BAGIAN 2

537 20 0
                                    

Bidadari Dasar Neraka tertawa nyaring, tapi kemudian melotot garang tanpa mempedulikan ocehan Ki Balung. Kedua bola matanya terbeliak lebar, dan bibirnya terkatup rapat. Raut wajahnya begitu kaku, memancarkan kebengisan. Bahkan lebih mirip seekor serigala yang melihat domba sangat gemuk, sehingga membuat air liur menetes karena membayangkan kenikmatan.
"Tua bangka...! Aku tidak peduli segala yang kau katakan! Kau bersedia serahkan empat anak muda itu atau tidak?!" bentak Bidadari Dasar Neraka garang. Suaranya terdengar begitu keras dan lantang.
"Ki...! Biar kurobek saja mulut perempuan lancang itu!" Mardi yang sejak tadi sudah geram, minta izin pada gurunya untuk menghajar perempuan itu. Dan belum lagi Ki Balung berkata apa-apa, Mardi sudah mencelat dengan golok di tangan menerjang Bidadari Dasar Neraka. Begitu cepat lesatannya, sehingga membuat Bidadari Dasar Neraka jadi terperangah tidak menyangka.
"Perempuan cabul! Hadapi aku! Hiyaaa...!"
"Heh...?! Upts!"
Cepat sekali Bidadari Dasar Neraka menghindari tebasan golok Mardi. Maka, hanya sedikit saja golok yang berkilatan tajam itu lewat di depan tenggorokannya. Lalu dia cepat melompat mundur, menjaga jarak sekitar setengah batang tombak.
"Hi hi hi...! Bocah bagus! Kau pikir bisa berbuat apa padaku? Sepuluh orang seperti gurumu pun, belum tentu mampu mengalahkanku. Dan lebih baik, ikutlah baik-baik denganku. Atau, harus kupaksa lebih dulu," kata Bidadari Dasar Neraka agak dingin nada suaranya.
"Phuih...!" Mardi hanya menyemburkan ludahnya dengan sengit.
"Mardi, hati-hati!" Ki Balung memperingatkan.
Belum lagi suara peringatan Ki Balung hilang, Mardi sudah kembali melompat menyerang wanita cantik yang bernama Bidadari Dasar Neraka.
"Hup! Hiyaaat..!"
"Haiiit!"
"Mampus kau!"
Bet!
Kembali Mardi cepat menyerang. Goloknya dikebutkan beberapa kali secara beruntun, disertai pengerahan tenaga dalam tinggi. Tapi dengan liukan-liukkan tubuh yang sangat indah, Bidadari Dasar Neraka bisa menghindarinya.
"Hm.... Agaknya guru dan murid sama saja. Cepat panas dan naik darah. Untung saja wajahmu tampan, hingga aku tidak sampai hati melukaimu. Tapi kalau caramu terus begini, terpaksa aku harus melumpuhkanmu terlebih dahulu," gumam Bidadari Dasar Neraka pelan, seperti bicara pada diri sendiri.
"Jangan banyak mulut kau, Perempuan Cabul! Kau pikir, aku keledai yang seenaknya bisa dilumpuhkan! Hiyaaat..!" sentak Mardi semakin geram.
"Haiiit..!"
Kembali Mardi menyerang dengan tebasan-tebasan golok yang sangat cepat luar biasa. Tapi, tetap saja Bidadari Dasar Neraka hanya melayani dengan senyuman tersungging di bibir. Sikapnya terlihat jelas kalau meremehkan pemuda ini. Namun sebagai murid utama Ki Balung, kepandaian Mardi memang hampir menyamai gurunya. Apalagi, ketika memainkan jurus 'Berputar Mengelilingi Bumi'.
Jurus itu sangat hebat dan dahsyat bila dimainkan dengan golok. Ditambah lagi oleh pengerahan tenaga dalamnya yang sudah tinggi. Agaknya, Mardi betul-betul ingin membuktikan kalau tidak semudah itu dapat ditaklukkan Bidadari Dasar Neraka. Tapi yang dihadapinya kali ini bukanlah tokoh sembarangan.
Nama Bidadari Dasar Neraka sudah puluhan tahun sangat disegani oleh semua golongan. Tidak sembarangan orang berani mencari perkara dengannya. Ki Balung sendiri meyakini hal itu. Dan diyakini pula kalau perempuan ini sesungguhnya adalah Bidadari Dasar Neraka yang dikenalnya dahulu. Hanya saja yang sulit dimengerti, kenapa perempuan itu masih awet muda?
"Yeaaah...!"
Pertarungan antara Mardi melawan Bidadari Dasar Neraka terus berlangsung sengit. Jurus demi jurus berlalu cepat. Entah sudah berapa jurus Mardi menyerang, tapi tetap saja dilayani Bidadari Dasar Neraka hanya dengan liuk-liukkan tubuh saja. Namun begitu, masih terlalu sulit bagi Mardi untuk menyarangkan serangan-serangan ke tubuh yang indah menggiurkan ini. Dan hingga pada satu kesempatan....
"Hih!"
Plak!
"Awas, Mardi!"
Ki Balung berteriak memperingatkan, ketika telapak tangan Bidadari Dasar Neraka menangkis pergelangan tangan Mardi yang sedang mengayunkan goloknya ke arah kepala. Tapi pemuda itu tidak cepat mengerti. Sebab kemudian, seperti ular saja tangan perempuan itu sudah menangkap pergelangan tangannya. Langsung ditariknya tubuh Mardi ke arahnya dengan pengerahan tenaga dalam penuh.
"Ikh...!" Mardi berusaha bertahan sambil mengayunkan kakinya ke perut lawan.
Namun, tubuh Bidadari Dasar Neraka cepat mencelat ke atas sambil berteriak nyaring. Entah bagaimana perempuan cantik itu melakukannya, tahu-tahu golok di tangan Mardi terlepas. Bahkan tubuh Mardi tahu-tahu lemas seperti tidak bertenaga, hingga langsung ambruk ke tanah.
"Hi hi hi...! Dalam keadaan begini, tentu kau akan lebih jinak padaku!"
"Perempuan cabul, lepaskan muridku!" bentak Ki Balung geram.
Ketiga orang murid Ki Balung yang lain segera melompat menghadang Bidadari Dasar Neraka. Dan tanpa diperintah lagi, mereka langsung saja menyerang cepat dari tiga jurusan.
"Hiyaaa...!" "Yeaaah...!"
Namun, serangan mereka hanya dilayani dengan gerakan-gerakan sangat indah dan ringan. Sementara bibir wanita cantik itu terus menyunggingkan senyuman. Kenyataannya, satu pun dari serangan mereka yang berhasil menyentuh kulit tubuhnya. Dan memang, mereka bukanlah tandingan Bidadari Dasar Neraka.
"Hi hi hi...! Sungguh garang murid-muridmu, Tua Bangka! Tapi sayang, aku tidak berselera pada mereka. Kutarik kembali ucapanku. Aku hanya memerlukan seorang muridmu yang ini saja!" ujar Bidadari Dasar Neraka sambil memanggul Mardi yang tidak berdaya di pundaknya.
Bidadari Dasar Neraka berusaha kabur, tapi ketiga murid Ki Balung tentu saja tidak membiarkan begitu saja. Serentak mereka membentuk barisan, dan kembali menyerang dari tiga jurusan. Kelebatan pedang mereka terdengar mendesing, mengancam keselamatan perempuan itu.
Namun Bidadari Dasar Neraka hanya tertawa, seperti menganggap remeh serangan itu. Tubuhnya lalu melayang tinggi ke atas cabang pohon dengan ringan, tapi ketiga murid Ki Balung terus saja mengejarnya. Bidadari Dasar Neraka kemudian mencelat sambil berputar dua kali di udara. Dan disertai teriakan keras, kedua kakinya melayang menghajar dua orang lawan yang terdekat.
"Hih!"
Duk!
"Aaakh...!"
"Menyingkir, Raga!"
Ki Balung langsung membentak. Kedua murid Perguruan Kembang Putih itu langsung menjerit kesakitan. Golok mereka terpental, dengan pergelangan tangan patah dihantam tendangan Bidadari Dasar Neraka yang sangat kuat. Perempuan itu terus bergerak cepat mengayunkan tangan kirinya, menghantam kepala lawannya yang tersisa. Saat itu juga dengan sisa tenaganya, Ki Balung melompat menyerang Bidadari Dasar Neraka, setelah terlebih dahulu memperingatkan muridnya.
"Hiyaaat..!"
"Tua bangka keparat...! Mampuslah kalau memang itu yang kau inginkan! Hiyaaat...!" Bidadari Dasar Neraka membentak sambil menghantamkan satu pukulan yang mengeluarkan sinar kuning kemerahan bagai nyala api.
"Pukulan Api Kematian'?!" Ki Balung mendesis terkejut.
Cepat-cepat Ki Balung bergerak mengegoskan tubuhnya, sambil membalas dengan pukulan andalan 'Rase Kuning'. Tapi ternyata Bidadari Dasar Neraka sudah bergerak cepat. Dan ketika kakinya baru saja menjejak tanah, seorang murid Ki Balung langsung membabatkan goloknya ke arah pinggang perempuan itu.
Meski masih membopong tubuh Mardi di pundak, tapi Bidadari Dasar Neraka masih mampu bergerak gesit bagai burung walet. Tubuhnya tampak berputaran bagai gasing dan bergerak cepat membalas serangan lawan. Akibatnya, tiba-tiba saja orang itu terpekik. Tubuhnya kontan terlempar sejauh lima tombak, dan langsung memuntahkan darah kental kehitaman-hitaman.
Ternyata, tadi Bidadari Dasar Neraka menghantamnya dengan tendangan geledek. Bahkan bukan saja membuat tulang dadanya remuk, tapi nyawanya pun langsung melayang saat itu juga.
"Aaa...!"
"Keparat! Mampuslah kau, Perempuan Laknat!" Secarik sinar kuning dari pukulan maut Ki Balung langsung menderu kencang, menyambar Bidadari Dasar Neraka.
"Mampuslah kau, Tua Bangka Busuk! Hih...!"
Bidadari Dasar Neraka dengan geram, membalasnya. Cepat dilepaskannya 'Pukulan Api Kematian' disertai penggunaan tenaga dalam penuh. Kedua pukulan itu bertemu dan menimbulkan suara ledakan keras menggelegar yang sangat dahsyat sekali, disusul percikan bunga api dan asap tebal membubung.
Glaaar!
"Aaakh...!" Ki Balung memekik kesakitan. Tubuhnya langsung terlempar membentur sebatang pohon. Dari mulutnya tampak meleleh darah kental kehitam-hitaman. Orang tua itu cuma menggelepar sesaat, kemudian tidak bergerak lagi. Nyawanya putus saat itu juga.
"Ki...!" Kedua orang murid Ki Balung langsung memburu dan memeriksa keadaan orang tua itu. Tapi, nyawa Ki Balung sudah tidak tertolong lagi. Tenaganya kalah jauh dalam adu kekuatan tadi. Bukan saja pukulan mautnya yang buyar, tapi pukulan lawan terus menderu menghantam tubuhnya tanpa dapat ditahan. Tubuh Ki Balung tampak seperti terbakar kepanasan, hangus menghitam.
"Perempuan keparat! Kami akan mengadu jiwa denganmu!" bentak salah seorang murid Ki Balung geram.
"Hiyaaat..!"
"Yeaaah...!"
Dengan wajah garang, mereka langsung melesat hendak menyerang. Tapi belum juga sampai, mendadak saja Bidadari Dasar Neraka sudah raib dari tempat itu. Keduanya cepat menajamkan pendengaran, namun jejak dan suara perempuan itu betul-betul tidak terdengar lagi. Dengan hati kesal bercampur dendam, dua murid Ki Balung itu kembali pulang membawa jenazah gurunya dan seorang murid lain.
Sementara itu, Bidadari Dasar Neraka tengah tertawa-tawa nyaring di kejauhan sambil mengerahkan ilmu lari cepat. Tubuhnya seperti dibungkus angin, terus bergerak ke arah utara. Sesudah beberapa saat berlari, gadis berwajah cantik bagai bidadari itu sampai di depan sebuah kuburan tua yang terletak persis di kaki sebuah bukit curam.
Bidadari Dasar Neraka terus melangkah pelan, dan berhenti di depan sebuah kuburan yang sudah rata dengan tanah. Di depannya, tampak dua buah tiang setinggi setengah tombak, terbuat dari bata. Dindingnya sudah rusak dan ditumbuhi lumut Ditekannya bagian atas tiang yang berada di sebelah kanan. Perlahan-lahan, dinding bukit sejauh dua tombak di depan makam itu terlihat terbuka lebar.
Kelihatannya, cukup dimasuki dua orang dewasa. Bidadari Dasar Neraka cepat-cepat masuk ke dalam, maka pintu itu tertutup kembali. Di dalamnya, tampak sebuah ruangan yang cukup luas, diterangi beberapa buah obor yang tergantung di dinding. Di ujung kiri dan kanannya terdapat dua buah kamar.
"Gondo Keling! Raja Manik! Ke mana kalian?!" teriak Bidadari Dasar Neraka.
Dari pintu kiri tampak keluar dua sosok tubuh yang sangat berlawanan. Yang satu bertubuh pendek gemuk dengan rambut pendek berdiri ke atas. Di pinggangnya melingkar sebuah cambuk berduri. Di sebelahnya lagi, berdiri seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus. Tangan kanannya memegang sebuah gada berduri yang cukup besar. Mereka berdua memberi hormat pada perempuan cantik ini.
Bidadari Dasar Neraka memperhatikan seksama ke arah mereka. Di mulut laki-laki pendek gemuk itu masih terlihat bekas-bekas makanan. Sedang baju laki-laki tinggi kurus terkesan kurang rapi, seperti buru-buru dibereskan. Perempuan itu menggeleng kecil sambil tersenyum.
"Sedang apa kalian?" tanya Bidadari Dasar Neraka pura-pura tidak tahu.
Kedua orang itu saling berpandangan satu sama lain.
"Goblok! Apakah telinga kalian tuli?!"
"Eh, ng.... Biasa, Nyai Nilawati...," jawab laki-laki tinggi kurus sambil senyum malu.

93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang