Disini sekarang alana, dia menatap gedung yang amat besar ini. Dia sedang berada di mall. Itu semua berkat terpaksaan! Ingat terpaksa, pasti kalian sudah tau siapa dibalik semua itu. Padahal alana sudah memikirkan saat ini mestinya dia berada diatad kasur yang nyaman itu.
Alan mengendus kesal menatap laki-laki disampingnya, dengan gaya kedua tanganya dimasukan disaku celananya. Mereka berjalan berdampingan tanpa bergandengan tangan, seperti bukan sepasang kekasih.
"Dasar kaku" gumam pelan alana sambil memutarkan matanya dengan malas.
Tiba-tiba elang berhenti "Aku bisa mendengarnya" cueknya dan langsung berjalan memimpin alana
"Kalau membunuh itu halal, target utama gue itu luh" sambil menunjuk-nunjuk punggung laki-laki itu.
"Mau beli apa?" mendadak elang berhenti dan membalikkan badannya ke arah alana. Alana spontan agak memudurkan badannya bisa saja dia akan memuluk elang.
"Kok nanya sama aku? Kan yang ngajak jalan kamu" sahut alana
"Tinggal jawab"
"Terserah" cuek alana. Alana melihat betapa banyak pasangan yang sangat bermesraan bergandengan tangan dan dia melihat elang yang tampak menatapnya binggung.
"Kita lagi gak nyebrang jalan! Ngapain gandengan tangan" ucap elang yang sangat pedas. Kok elang tau dia memikir apa! Aneh.
Alana menghentak-hentak kakinya! "Aku diam kok, gak ngomen"
"Cara kamu melihat pasangan-pasangan tadi yang buat aku peka"
"Kamu aja yang berlebihan"
Alana langsung meninggalkan elang. Elang menggelengkan kepalanya "Apa perempuan seperti itu?"
"Punya pacar secara gak punya, gak ada soswetnya. Emang gini kalo pacaran sama orang kaku" ngomel alana.
kenapa gue jadi kayak gini yah -batin alana, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dan tak sengaja dia melihat toko kalung. Dengan senang hati dia menghampiri toko itu. Dari kejauhan elang tampak melihat alana tengah memasuki toko kalung.
"Selamat datang mbak" ucap karyawab toko itu dengan ramah.
Alana hanya memberikan senyuman manis.
"Mau cari kalung yang kayak gimana mbak?" tanya karyawan
"Saya hany---"
Ucapan alana terputus karena ada suara bariton yang sangat keras baru saja datang ditoko ini"Kalung emas yang berhuruf E" sahut elang dengan cuek.
Tapi karyawannya seakan terdiam seketika, karena sedang menggagumi ciptaan tuhan yang sangat indah. Dengan pahatan yang sangat sempurna! Bulu mata yang lentik, bibir tebal sedikit berwarna pink, ditambah dengan rahang yang tegas.
Alana melihat itu kesal, entah kenapa perasaan ini muncul tiba-tiba "Hello mbak" sambil melambai-lambaikan tangannya dimuka mbak itu.
"Eh iya" karyawannyapun sadar.
"Kerja yang benar! Anda digaji bukan main-main aja" ucap elang dan dapat dihadiahi cubitan lengan dari alana.
"Lang! Jangan kasar" bisik alana sambil menjijit karena elang lebih tinggi darinya.
"Tadi mas mau pesan apa?" tanya karyawan
"Kalung emas berhur---"
"Gak jadi mbak, kita ada urusan penting" senyum alana dan menarik lengan laki-laki itu. Sedangkan laki-laki itu tak bergerak dari tempat.
"Saya beli kalung emas putih yang berhuruf E"
"Lang! Aku gak mau beli kalung" bujuk alana. Karena alana tau pasti kalung itu, dibeli untuk dirinya dan lebih parahnya lagi huruf E
"Maksud kamu?"
"Gak usah repot-repot beliin aku kalung" sahut alana enteng
"Siapa bilang kalung ini buat kamu?" tanya elang. Dan kini karyawan itu sudah mengambil kalung yang berbentuk E. Dan sudah ditempatkan pada kotak yang berwarna merah, karyawan itu memberikan kepada elang. Elang menerimanya dan membayar kalung itu.
Alana sekarang mendadak malu. Mungkin dia terlalu geer atau gimana sampe dipermalukan kayak gitu, ada salah satu karyawan disitu menertawakan dirinya karena ucapan elang. Elang menatap alana dengan bertanya-tanya.
"Kenapa?" sinis elang. Tak ada jawaban dari alana, alana mendadak diam. Kini mereka sudah keluar dari toko kalung itu.
"Mau makan apa?" tanya elang lagi
"Ck terserah"
Mendadak rahang elang mengeras! Langsung menarik baju alana dan mendadak alana sudah berdekatan dengan pria itu. Gigi pria itu sudah bergetak seakan dia sangat marah saat ini.
"Kalau ditanya tuh jawab" bentak elang. Elang membuat alana menggeleng tidak percaya, dia mempermalukan alana sudah dua kali. Kenapa elang membentaknya disaat seperti ini, disini sangat ramai. Sekarang mereka jadi pusat perhatian.
"Lang kamu ber---"
"Mau aku tunjukkan yang berlebihan itu kayak gimana hah?" langsung saja tangannya mencekram kuat rahang alana.
"Ini keterlaluan" sambil mencoba melepaskan tangan elang dari rahangnya.
Elang sadar bahwa dia sudah diluar kendali dan menghempakan begitu saja alana. Alanapun langsung menangis dan menatap nanar elang yang sudah meninggalkannya.
"Kapan lu buat gue tersenyum bahagia lang? Selalu aja rasa sakit yang muncul" sambil menghpuskan air matanya.
Perasaan yang asing itu muncul! Alana sangat membenci kalau mengakuinya tapi alana masih belum yakin. Dia harus tau apakah ini benaran atau hanya sekedar saja! Dia harap itu perasaan ini tidak benar terjadi. Padahal baru berapa hari tapi alana sudah mulai ada rasa sama elang. Sebut saja alana lemah! Lemah terlalu mudah untuk mencintai seseorang.
••
Alana sudah berada dirumahnya. Dia sedang berada diruang tamu. Terlihat jam dinding sudah menunjukan pukul 9 malam, tapi abang-abangnya belum pulang. Dia sangat bosan, apalagi dia masih teringat dengan sikap elang. Pandangan alana teralihkan karena benda pipihnya berdering!
Tertera nama yang tengah menelponnya. Dia sangat malas mengangkatnya, dia pun hanya menindis tombol berwarna merah. Tetapi sang penelpon itu masih terus menelpon alana, padahal alana sudah berkali-kali menekan tombol merah. Alana mengendus kesal! Dan sangat muak mendengar suaranya.
"Kenapa tadi aku telpon gak jawab" geraman sang penelpon diseberang sana
"Aku baru aja habis mandi"
"Kenapa mandi malam? Siapa yang suruh?"
"Gerah" bohong alana
"Lain kali jangan mandi malam! Itu bisa membuat kamu sakit" ucapnya dengan lembut.
"Iya"
"Udah makan?"
"Udah kok. Kalo kamu?"
"Gak usah nanya"
"Hmmm"
"Tidur! Jangan begadang" perintah
"Elang, ada yang pengen aku ngomongin" ucap alana. Yang menelpon dia itu elang. Entah keberanian apa yang alana lakukan saat ini.
"Apa?" singkat elang
"Aku mau putus" jujur saja alana sedikit takut mengucapkan kalimat itu, tapi dia tidak bisa menahan lagi sikap elang yang terlalu berlebihan dan sementara disisi lain dia sudah ada mulai rasa sama elang.
Bukannya menjawab elang malah memutuskannya secara sepihak.
Alana tidak tau kalimat yang dikatakan membuat bencana besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✔️ [Completed]
Teen FictionJudul awal 'Elang & alana' [Proses revisi] Elang dirgantara adalah sosok yang sangat misterius, dingin, arogan dan kejam. Tidak yang berani menatap mata tajamnya. Sosok yang sangat amat ditakuti disekolah SMA DIRGANTARA, semua nampak hening jika dia...