XANDRIA KAMU DIMANA?

32 2 1
                                    

Justin sedang duduk di ruang bacanya menatap keluar jendela. Sudah satu jam ia duduk tanpa melakukan apa-apa. Beberapa hari ini ia kembali teringat pada Xandria. Wanita yang lima tahun lalu selalu mengisi hari-harinya. Setelah kepergian Xandria yang tak tahu kemana, ia telah menyuruh orang-orang untuk mencarinya. Tapi hingga sekarang ia masih belum menemukannya. "Xandria...kamu dimana?" gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba pintu ruang baca di ketuk. Wilbert Dass membuka pintu dan memasuki ruang tersebut dengan beberapa map di tangannya. "Ini dokumen tentang produk fashion ICON AV yang beberapa waktu lalu aku bicarakan padamu. Kali saja kamu tertarik."

"Taruh saja di sana." Justin membalikkan badan dan menjawab dengan nada datar sambil melirik ke meja belajarnya.

Wilbert berjalan menuju sofa yang ada di ruang baca setelah meletakkan map di meja belajar. "Produk fashion ini sedang hits di kota Paris. Meski merupakan brand yang baru muncul dua tahun belakangan, tapi produk ini laku keras di pasaran. Dengar-dengar seorang designer muda, anak angkat dari Mr.Griffin pemilik Griffin Corp akan menjadi kepala designer untuk brand ini."

Tiba-tiba Justin merasa tertarik dengan ucapan Wilbert, kemudian meraih map yang diantar Wilbert dari atas mejanya."Siapa dia?"

"Dari info yang aku dapat, designer itu bernama Alexandria. Rumor yang beredar ia seorang designer cantik dengan banyak prestasi." Wilbert terdiam sejenak berusaha membayangkan seperti apa designer cantik itu. Ia seorang womanizer dan selalu tertarik dengan wanita cantik.

"Tapi aku juga belum pernah bertemu atau kenal dengannya. Selain Deon Griffin yang selalu tampil di media, banyak orang-orang yang tidak mengetahui anak angkat keluarga Griffin itu seperti apa. Seperti biasa, keluarga Griffin selalu tertutup jika media menyinggung masalah keluarga mereka." Wilbert mejelaskan dengan tangan menopang pada lengan sofa dan jari telunjung di dahinya.

Justin yang sedang duduk memijat pelipisnya. "Lalu apa rencanamu?"

"Tentu saja aku ingin memulai sebuah bisnis baru." Wilbert menyeringai.

"Maksudmu?"

"Bagaimana kalau kita membuka butik retail untuk brand ICON AV ini di kota Nice?"

"Apa kau yakin?"

"Tentu saja aku yakin. Banyak anak muda dan orang dewasa yang menggunakan produk fashion ini sekarang. Bahkan banyak mereka yang sengaja ke Paris hanya untuk membeli produk ini. Sudah terbayang keuntungan yang kita dapatkan jika membuka bisnis fashion ini"

Justin tersenyum mendengar penjelasan Wilbert. "Ternyata temanku ini semakin lihai mencari peluang bisnis yang menguntungkan."

"Tentu saja. Apa selama ini bisnis yang aku jalankan tidak menguntungkanmu? Kau sebagai salah satu pemegang saham di perusahaanku tentu saja mendapatkan keuntungan." Wilbert menimpalinya.

"Kalau begitu kau urus segera. Sebelum ada perusahaan lain dari kota Nice yang mendahului kita merekrutnya sebagai rekan bisnis."

"Ok. Aku akan menghubungi bagian marketing perusahaan itu dan mengatur jadwal pertemuan dengan mereka."

"Bagus, kerjakan dengan baik." Justin menjawab sambil membaca dokumen yang ia ambil ari atas meja kerjanya.

Setelah Justin menyetujui rencananya, Wilbert langsung berdiri hendak keluar ruangan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan membalikan tubuhnya. "Oh iya, bagaimana rencana pertunganganmu dengan Belova? Apa sudah ada persiapan?"

"Belum ada. Masih ada waktu tiga bulan lagi." Justin menjawab dengan acuh tak acuh.

"Kau sepertinya tidak bersemangat. Bukankah dulu kau bilang kau sangat mencintainya?"

"Itu dulu. Tapi setelah lima tahun terakhir aku tidak merasakan apa-apa."

"Atau kau masih memikirkan 'bebek jelek' mu itu?" Wilbert yang masih berdiri di ambang pintu berusaha menggoda Justin dengan tawa khasnya.

Mendengar kata 'bebek jelek' dari mulut Wilbert, tiba-tiba saja wajah Justin berubah merah. "Diam kau 'Bad Boy'! Segera keluar atau aku akan memukulimu!" Dulu ia yang menyebut Xandria sebagai 'bebek jelek', tapi sekarang ia malah tak rela orang lain menyebut Xandria seperti itu.

Melihat wajah Justin yang berubah merah padam, Wilbert malah tertawa. "Baik...baik... Aku akan pergi. Sekarang kau termakan omonganmu Justin. Hahahahahaha."

"Cepat keluar!" Justin semakin marah dan hendak melempar sebuah buku pada Wilbert. Wilbert yang merasa terancam segera membuka pintu dan keluar. Selang waktu dua detik ia kembali membuka pintu dan menertawakan Justin.

Justin mendongak melihat ke arah Wilbert dan berteriak. "Apa lagi? Kau urus saja urusanmu dan jalangmu!". Wilbert kembali menutup pintu sambil tertawa terbahak-bahak.

Setelah Wilbert pergi, Justin membuka laci yang ada di ruang bacanya. Ia mengambil sebuah kotak kecil berwarna ocean blue. Melihat warna ocean blue semakin mengingatkan Justin pada Xandria. Wanita polos yang selalu tersenyum hangat padanya. Ia terdiam sejenak mengenang masa lalunya.

Flashback On...

Hari itu aku janji bertemu dengan Xandria di Café tepi pantai tempat kami biasa bertemu. Ia mengenakan stelan rok dan kalung berwarna ocean blue. Tubuhnya yang jauh dari kata langsing sangat tidak cocok menggunakan warna terang seperti itu. Tapi hari itu Xandria sangat percaya diri memakainya meski bagi orang lain itu terlihat norak. Aku yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala dan menahan tawa.

"Xandria...hari ini kamu terlihat seperti ombak yang besar di laut Mediterania."

Ia menoleh dan bertanya padaku dengan nada bingung "Maksudmu?"

"Maksudku...karena kamu memakai baju berwarna ini, kamu terlihat seperti ombak di laut Mediterania." Aku tersenyum sarkastik melihatnya.

"Apa kau meledekku?" Xandria menyeringai.

Aku yang merasa Xandria menyadari ledekanku berusaha menghiburnya, "Bukan...maksudku kamu kurang cocok dengan pakaian ini."

"Ayahku membelikan baju ini saat beliau pergi ke Italy dengan atasannya. Beliau tahu kalau aku sangat menyukai pantai dan warna ocean blue. Jadi aku sangat bahagia saat beliau membelikan baju ini untukku." Xandria yang duduk di sampingku tersenyum tipis.

"Jadi ini warna kesukaanmu?"

Xandria hanya mengangguk menjawab pertanyaanku sambil menyeruput segelas Tropical Juice kesukaannya. Sejenak aku memperhatikannya. Sebenarnya ia tidak terlalu jelek. Hanya saja fisiknya sangat jauh dari kata langsing dan terlalu biasa. Ia selalu tampil apa adanya. Ia tidak pernah berdandan seperti anak gadis umumnya dan selalu tampil casual. Berbeda dengan Belova yang selalu tampil sempurna, sehingga banyak pria yang menyukainya.

Flashback Off...

Justin yang sedang memegang kotak kecil itu kemudian membukanya. Kotak berwarna biru laut itu berisikan sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk kunci. Sebuah kalung yang sangat sederhana. Terselip sebuah kartu ucapan "Selamat Ulang Tahun Justin" di dalam kotak kecil itu. Itu adalah kado dari Xandria yang pernah ia jatuhkan di depan pintu kantor Justin. Ia memegang kartu ucapan yang juga berwarna ocean blue, menatap lekat-lekat pada tulisan tangan yang ada pada kartu itu. Ia bergumam dalam hati "Kamu dimana Xandria? Apa kamu baik-baik saja?"

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVING MY HOT BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang