BAGIAN 3

473 20 0
                                    

Seorang gadis berwajah cantik jelita tersenyum genit sambil menggerak-gerakkan tubuhnya seperti perempuan penghibur. Rambutnya panjang terurai sampai pinggul. Bajunya sangat tipis, hingga lekuk-lekuk tubuh bagian dalamnya terlihat jelas. Dan ini membuat semua pemuda yang berada di situ menarik napas, menyaksikan kemolekan tubuhnya.
Di pinggangnya tampak terselip sepasang pedang pendek dari perak. Matanya jalang menatap beberapa orang pemuda berwajah tampan dan gagah. Bibirnya lalu tersenyum manis pada mereka, tanpa mempedulikan yang lain.
Sekilas saja, Ki Wisnu Perkasa dapat menduga kalau perempuan itu bukan gadis sembarangan. Tapi melihat parasnya, pasti usianya masih belia. Meski memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat, namun kelakuannya sangat buruk. Terutama, bila dipandang dari segi kesopanan. Pakaiannya terlihat tak senonoh.
Dan lebih dari itu, di tempat ini sebenarnya seorang gadis dilarang berkeliaran. Buktinya tak terlihat seorang perempuan pun sejak tadi. Tapi sebagai tuan rumah, tentu saja Ki Wisnu Perkasa ingin memperlihatkan keramahannya.
"Nisanak, siapakah dirimu. Dan apa keperluanmu singgah di tempatku?" tanya Ki Wisnu Perkasa ramah.
Gadis itu tak menjawab. Malah terlihat begitu asyik memperhatikan Sadewa. Dan pemuda itu pun kelihatannya terpesona melihat kecantikan gadis itu.
"Nisanak..!"
"Eh! Apakah kau bicara padaku?" gadis itu pura-pura terkejut Ki Wisnu Perkasa tersenyum kecil.
"Apa keperluanmu datang ke sini. Dan, siapa kau sebenarnya?"
"Aku..., ng.... Hanya seorang gadis desa dan ingin melihat-lihat sekaligus ingin menemuinya!" tunjuk gadis itu ke arah Sadewa.
Ki Wisnu Perkasa curiga. Apakah gadis itu kekasih Sadewa? Diliriknya pemuda itu seperti ingin minta penjelasan. Tapi, Sadewa sendiri terlihat bingung.
"Kakang! Apakah kau malu mengakui ku sebagai kekasihmu?" kata gadis itu, sudah langsung memojokkannya sambil tersenyum genit.
"Eh, aku.... Aku..."
"Sadewa! Siapa gadis ini sebenarnya? Apakah dia kekasihmu?" desak Ki Wisnu Perkasa tegas.
"Ki Wisnu! Aku..., aku...."

"Sudahlah, Kakang Sadewa. Kalau kau memang malu mengakui ku sebagai kekasihmu, aku tak menyalahkan. Aku tahu kau kini telah mendapat kedudukan yang baik. Dan tak heran kalau kau tak mengenalku lagi...," sahut gadis itu terdengar sedih.
Ki Wisnu Perkasa kembali mendakwa pemuda lugu itu dengan tatapan tajamnya.
"Orang tua! Biarlah aku pergi membawa duka dan anak dalam kandungan ku ini. Kakang Sadewa sudah tak mengenaliku lagi kiranya...," sahut gadis itu sambil menunjukkan wajah duka.
"Dusta!" sentak Sadewa ketika semua mata tertuju ke arahnya.
Dalam padepokan itu, ada peraturan yang melarang murid-murid untuk menikah lebih dulu. Sebab selepas dari sini mereka akan menjadi tamtama yang kemudian akan mengabdi pada kerajaan. Siapa yang melanggar peraturan ini, akan dikeluarkan dari padepokan saat itu juga. Apalagi sampai menghamili gadis diluar nikah. Jelas itu adalah perbuatan yang memalukan nama baik perguruan. Sangsinya, bukan saja akan dikeluarkan dari perguruan, tapi juga mendapat hukuman berat!
Memang, selama ini Ki Wisnu Perkasa selalu mengajarkan tata susila pada murid-muridnya. Sebenarnya, hari ini nasib baik Sadewa mulai berjalan. Bila kerajaan memanggil, maka selanjutnya kedudukan serta derajatnya akan naik. Tapi mendengar kata-kata gadis yang sama sekali tak dikenalnya, tentu saja tegas-tegas dibantahnya. Siapa sudi jerih payahnya selama ini musnah begitu saja dalam sekejap. Walaupun, tak dipungkiri Sadewa memang terpesona melihat kecantikan gadis itu.
"Ki Wisnu Perkasa! Aku tak kenal gadis ini. Dia berdusta, dan mulutnya berbisa!"
"Hi hi hi...! Begitukah sikapmu, Kakang Sadewa? Setelah mengecap manisnya, lalu akan membuangku seenaknya? Bahkan tak mengakui perbuatanmu?! Bagaimana orang sepertimu bisa dipilih kerajaan?"
"Perempuan keparat! Apa maksudmu?! Jangan mengada-ada. Melihatmu saja baru hari ini! Bahkan aku tak tahu, siapa dirimu dan dari mana asalmu!"
Gadis itu tak mempedulikan kemarahan Sadewa. Sambil tersenyum manis, kembali kepalanya menoleh ke arah Ki Wisnu Perkasa.
"Orang tua, bagaimana pendapatmu?"
Ki Wisnu Perkasa menghela napas panjang. Ditatapnya Sadewa sekilas. Dia tahu, bagaimana tabiat pemuda itu. Selama ini, Sadewa sangat dipercaya. Bahkan merupakan murid kesayangannya. Jadi, rasanya mustahil bila apa yang dituduhkan gadis itu dilakukannya. Tapi tak mungkin juga membelanya, tanpa bukti kuat.
"Nisanak! Dia akan mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya, tapi setelah terbukti bersalah. Dapatkah kini kau buktikan perbuatannya yang tak senonoh padamu?"
"Hi hi hi...! Seorang guru tentu saja akan melindungi muridnya, sekalipun tindakannya tak terpuji. Aku pun memakluminya. Dan untuk meyakinimu, akan kubuktikan perbuatannya. Biar semua mata yang berada di sini menyaksikan, bagaimana buruknya kelakuan muridmu itu," kata gadis itu, tenang.
"Ki Wisnu! Jangan percaya ucapannya! Dia berdusta! Aku sama sekali tidak mengenalnya!"
"Diamlah, Sadewa! Aku tak bisa memutuskan benar atau salah, jika bukti-bukti tidak ada!" bentak Ki Wisnu Perkasa, tegas.
Sadewa terdiam dengan hati geram. Dan ketika Ki Wisnu Perkasa mempersilakan gadis itu untuk membuktikannya, semua mata menatap ke arah gadis berwajah jelita itu. Dan tampaknya gadis itu seperti ingin mempermainkan mereka. Diam beberapa saat seperti sedang berpikir.
"Kebakaran...! Kebakaran...!" teriak seseorang tiba-tiba, sambil berlari ke depan.
Semua mata berpaling. Dan di barak belakang, terlihat asap hitam membubung tinggi. Sedangkan murid-murid lain terlihat sibuk, berlari serabutan ke arah barak yang terbakar dan membantu memadamkan api secepatnya. Ki Wisnu Perkasa bukanlah orang lalai dan cepat melupakan urusan. Ketika matanya cepat kembali berpaling, kiranya perempuan itu telah lenyap. Begitu juga Sadewa.
Apa yang terjadi sebenarnya tak ada yang tahu, kecuali gadis itu. Dia memang tak mau menyia-nyiakan kesempatan. Begitu semua mata berpaling ke arah sumber api, maka secepat itu pula tubuhnya bergerak menyambar Sadewa seraya menotok urat geraknya. Kemudian gadis itu kabur dengan kecepatan sulit diikuti mata.
Kini tahulah orang tua itu, kalau telah kena diakali. Kemarahannya langsung memuncak. Bahkan kepercayaannya terhadap Sadewa lenyap seketika. Dalam pikirannya, cepat menduga kalau Sadewa ada di balik semua ini. Maka hari itu juga, semua muridnya diperintahkan mencari Sadewa untuk dihadapkan pada Ki Wisnu Perkasa. Orang tua itu telah menetapkan hukuman berat padanya.
Sedangkan sebagai pengganti Sadewa, telah diangkat wakilnya. Ki Wisnu Perkasa kini hanya bisa menggelengkan kepala dengan hati tak percaya. Salahkan penilaiannya selama ini terhadap Sadewa? Kalau dia melarikan diri dari hukuman, berarti memang betul melakukan kesalahan. Tindakannya begitu pengecut. Padahal, hal itu tak pernah diajarkan pada murid-muridnya. Kalau saja nanti, murid-muridnya yang lain menemukan Sadewa, dia hanya bisa berharap agar tak terjadi pertumpahan darah di antara mereka.
Sebenarnya, Sadewa adalah murid berbakat. Dia cerdas, kuat, dan tangkas. Tak sembarangan orang mampu mengalahkannya. Bahkan tak seorang pun dari murid-muridnya yang lain mampu menandingi ilmu silat yang dimiliki. Termasuk, para pelatih sekalipun. Memang, Sadewa langsung berada di bawah didikan Ki Wisnu Perkasa.

93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang