Soal lipstik tenang saja, Taehyung tidak benar benar memakai apa lagi memakannya. Setelah perdebatan sayur pahit ehmm maksudku rasa bibir, aku langsung minta ongkos pulang. Ongkos pulang? Iya, aku tidak bisa menyetir. Toh, supir siang itu sedang pergi dengan Ibu.
Dan, untuk ongkos pulangnya bukankah itu langkah awal yang baik untuk mengeruknya?
Sore ini aku duduk diruang tamu menunggu keluargaku yang tengah bersiap. Aku menunggu karena hanya aku yang sudah siap secara penampilan, mentalku sih tidak. Memalukan, bisa bisanya aku selesai lebih awal. Seolah menunjukan 'ini loh aku, sudah siap' .
Satu persatu anggota keluarga turun, dan tiba saatnya kita berangkat. Di derap langkah kami menuju mobil, sialnya Ibu bertanya.
" Katanya kau mau membawa teman, dimana?", Ibu seperti melempar mata kesisi kanan kiri.
" Dia tidak menjamin akan datang, tapi dia juga berusaha untuk datang meski mungkin akan terlambat. Dia akhir akhir ini sangat sibuk, Bu", bohongku.
" Sudah kau beritahu alamat Jungkook padanya?",
" Sudah ", meneruskan dusta ini.
" Ayo, naik", kata Ayah mengakhiri percakapan ini.
Di mobil tidak ada percakapan apapun, kecuali Ayah dan Ibu yang sedikit berbincang dan kakakku yang sedari tadi senyum senyum sendiri menatap teleponnya. Aku? bersandar saja di jendela mobil.
Sesampainya di halaman rumah keluarga Jeon, mobil diparkirkan oleh pelayan disana. Lalu kami menekan bel yang langsung dibuka oleh Ibu Jeon. Raut mukanya sangat kentara sedang berbahagia. Apa ini Ibu tiri yang Taehyung sebut?
" Ayo masuk, kami sudah menunggu", senyumnya. " Panggilkan Jungkook. Keluarga Kim sudah datang", ucap Ibu Jeon ini kepada pelayan yang membuntutinya.
" Maaf ya, suamiku tidak bisa menemani kalian. Dia sedang bertemu lawyer dan perjanjian pertemuannya sudah ditentukan sebelum Jungkook memberitahu ingin mengajak makan malam keluarga",
" Bahkan kita yang harus minta maaf karena merepotkan kalian", suara tawa mereka nyaring terdengar.
Belum sampai pelayan pada kamar Jungkook, Jungkook sudah lebih dulu menuruni tangga.
" Selamat malam", bungkuk Jungkook yang di ikuti balasan keluarga kami.
Tampan. Sangat tampan. Setelan jas biru membalut tubuhnya dengan apik, bahkan aku baru sadar bahwa ternyata warna baju kakakku sama dengannya.
Lalu bel berbunyi kembali. Semua menoleh kearah pintu, heran dengan siapa yang akan bertamu di acara keluarga seperti ini. Sepertinya, security rumah ini tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Tapi pikiran itu enyah ketika pelayanan membuka pintunya.
" Oh, ayo masuk", kata Ibu Jeon yang sudah menggandeng tangan Ibuku pada orang itu.
Seseorang itu berjalan menyamakan langkahku.
" Kau kenapa datang?", terdengar seperti bisikan yang mampu didengar.
" Sebenarnya aku masih satu saudara dengan Jungkook. Ibunya mengundangku, jadi aku hadir. Yang jelas, bukan karena dirimu ",
" Pakai alasan yang logis, marga kalian berbeda",
" Tidak percaya ya sudah", katanya menarik kursi meja makan didepanku. Mempersilahkanku duduk.
" Katanya kau akan membawa teman, tapi kenapa seorang pria?", presensi pria yang duduk di sampingku memang sepertinya tidak dianggap sebagai pengusaha sukses. Sepertinya dia butuh eksistensi. Oh, lihatlah Ibuku saja tidak tahu tentang dirinya. Atau memang barangkali Ibuku yang kurang suka bergaul, menjadikannya seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/213092231-288-k920378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCISMUS -kth
Fiksi Penggemar[R A T E : M A T U R E] [ACCISMUS] ; Keadaan dimana Anda berpura pura tidak tertarik pada seseorang atau sesuatu tapi sebenarnya Anda tertarik. Bagaimana mungkin keduanya sadar telah jatuh pada perasaan, sedang mereka juga sadar mereka saling memper...