DEON GRIFFIN

15 2 0
                                    

Kota Paris, ibu kota negara sekaligus salah satu kota cosmopolitan di Prancis. Kota yang sangat kaya akan sejarah dan budayanya, bahkan terkenal dengan berjuta pesonanya. Selain dikenal dengan the Capital of Fashion atau Ibu Kota Fashion, Paris juga disebut sebagai Kota Cahaya (the City of Light). Karena pada malam hari kota Paris bertabur cahaya. Lampu-lampu jalan, jembatan dan bangunan hingga landmark bersinar dengan terang setiap malamnya. Kota yang sangat cantik di malam hari.

Malam itu langit kota Paris begitu indah bertabur bintang. Suara deru mobil bersahutan bersamaan dan orang-orang masih banyak berlalu lalang di trotoar di pinggir jalan. Kota dengan segala kesibukannya tanpa mengenal waktu. Ada yang sedang berbelanja di toko-toko di sepanjang jalan, ada yang sedang bekerja, ada yang hanya sekedar berjalan menikmati keindahan kota Paris di malam hari. Kota yang bisa dinikmati keindahannya 24 jam penuh.

Angin musim semi telah mulai menyapa kota Paris. Bertiup dengan lembut menambah kesejukan malam itu. Seorang wanita sedang berdiri dengan piyama suteranya, mengamati kendaraan dan orang-orang yang berlalu lalang dari lantai 20 sebuah gedung tinggi di tengah kota Paris. Ia duduk sambil menikmati secangkir coffee latte kesukaanya. Sudah menjadi kebiasaannya melihat pemandangan menara Eiffel yang menjulang tinggi berkilauan dan bersinar seperti suar setiap malam dari balkon apartemennya. Dan ia merasa sangat bersyukur bisa menikmati keindahan tersebut setiap harinya.

Wanita yang sedang duduk di balkon apartemen mewah itu bernama Alexandria Vallery. Seorang designer muda yang sangat terkenal di Paris dengan prestasi dan kecantikannya. Ia baru berumur 23 tahun dan telah menyelesaikan study-nya dengan nilai terbaik di salah satu sekolah fashion terkenal di Paris. Karena kecantikan dan kepintarannya serta status sosialnya sebagai anak perempuan dari keluarga Griffin, ia menjadi salah satu wanita idaman para pria di kota Paris.

"Alexa, kamu sedang apa?" tiba-tiba suara baritone yang sangat enak di dengar muncul dari dalam ruangan apartement. "Jangan terlalu sering melamun, tidak baik untuk gadis cantik sepertimu."

Alexa yang sedang duduk santai di balkon merasa kaget dan menoleh ke arah suara itu berasal. "Kak De...Sejak kapan kakak datang?" ia tersenyum bahagia melihat kakak laki-lakinya telah kembali.

"Baru sepuluh menit yang lalu" pria itu tersenyum ringan , berjalan dari dalam ruangan menuju balkon dengan tangan kiri di kantung celana dan secangkir kopi di tangan kanannya. "Benar-benar malam yang indah." Ia menghirup udara malam yang sejuk, kemudian menyeruput kopi yang ada di tangannya.

Ia adalah kakak angkat Alexa, anak dari Mr. dan Mrs. Griffin yang tidak lain adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis Griffin Corporation. Sebuah perusahaan yang terkenal dan terbesar di Eropa dengan bisnisnya di berbagai sektor. CEO muda dengan keahliannya berbisnis mampu membuat Griffin Corp yang dulu hanya berpusat di kota Nice, sekarang menjadi perusahan terbesar di Eropa dalam waktu singkat dibeberapa tahun terakhir. Sorang pria muda yang sangat tampan dan moody, dengan sepasang alis yang tajam dan sepasang mata yang terlihat seperti batu alam amber, indah dan tajam. Hidungnya yang mancung dan dagunya seperti diukir, terlihat tangguh dan indah. Pemilik wajah yang benar-benar bisa membuat orang-orang terhipnotis melihatnya itu bernama Deon Griffin.

"Bagaimana kakak bisa masuk?" Alexa yang sangat penasaran melirik ke arah Deon yang sedang berdiri.

"Kalau kamu bertanya bagaimana aku bisa masuk, tentu saja dengan sidik jariku." ia mengangkat alisnya dan memberi senyum licik pada Alexa.

Alexa mengerutkan bibirnya dengan kesal. "Ada perlu apa kakak kemari?"

"Aku kesini untuk meminta uang kontrakan padamu. Apa kamu lupa apartemen ini milikku?" Jawab Deon sambil tertawa.

"Aku tidak punya uang untuk menyewa apartemenmu yang mewah ini. Benar-benar menjengkelkan."

Mendengar perkataan Alexa membuat Deon semakin terkekeh, "Kalau begitu kamu bayar dengan mengurusku selama satu bulan."

"Hah?..." Alexa kaget mendengar perkataan kakaknya. "Apa kakak mau tinggal disini bersamaku selama satu bulan?"

"Tentu saja." Deon tersenyum licik.

Alexa menolak dengan keras sambil melambaikan tangannya. "Tidak...tidak...tidak... Kakak menginap di hotel atau di apartemen kakak yang lain saja."

"Eh... Nona Alexa. Kamu cukup melambaikan tangan pada kamera, bukan pada kakakmu ini." Ia kembali terkekeh.

Alexa meraih cangkir kopi yang ada di tangan Deon dan menaruhnya di meja kopi yang ada di balkon. Kemudian berjalan sambil menarik tangan Deon yang masih ada dalam kantung celananya hingga pintu apartemen. "Kakak...sebaiknya kakak tinggal di apartemen kakak yang lain saja. Apartement ini sangat sempit untuk kakak." Alexa berbicara dengan lembut dan manja.

Deon yang melihat tingkah laku adiknya masih saja tertawa. "Nona Alexa...kenapa kamu mengusirku? Ini juga apartement ku. Saat aku datang bukannya menyambutku dengan baik, tapi malah mengusirku."

Alexa masih saja memohon pada kakaknya, "Ayo lah kak...apartement yang mewah bagiku ini, tetap saja masih biasa bagimu. Pria kaya sepertimu tidak cocok tinggal di apartemen yang kecil ini."

Sejenak Deon terpaku melihat Alexa yang masih mendongak dengan wajah memelasnya. Gadis yang menjadi adik angkatnya selama 5 tahun terakhir ini, kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa. Ia bukan wanita polos berbadan gemuk seperti dulu lagi. Kini ia telah berubah menjadi wanita yang cantik, berkelas dengan tubuh yang proposional. Ia masih saja tetap cantik meski dengan pakaian rumah tanpa polesan make up di wajahnya. Benar-benar wanita idaman.

Deon sangat jarang bertemu dengan Alexa. Ia terlalu sibuk mengurusi bisnisnya, bahkan sering keluar negeri dan jarang menetap di Paris dalam waktu yang lama. Hari ini ia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. Berniat untuk cuti satu bulan dan menetap di Paris.

"Tidak bisa. Aku akan tinggal disini selama satu bulan bersama adikku." Deon kembali sadar dari lamunannya. Ia melepaskan tangan Alexa yang masih ada di lengannya dan membalikkan tubuhnya memasuki apartemen kembali. Alexa yang masih berada di ujung pintu, mematung mendengar ucapan Deon.

"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Siapkan kamar dan masakkan makanan untukku. Aku sudah lapar." Deon berbicara dengan nada memerintah dan tersenyum licik.

Alexa mengerutkan bibirnya tak berdaya. Ia menghentakan kakinya dengan kesal, kemudian menutup pintu. "Kenapa kakak tidak makan di luar saja? Aku sedang malas memasak."

Deon yang sedang berada di mini bar dapur apartemen, meneguk segelas air putih tiba-tiba tersedak mendengar ucapan Alexa. "Aku sedang malas makan di luar. Sering-sering makan di luar juga tidak baik untuk tubuh. Cepatlah memasak untukku."

"Kakak baru saja pulang dan jarang bertemu denganku. Tapi kakak tetap tidak lupa untuk menyiksaku." Alexa beranjak menuju dapur sambil mengomel. Ia mengeluarkan bahan-bahan makanan yang ada di dalam kulkas.

"Siapa yang menyiksamu? Aku hanya menyuruhmu memasak dan menyiapkan kamar untukku." Deon melirik kearah dapur, menjawab dengan acuh tak acuh.

****

LOVING MY HOT BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang