7. Who Is She

743 149 23
                                    

Yang bacanya lompat, kalian bakal rugi sendiri nanti suwer. Ilang detil, pas bab krusial bingung nanti.. jangan salahin aku pokoknya lho 😜
*

Aku naikan punggungku, "misterius gimana?"

"Kadang dia seperti di dunia sendiri secara tiba-tiba, tidak peduli saat itu kita lagi seru-serunya ngobrol. Dia suka ujug-ujug ngawang-ngawang gitu matanya. Terus mendadak hah heh hoh waktu kutanya, padahal sebelumnya dia ngoceh, dan nyambung obrolan, seru-seru aja," urai Ciko sambil memainkan kutek jempol kaki ku dengan kukunya sampai terkelupas.

"Maksudmu tiba-tiba jadi nggak nyambung?" Aku menarik kaki.

"Iya Cong."

"Aku juga sering gitu kok, suka nge-blank tiba-tiba. Kayak ngelamun tapi nggak tahu ngelamun apa."

"Tapi nggak pas tengah-tengah lagi ngobrol juga, lah. Aku juga pernah kalau gitu sih, terutama pas mata kuliah Pak Pri. Lah suaranya malah kayak orang lagi ngidung. Mana pelan lagi. Ngantuklah. Ini beda Cong," Coki menarik lagi kaki ku, dan mulai mengelupaskan kutek lagi.

"Bisa nggak sih ngobrol tanpa ngerusak kutekku?"

"Dih gemes tahu, orang tadi udah ada yang ngelupas dikit, nanggung Cong."

Aku tarik lagi kakiku, "kamu mending duduk di sana, deh, dari pada rusak kuku ku," telunjuk ku mengarah ke kursi bundar. Dia malah terkekeh.

"Jadi menurutmu kenapa ya Sesil ujug-ujug gitu?"

Ciko berdiri dan akhirnya pindah ke kursi bundar dan menaikan kakinya di sofa panjang. Aku yang tadinya mau selonjor, tidak jadi karena keduluan.

"Uhm, mungkin obrolan kalian tiba-tiba nggak menarik lagi buat dia, tapi nggak tahu juga sih."

"Dibilangin kita lagi seru-serunya juga, ah. Kalau orang bosen ngobrol tuh, biasanya ada tanda-tandanya dulu, nguap kek, garuk-garuk kek, muka capek kek, pokoknya pasti kelihatan. Lah ini lagi seru, gimana sih,"
Coki ngotot. Aku pura-pura menguap. "Bangke, serius nih," Coki menyepak betis ku.

"Iya sih, aneh juga kalau gitu kejadiannya. Kayak melamun gitu, ya?"

"Bukan ngelamun, tapi kayak gimana ya, tahu-tahu matanya seperti ngawang-ngawang, kayak mikir juga, ah susah gambarinnya ternyata," dengus Coki. "Terus matanya kayak berkaca-kaca, tapi bukan kayak mau nangis ya, beda pokoknya."

"Aneh juga, ya, tapi aku pikir dia cuma melamun aja. Bisa juga, kan tiba-tiba dia hilang fokus, terus melamun. Atau dia melamun kepicu kata-kata apa gitu pas ngobrol, mengingatkan Sesil pada sesuatu, terus keasyikan melamun, deh."

Coki mendesah, "beda Cong beneran."

"Ya, tanya dong," kataku gemas.

"Udah. Sesil tetep saja begitu sampai sekian lama, baru deh tiba-tiba dia ngomong, 'eh apa tadi', terus ekspresinya balik lagi  kayak semula, kayak nggak ada apa-apa. Seru lagi aja gitu. Aneh nggak sih?"

"Aneh juga ya, jangan-jangan dia sakit, Cok," kataku memberi tanda petik di udara. Coki malah nyepak betisku lagi.

"Mulutmu Cong!"

"Nanti juga lama-lama kamu paham, atau dia bisa kasih jawaban yang lebih memuaskan. Lah, kamu aja sering aneh kok."

"Aneh gimana?"

"Lupa ngembaliin kalau ngutang, kan aneh itu."

"Yaelah nggak bisa sabar apa, bulan ini pengeluaranku gila Cong, bulan depan, deh."

PRECOGNATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang