Janji Dari Hati #5

60 9 3
                                    

Hadiah Ulang Tahun
#1

Apa yang terjadi jika khitbah yang diimimpikan terindahkan? tapi kenyataan tidak seindah angan.

@yayadiba

>>>>>¤<<<<<

Kalian tahu? Aku pernah merasakan lelahnya menanti hari, melewatinya seorang diri dalam sepi. Berharap jawaban yang dinanti akan segera menghampiri. Jawab dari dia yang meninggalkan tanpa jejak. Setelah memberi harap, lalu hilang meninggalkan sesak.

Inginku tidak banyak, tidak juga sulit. Aku hanya ingin dia datang memberi sebuah alasan. Dia datang mengobati perasaan. Namun, saat dia hadir sebagai kenangan ternyata jauh lebih menyakitkan. Sebab, dia datang membawa jawab yang tidak kuharapkan, jawab dari nantiku ternyata sebuah pernikahan.

Itu lah dia, sebuah alasan kepergian.

Kepada hati, cobalah mengerti. Dia memang kembali, tapi bukan untuk berlari denganmu lagi. Dia datang dengan sebuah jawab yang dinanti, meski tidak sesuai mimpi.

Kumohon, mengertilah. Penantianmu dalam menunggu jawab usai sudah. Sembuh lah.

Wahai hati, simpanlah dia sebagai penantian panjang yang membuatmu lupa jalan pulang, hingga dia datang memberi penerang menuju kampung halaman. Damai lah.

***

Aku mengerjap beberapa kali, merasakan getar di bawah bantal. Tapi aku tidak bisa membuka mata, terasa sakit sekali. Kepalaku juga terasa berat, tapi ku usahan untuk bangun dari baringku.

"Ya Allah!" Kepalaku bertambah pusing, sepertinya aku tertidur saat menangis. Ah... ingatan saat memilih baju itu kembali datang. Cukup! biarkan aku tenang dulu.

Aku meraba bawah bantal mencari ponsel, sudah sore atau hampir magrib?

"Eh, ibu?!" Aku menekan tombol hijau agar terhubung dengannya.

"Assalamualaikum, nak. Lama sekali baru diangkat."

"Waalaikumsalam, Maira baru bangun tidur." Aku cengar-cengir dengan suara khas bagun tidur.

"Kebiasaan!"

"Gimana dong, Bu? Maira kan capek baru pulang ngampus."

"Iya, Ibu paham. Bagaimana motor kamu?"

Oh iya masalah motor, "Masih dibengkel, Bu. Maira gak usah pulang dulu ya minggu ini?"

"Eeee, jangan! Senin sama selasa kan tanggal merah, lumayan buat waktu di rumah."

Aku tersenyum mendapati sifat Ibu yang selalu memintaku untuk pulang jika memang ada waktu luang. "Ibuuu, kan motor Maira gak ada. Apa Bang Hasan bisa jemput Maira, Bu?"

"Laaah, ini abangmu lagi pergi keluar sama bumil."

Aku memayunkan bibir, "Ya sudah, Maira pesan gojek aja, tapi bilangin sama Ayah ya, Bu, bayarin ongkosnya, hehe."

Aku tertawa puas membayangkan reaksi jengkel ibu di sana.

"Itu Ayah sudah pesan gojek buat kamu, sekitar setengah jam lagi, kamu siap-siap!"

Janji Dari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang