3.Pindah - Pindah.

28 1 0
                                    

Jam 11:45. Sebentar lagi bel akan berbunyi. Aku mengemasi barang - barangku dan bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

Ku lihat, kau juga ikut membereskan barang - barang mu yang berserakan di atas meja, sampai - sampai mengambil sebagian wilayah ku.

'kamu mau pindah lagi?' Batinku saat menatap wajah sibukmu.

Sudah lebih dari sebulan kau berpindah - pindah tempat duduk sejak aku mengenalmu. Duduk di sampingku saat jam pelajaran di mulai, lalu pergi saat jam pelajaran selesai.

Awalnya aku biasa saja, atau malah senang dengan sikapmu yang begini. Karena, aku jadi bisa menikmati waktuku sendiri tanpa gangguan suara berisikmu. Namun, entah kenapa semakin lama, aku merasa risih saat melihatmu terburu - buru mengemasi semua alat tulismu dan pindah ke bangku semula. Kau terlihat begitu kerepotan dan sangat berisik. Begitu pun hari ini, kau membawa barangmu yang tidak kau susun itu secepat mungkin menjauh dari ku.

Haaah! Aku muak!
Baiklah, cukup.

"Gak usah pindah, di sini aja," kataku berharap kau duduk kembali dan bersikap tenang.

Kau mengernyit, menatapku dengan tatapan aneh. "Lo kayak closing acara ini talk show, ngomong kayak gitu," katamu menenteng tas seolah tidak peduli.

"Gue serius. Lo gak perlu pindah," kataku lagi, menarik tasmu.

"Kesambet setan mana lo? Tumben amat baik."

"Gua risih liat lo selalu gupek kesana - kemari ... Berisik! tau gak."

"Ooh sorry kalau gitu, hehehe." ujarmu nyengir dan duduk kembali di sampingku.

"Lagian ngapain lo pake pindah - balik segala? Emang, lo gak suka duduk di samping gua?" tanyaku menduga - duga.

"Lah ... bukannya lo yang gak suka gue duduk di sini? Makannya gue lelalu pindah kalau udah selesai jam."

Gua?
Eh maksudnya, Aku?

Okey, aku memang tidak suka saat kau duduk di sampingku, tapi seingatku, Aku tidak pernah memberitau perasaanku saat bersamamu.

Apa gerak - gerikku terlalu mencolok dan sangat keliatan kalau aku benci seseorang?

"Oh. Kalau gitu gua minta maaf, gua bukannya gak suka deket - deket lo, cuman ... Gua lebih suka suasana tenang aja, dan gak berisik." kataku akhirnya.

Kau tersenyum, terkekeh kecil seolah ucapanku hanya sebuah lelucon belaka. Seketika rasa benciku padamu kembali hadir. "Kenapa ketawa? Lucu?" tanyaku sedikit sinis.

"hahaha ... gak papa." ujarmu. Kau kemudian bangkit dan beranjak dari tempat dudukmu. "Ikut gue yok, makan di kantin."

Aku menolak, "Gak, gua bawa bekel." Kau mengambil kotak bekalmu di bawah laci. "Gue juga bawa bekel, udah ayok ikut aja." Aku berdecak malas. Dia tau aku tidak suka keramaian tapi, mengapa dia memaksaku ke tempat berisik itu?

"Gak! Gua gak mau. Lo aja sana," tolakku keras. Tiba - tiba kau mendekatiku, mencondongkan wajahmu ke arahku. Aku terkejut, paras putih mulus mu terpampang jelas di depan mataku. Aku mundur untuk menghindar saat wajah kita hanya berjarak satu jengkal lebih 3cm.

"Gimana kalau, bekel lo gue bawa ke kantin?" katamu pelan lalu pergi menjauh.

Aku speaclezs, syok karena baru kali ini aku merasa sangat dekat dengan seorang wanita. Apa lagi wanitanya kamu, orang paling ku benci di kelas.

Sesaat kemudian aku baru menyadari, ternyata kotak bekal ku sudah berpindah tempat tak tau di mana. Tanpa pikir panjang aku terpaksa mengikuti mu dari belakang. Memandang tubuh mungil menyebalkan itu sambil menggerutu di dalam hati.

LibraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang