiran buruk menghantui.

Tak sudah-sudah ia melamun dengan pikiran kosong. Rasa cemas, takut dan berbagai macam pun bercampur menjadi satu. Ingin mencari solusi, namun ia yakin tak akan ada yang berhasil. Dirinya tahu akan hasil ide-nya tak akan terjadi.

Saat suasana hati Felicya sedang hancur, tidak ada yang berani satu pun orang mendekati-nya terkecuali Dimas. Ya seorang dimas bisa menaklukkan hati Felicya namun, tak bisa ia menaruh hati kepadanya.

Dimas menghampiri Felicya yang sedang duduk seorang diri di kursi besi panjang berwarna putih. Dimas mendekati Felicya dan langsung duduk tepat di samping Felicya.

"Fell. Lo kenapa?" tanya Dimas berhati-hati dengan nada lembut dan menatap hangat Felicya.

Dimas tak mendengar jawaban sedikitpun dari Felicya. Tanpa aba-aba ia langsung saja menangkup kedua pipi Felicya dengan lembut dan perlahan-lahan.

"Tatap gue Fell" perintah Dimas masih dengan suara lembut.

Felicya hanya menggelengkan kepala.

"Hei. Cerita sama gue Feli" nada lembut itu pun bertanya lagi.

Kedua kali-nya Felicya hanya menggelengkan kepala.

Dimas mengetahui Felicya yang tak akan berbicara denganya. Terlihat jelas Felicya enggan berbicara sepatah kata pun.

Dimas langsung mendekap tubuh Felicya. Ia memeluk erat tubuh ramping Felicya dengan hangat. Menepuk-nepuk punggung wanita di pelukannya dengan tenang.

Dimas sedikit berbisik tepat di telinga Felicya "Cerita dikit-dikit sama gue. Gue yakin lo bisa. Gue tau lo ada masalah. Jangan bohongin gue Fellicya"

Sepasang dua jenis kelamin berbeda  itu masih berpelukan dengan erat namun lembut, mengalirkan kehangatan dan rasa sayang mereka.

"Gue di jodohin sama nyokap bokap gue. Itu harus! Ga bisa di ganggu gugat lagi. Gue bingung mau gimana mas. Kepala gue mau lepas mikirin ide apa. Kalo gue minggat bakal di cabut fasilitas gue" jelas Felicya yang masih menaruh dagunya di bahu Dimas. Kedua tanganya ia biarkan terjatuh kebawah bagai seperti tak ada tenaga yang tersisa.

"Hah! Lo beneran Fel? Zaman udah modern ya kali masih di jodohin" tanya kebingungan Dimas namun kini memeluk tubuh Felicya semakin erat.

"Serius gue. Ngapain boong. Kata mereka perjanjian, tapi malah gue yang kena. Karna gue anak cewe satu-satunya di keluarga gue" dengan putus asa Felicya menjelaskannya.

"Gue juga bingung mau gimana. Gue mau nolong lo Fel, tapi gue ga tau mau gimana" Dimas sedang memikirkan sesuatu.

Felicya mendorong tubuh Dimas. Ia melepas pelukan erat nan hangat Dimas.

"Udah ga usah repot. Gue ga mau mikirin itu!" tegas Felicya.

"Fine" Dimas mengalah. Seperti kebingungan melihat Felicya.

"Gue mau ke Club" perintah Felicya.

"Lo yakin? Lo gak pernah kesana Fell. Gue gak bisa nemenin lo juga karna kertas numpuk udah nungguin gue" Dimas terbelalak mendengar ucapan spontan wanita berbalut jaket hitam ini.

"Santai. Key mana?" Tanya Felicya dengan Dimas.

"Disana tuh" nunjuk Keenan dengan telunjuk Dimas.

"Panggil" seru Felicya memerintah Dimas.

Dimas menepuk tangan dengan kuat untuk mengisyaratkan Keenan mendatangi-nya.

ENIGMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang