Sudah sore ketika lampu kamar itu menyala. Aku memperhatikan lagi malam ini, lewat jendelaku. Sudah beberapa bulan tidak ada yang menghuni kamar itu. Beberapa bulan pula aku tidak memiliki pekerjaan apapun untuk dilakukan.
Sekarang aku sering memperhatikan penghuni baru itu. Ia selalu menutup tirai kamar sehingga aku harus puas dengan hanya melihat siluetnya. Dari banyangan, aku bisa mengetahui rambut ikalnya, juga tinggi tubuhnya yang tidak bisa mencapai bingkai atas jendela.
Gedung apartemenku dan miliknya hanya berjarak 5 meter. Tidak terlalu jauh untuk mencuri dengar apa saja yang terjadi di kamar itu. Beberapa kali aku mendengar teriakan gusarnya, terdengar lucu di telingaku.
Namun suara yang kudengar tidak hanya itu saja. Ada beberapa hal yang seharusnya tidak kudengar dari jendela itu. Tapi telingaku sudah terlanjur menangkapnya. Ketika melihat siluetnya lagi esok hari, aku ingin sekali melupakan kejadian itu.
Di balik sifatnya yang sumbu pendek, aku beberapa kali mendapati suara isakan. Aku tidak tahu mengapa ia menangis. Tapi aku tidak memiliki keberanian untuk menyapa. Sulit untuk melihat air matanya sekalipun aku belum pernah benar-benar melihat wajahnya.
Kupikir tanpa melihatpun, aku bisa menebak bahwa perawakannya menarik. Seandainya aku lebih berani, mungkin kami bisa melakukan satu atau dua kali kencan. Atau mungkin menjalin hubungan seperti sepasang kekasih. Menyenangkan walau hanya membayangkannya di dalam angan.
Masalahku sekarang adalah bagaimana cara memberanikan diri—juga bagaimana cara untuk lolos dari seseorang yang selalu ia panggil Mori-san—panggilan yang tidak seharusnya kudengar.
Aku sering mendengar hal itu pada jam tidur dan aku bergegas memperhatikan jendela untuk menemukan penghuni baru itu tengah merintih. Biasanya Mori akan pergi setelah satu atau dua jam. Kemudian aku mendengar tangisan itu, suara yang benci kudengar. Anggap saja aku sudah larut dalam pesona penghuni baru itu sampai berempati pada suara tangisnya.
Suatu malam aku akhirnya mengetahui nama penghuni baru itu, Chuuya—Mori yang menyebutkannya, dalam sebuah sesi yang akhirnya membuat lelaki itu menangis tersedu-sedu.
Aku berkhayal seandainya Mori tidak menyiksanya lagi. Juga berkhayal seandainya aku menjadi pahlawan yang datang menyelamatkannya. Mungkin Chuuya juga akan jatuh hati padaku.
Mungkin.
.
.
.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] behind the window | bsd
FanfictionKukira tidak akan ada orang yang tinggal di apartemen sebelah lagi. Tapi sosok yang baru pindah ini benar-benar menyita seluruh perhatianku. Apakah aku bisa lebih dekat dengannya? [ twisted-horror, 17+ ] #MonthlyFFA #HauntedMarch DISCLAIMER: Seluruh...