Semua kebutuhan dan hal-hal yang diperlukan untuk keberangkatan telah dipersiapkan dengan matang. Termasuk semua perlengkapan pribadi dan persyaratan pendaftaran kuliah Xandria. Mr. dan Mrs.Griffin telah menunggunya di ruang tamu Mansion keluarga Griffin. Namun Xandria yang ditunggu-tunggu tak kunjung keluar dari kamarnya. Ia masih sibuk men-check barang-barang yang akan dibawanya.
"Xandria....segera turun. Nanti kita bisa ditinggalkan pesawat,sayang!" Mrs.Griffin memanggilnya dari lantai bawah dengan berteriak.
Xandria juga berteriak dari kamarnya, "Ya Mom....aku segera turun". Xandria bergegas keluar dari kamarnya. Ia berlari menuruni tangga sambil mengacak-acak tasnya memastikan tidak ada lagi barang yang tertinggal.
"Come on, dear....Kita bisa terlambat." Mr.Griffin kembali mendesak Xandria dan berjalan keluar Mansion memasuki mobil Roll Royce yang telah disiapkan driver.
Mobil Roll Royce itu keluar dari Mansion keluarga Griffin. Berjalan menuju Cote d'Azure Airport di kota Nice, salah satu bandar udara paling penting kedua di Prancis setelah Aeroports de Paris. Melaju dengan kecepatan sedang, tidak cepat juga tidak lambat.
Beberapa menit kemudian mobil telah berhenti di salah satu terminal keberangkatan di Cote d'Azure Airport. Xandria dan pasangan Griffin turun dari mobil dan berjalan menuju tempat check-in untuk pemeriksaan. Xandria berjalan dengan perasaan gundah. Sedikit berat hati untuk meninggalkan kota Nice. Kota dimana ia dilahirkan dan menemukan cintanya meski berakhir buruk. Cuaca di kota Nice hari itu meski cerah tapi suhunya tetap saja dingin. Ia mengenakan mantel dingin branded yang tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Namun tidak dengan hatinya, hatinya masih saja dingin seperti bongkahan es di pegunungan Alphen.
Setelah melewati ruang pemeriksaan, pasangan Griffin dan Xandria memasuki ruang tunggu. Mereka duduk berdampingan sambil menunggu boarding pass, seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia. Xandria berusaha mengabaikan perasaan gundahnya dengan memaksakan diri untuk tersenyum dan berbicara dengan kedua orang tua angkatnya. Mereka bercengkrama dengan hangat dan sekali-sekali tertawa hingga waktu untuk memasuki pesawatpun tiba.
Di sisi lain, Justin mengendarai mobil Mercy nya dengan kecepatan tinggi. Ia menginjak pedalnya sedalam mungkin agar bisa sampai segera di bandara. Ia ingin sesegera mungkin menemui Xandria sebelum terlambat. Banyak hal yang ingin ia sampaikan pada Xandria tentang perasaanya. Ia beberapa kali mencoba menghubungi Xandria, namun telepon yang ia hubungi tidak aktif.
Setelah sampai di bandara ia memarkirkan mobilnya dan berlari menuju pusat informasi bandara. Ia menanyakan nomor penerbangan dan nama penumpang yang bernama Xandria. Tapi petugas informasi bandara mengatakan bahwa tidak ada penumpang yang bernama Xandria.
"Miss....coba periksa lagi. Bagaimana mungkin tidak ada nama penumpang bernama Xandria?" Justin berbicara dengan sedikit memaksa.
"Maaf Tuan, saya sudah beberapa kali men-check data di computer, tapi tetap saja tidak ada penumpang yang bernama Xandria." Petugas informasi bandara berusaha meyakinkannya.
"Shit...!" Justin bergumam dalam hati. "Thank's Miss" ia berterima kasih pada petugas informasi dan beranjak pergi. Justin kembali berlari mengitari bandara yang luas itu. Berharap akan menemukan Xandria. Setengah jam berlalu, pencarian Justin tetap saja tidak membuahkan hasil. Ia tidak menemukan Xandria.
"Xandria...kamu dimana? Kamu kemana? Jangan tinggalkan aku." Justin bertanya dalam hatinya dengan putus asa. Ia memegang kepala dan menyandarkan tubuhnya pada dinding di sudut bandara. "Xandria...aku menyesal. Aku benar-benar menyesal."
****
Di ruang tunggu keberangkatan, Xandria dan pasangan Griffin berdiri mengantri untuk memasuki pesawat. Xandria dengan berat hati sesekali melihat ke sekelilingnya dan sesekali menoleh keluar gate keberangkatan. Saat ia menoleh, matanya tertuju pada seorang pria yang ia kenal. Ia melihat Justin Bill berlari kesana-kemari di luar ruang tunggu dengan gelisah seperti sedang mencari seseorang. Ia tersenyum sedih melihat pria yang ia cintai untuk terakhir kalinya ada di luar ruangan. "Justin, I love you but I hate you." Ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING MY HOT BROTHER
RomanceNOTE AUTHOR : Untuk kelanjutan ceritanya, kamu bisa membacanya di aplikasi DREAME dengan judul yang sama Thanks 🙏🏻 Sebuah kisah cinta romantis seorang Alexandria Vallery di kota teromantis di dunia. Happy reading dear ♥️♥️ **** "Mana mungkin aku m...