Melihat gadis itu kabur sambil membawa lari pemuda murid Raja Pedang Bermata Dewa, Pendekar Rajawali Sakti mulai curiga. Maka, tubuhnya langsung melesat secara kilat. Langsung dikerahkannya ilmu meringankan tubuhnya untuk mengejar gadis itu. Namun setelah sekian jauh berlari, Pendekar Rajawali Sakti merasakan kalau ilmu lari cepat gadis itu hebat sekali. Meski seluruh kemampuannya sudah dikerahkan, tapi jaraknya dengan gadis itu tidak semakin dekat. Bahkan perlahan-lahan jaraknya semakin jauh.
Melihat hal itu, Rangga tidak habis pikir. Dia mendengus kesal dalam hati. Tiba-tiba, Pendekar Rajawali Sakti menghentikan larinya sambil memperhatikan arah lesatan gadis itu. Setelah menduga-duga arahnya, Rangga berlari cepat ke arah padang rumput yang agak luas. Begitu tiba, kepalanya segera mendongak ke atas. Lalu....
"Suiiit!"
Kembali Pendekar Rajawali Sakti mendongakkan kepalanya, mengharapkan rajawali raksasa sahabatnya mendengar panggilannya. Setelah menunggu beberapa saat, di kejauhan terlihat sebuah titik hitam yang semakin lama semakin besar. Dan begitu bentuknya terlihat jelas yang berupa rajawali raksasa putih keperakan, Pendekar Rajawali Sakti tersenyum girang.
"Syukurlah kau mendengar panggilan ku, Rajawali Putih...."
"Khragkh...!"
Rajawali Putih menukik cepat bagai kilat, sambil menguncupkan kedua sayapnya. Sementara, Rangga memasang kuda-kuda agar tubuhnya tidak terlontar oleh angin kencang yang ditimbulkan kepakan sayap burung rajawali sahabatnya. Dan begitu mendarat, dielus-elusnya bulu-bulu Rajawali Putih seperti ingin menumpahkan rasa rindu dan sayangnya.
"Rajawali Putih! Aku memerlukan bantuanmu. Bawalah aku ke arah utara secepatnya" kata Rangga, langsung naik ke punggung Rajawali Putih.
Seperti mengerti apa yang diucapkan Pendekar Rajawali Sakti, Rajawali Putih langsung melesat cepat ke arah yang ditunjukkan Rangga. Dan dalam waktu singkat, mereka sudah membelah angkasa di atas awan-awan yang berarak.
"Aneh! Ke mana gadis itu? Secepat apa pun dia bergerak, mustahil bisa menghilang begitu saja!" desis Rangga keheranan sambil memperhatikan keadaan di bawah.
Dengan mengerahkan aji Tatar Netra' Pendekar Rajawali Sakti dapat melihat jelas apa yang ada di bawah sana. Sebuah lembah gelap yang pengap banyak ditumbuhi pohon lebat. Dari celah ranting pohon, terlihatlah sebuah pekuburan tua yang diapit sebuah lereng gunung. Di situ, ternyata tidak ada satu tempat yang diduga untuk persembunyian. Juga tidak ada sesuatu yang mencurigakan.
Beberapa kali Rangga berputar-putar di atas tempat itu, dan memeriksa keadaan sekelilingnya. Namun tidak juga ditemukan jejak gadis itu. Yang terlihat hanya Sepasang Naga Pertala yang berjalan pelan sambil menendang dan memukul apa saja yang ditemui di tengah jalan. Tadinya Rangga akan menyuruh Rajawali Putih untuk melesat kembali. Tapi, tiba-tiba matanya menangkap seorang gadis berbaju putih tengah berlari kencang sambil mendekap wajahnya dengan kedua tangan.
Arah yang dituju gadis itu, mau tidak mau akan berlawanan dengan Sepasang Naga Pertala, meskipun masih jauh. Rangga bisa memperhitungkan, mereka akan bertemu di persimpangan jalan. Apa yang diperkirakan ternyata terbukti. Gadis itu memang bertemu Sepasang Naga Pertala di persimpangan jalan. Namun, tampaknya gadis itu tidak peduli. Sedangkan Sepasang Naga Pertala yang memang sedang kesal karena buruannya menghilang, bermaksud menumpahkan kekesalannya pada gadis itu.
"Berhenti!"
Tapi gadis itu tidak menggubrisnya. Melihat hal ini, Taji Sulur dan Taji Lalang sudah langsung melompat menghadang. Gadis itu segera menghentikan langkahnya. Dan begitu melihat siapa yang menghadang di depannya, langsung diserang Sepasang Naga Perkasa dengan pedang pendek di tangan.
"Gembel busuk keparat! Kalau bukan karena kalian, semua ini tidak akan terjadi! Yeaaa...!"
"Huh! Kau pikir kami akan begitu mudah percaya dengan tipuan gurumu? Kali ini, kau tidak akan berdaya dan akan mampus di tangan kami!" bentak Taji Sulur sambil mendengus garang.
Maka pertarungan tidak dapat dihindari lagi. Gadis yang tidak lain Utari dan merupakan murid Raja Pedang Bermata Dewa langsung menyerang ganas. Memang, sejak melihat kehadiran seorang wanita cantik yang gerak-geriknya sangat manja terhadap Pranajaya, rasa cemburunya langsung meledak!
Hatinya terasa perih dan tidak kuasa melihat hal itu. Dengan membawa luka hati, Utari pergi meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan siapa pun. Tapi, siapa sangka tiba-tiba dua orang yang tadi menimbulkan kerusuhan dan membuatnya terhina, sudah menghadangnya. Kini, tak heran kalau Utari seperti menemukan pelampiasan sakit hatinya dengan menyerang ke arah dua lawannya secara bertubi-tubi. Kalau saja berhadapan satu persatu, mungkin Utari mampu mengalahkannya.
Tapi kali ini, kedua lawannya maju berbarengan, menggunakan paduan ilmu silat yang kompak. Akibatnya, serangan yang dilancarkannya selalu kandas. Bahkan kalau tidak hati-hati, mungkin dia sendiri yang akan terkena serangan balasan lawan yang sangat gencar. Dan dengan satu serangan yang tidak terduga, Sepasang Naga Pertala mampu membuatnya kewalahan. Utari cepat membabatkan pedang pendeknya ketika datang serangan dari Taji Lalang dengan sodokan pukulan. Tapi, Taji Lalang cepat menarik serangannya, dan secepat kilat berkelit.
Sementara saat itu juga, Taji Sulur sudah langsung membantu dengan ayunan kaki kanannya ke perut Utari. Serangannya begitu cepat, sehingga Utari jadi terdesak hebat. Cepat dihindarinya serangan itu. Tapi kemudian, Taji Lalang menyusuli dengan pukulan ke arah dada.
"Hiyaaat..!"
Plak!
Gadis itu kontan menjerit kesakitan dan tubuhnya langsung terbanting ke tanah. Dan belum sempat Utari bangkit, Taji Sulur sudah mengejar seraya mengirimkan satu pukulan mautnya.
"Mampus!"
Wusss...!
"Heh!"
Taji Sulur tersentak kaget ketika tiba-tiba saja mendesir angin kencang yang membuatnya hampir terpental. Untung saja kuda-kudanya dipasang kuat-kuat. Ternyata angin keras yang mendesir itu berasal dari sebuah bayangan hitam yang tampak semakin membesar. Dan belum lagi Sepasang Naga Pertala tersadar, dari bayangan hitam itu melompat sosok pemuda berbaju putih. Pemuda tampan berompi putih itu berdiri gagah di antara mereka ketika angin kencang sudah berhenti.
Sementara itu Sepasang Naga Pertala sampai terbelalak memperhatikan seekor rajawali raksasa berdiri tegak dengan dada membusung. Seumur hidup, baru kali ini mereka melihat burung rajawali yang demikian besar. Sampai-sampai, mulut mereka ternganga dengan mata mendelik. Sedangkan di dekat burung raksasa itu terlihat seorang pemuda tampan berbaju rompi putih. Di balik punggungnya tampak tersembul gagang pedang berbentuk kepala burung. Siapa lagi kalau bukan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kaukah pemilik burung ini? Menurut kabar, pemilik burung ini adalah Pendekar Rajawali Sakti. Kisanak, kaukah orangnya?" tanya Taji Sulur.
"Benar. Demikianlah orang-orang memberi gelar padaku. Kulihat, sejak tadi kalian terus bertengkar. Bahkan kini ingin saling membunuh. Tidakkah kalian merasa malu dengan bertindak bodoh seperti ini? Padahal, orang yang tengah diributkan sedang mencari keuntungan di tengah-tengah kalian sendiri," kata Rangga atau lebih dikenal sebagai Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa maksudmu, Kisanak?" tanya Taji Sulur merasa kurang senang.
"Maksudku, kenapa kalian malah saling menumpahkan kekesalan dan kemarahan pada orang yang bukan pada tempatnya. Bidadari Dasar Neraka adalah persoalan kalian. Dan, padanyalah kalian seharusnya menumpahkan kemarahan!"
Taji Sulur dan Taji Lalang berpikir sesaat. Sepertinya, mereka mengerti apa yang dikatakan pemuda itu. Tapi sebenarnya dalam benak mereka tengah terlintas bayangan, bagaimana pemuda itu mengendarai seekor burung rajawali raksasa yang mampu terbang cepat? Padahal, belum lama pemuda itu berada di dalam kedai. Dan kini, tiba-tiba sudah berada di tempat ini. Jelas, pemuda itu mengendarai rajawali raksasa untuk ikut mengejar Bidadari Dasar Neraka. Inilah kecurigaan mereka. Tidak diragukan lagi, belakangan ini banyak sekali tokoh persilatan yang mencari perempuan Bidadari Dasar Neraka untuk membuat perhitungan.
"Kisanak! Kau tadi pasti bersama kawanmu itu sudah berkeliling di angkasa. Apakah kau tidak melihat, ke mana menghilangnya Bidadari Dasar Neraka?" tanya Taji Lalang.
Rangga menggeleng lemah.
"Sayang sekali..., aku sudah mencarinya hingga berputar-putar di seluruh tempat ini. Tapi, jejaknya hilang di perbukitan itu," tunjuk Pendekar Rajawali Sakti ke satu arah. Sepasang Naga Pertala mengikuti arah yang ditunjuk pemuda itu.
"Maksudmu, Lereng Gunung Setan?!" tanya mereka hampir berbarengan.
Rangga mengerutkan dahi setelah mengangguk. Nada ucapan mereka terlihat sumbang, seperti mengisyaratkan ketakutan ketika mendengar nama tempat itu. Pendekar Rajawali Sakti sendiri baru tahu kalau perbukitan yang tadi dilihatnya bernama lereng Gunung Setan. Tapi apa hebatnya tempat itu, hingga kedua orang ini terlihat ketakutan?
"Kisanak, ada apakah di tempat itu sebenarnya?"
"Itu tempat keramat. Dan tidak seorang pun yang sampai di tempat itu, akan bisa keluar hidup-hidup. Bahkan datuk persilatan sekalipun berpikir seribu kali untuk mendatanginya," jelas Taji Sulur.
"Hmmm, jadi sekarang bagaimana? Apakah kalian tidak bermaksud mengejar Bidadari Dasar Neraka? Besar dugaanku, dia bersembunyi di tempat itu!" kata Rangga menambahkan.
Pemuda itu sengaja berkata demikian untuk menakut-nakuti Sepasang Naga Pertala. Padahal dia sendiri tidak yakin, apakah perempuan iblis itu berada di sana. Tapi melihat paras Sepasang Naga Pertala yang mulai gentar, di situlah kesempatannya menakut-nakuti. Ditanya begitu, Sepasang Naga Pertala pura-pura tidak mempedulikannya.
"Biarlah, lain kali saja. Kalau dia kami temui di luaran. Perempuan itu tentu tidak akan selamat!" ujar Taji Sulur, menutupi rasa takutnya.
"Kisanak, kami permisi dulu!" lanjut Taji Lalang.
Sepasang Naga Pertala melirik sejenak pada Utari sebelum meninggalkan tempat itu. Bagaimanapun, nama Pendekar Rajawali Sakti memiliki pengaruh tersendiri di hati mereka. Kalau saja mereka berkeras untuk menggempur gadis itu, bukan tidak mungkin Pendekar Rajawali Sakti akan turun tangan. Bahkan persoalan akan semakin runyam. Jalan terbaik memang menghindar. Dan itu yang dilakukan Sepasang Naga Pertala.
"Nisanak! Apakah kau baik-baik saja?" sapa Rangga mendekati gadis itu.
Gadis itu tidak menjawab. Malah, dia sibuk membersihkan debu-debu yang melekat pada pakaiannya. Dan tanpa menoleh lagi, kakinya terus melangkah meninggalkan pemuda itu. Rangga tersenyum kecil sambil mendesah pelan.
"Sungguh malang nasib orang tua itu memiliki murid yang tidak sopan. Bahkan sepatah kata pun tidak terucap untuk sekadar berbasa basi...," sindir Rangga.
Gadis itu berbalik. Sepasang matanya, langsung melotot garang ke arah Pendekar Rajawali Sakti. "Kisanak! Jangan sampai kutampar mulutmu yang kurang ajar! Seenaknya saja kau menuduh orang tidak sopan! Apakah kau pikir sudah hebat, karena menolongku? Huh! Aku tidak memerlukan pertolonganmu!"
"Heh? Kenapa jadi marah? Apakah kau merasa kata-kataku menyinggung perasaanmu. Aku tak menuduh siapa-siapa, Nisanak!"
"Huh! Dasar laki-laki, pandai berpura-pura. Jadi kalau bukan ditujukan padaku, ditujukan kepada siapa lagi?!" dengus gadis itu kesal.
"Maaf, Nisanak! Aku tidak ada waktu untuk meladeni kelakuanmu yang kekanak-kanakan! Kalau kesal karena merasa kekasihmu memiliki perempuan lain, kau salah duga. Perempuan itu berjuluk Bidadari Dasar Neraka. Dan kekasihmu bukan sedang bersenang-senang, tapi sedang menghadapi maut!" kata Rangga, sebelum melompat ke pundak rajawali raksasa tunggangannya, lalu melesat cepat ke angkasa.
Pendekar Rajawali Sakti memang paling tidak suka meladeni gadis yang sok pintar dan mau menang sendiri. Gadis itu terhenyak. Bagaimana mungkin pemuda tadi mampu bergerak secepat itu? Dia sendiri sulit melihat gerakannya, karena tiba-tiba saja Pendekar Rajawali Sakti telah melesat cepat bersama Rajawali Putih.
"Pendekar Rajawali Sakti? Siapa dia sebenarnya? Apakah seorang datuk persilatan?" pikir Utari.
Dan pikiran itu dihubungkannya dengan sikap Sepasang Naga Pertala yang sangat hormat pada pemuda itu. "Pastilah dia seorang tokoh hebat. Tapi, apa yang dikatakannya tadi? Oh! Benarkah itu? Benarkah Kakang Prana saat ini dalam bahaya? Kalau benar gadis itu Bidadari Dasar Neraka, berarti aku sudah melakukan kesalahan besar dengan meninggalkannya begitu saja."***
"Eyang Guru, maafkanlah tindakanku yang bodoh. Ke manakah Kakang Prana sekarang?" ucap Utari, ketika telah menemui gurunya, Raja Pedang Bermata Dewa. Raja Pedang Bermata Dewa menyarungkan pedangnya sambil menghela napas berat.
"Dia dilarikan perempuan itu...."
"Bidadari Dasar Neraka?" Orang tua itu mengangguk, sehingga membuat Utari tampak cemas.
"Eyang! Kita harus menolongnya! Tadi, aku sempat bertemu Pendekar Rajawali Sakti...."
"Apa?! Pendekar Rajawali Sakti?"
Gadis itu heran melihat keterkejutan gurunya setelah mendengar julukan itu disebutnya.
"Kau bertemu dengannya? Di mana?!" Utari lalu menceritakan secara singkat pertemuannya dengan Pendekar Rajawali Sakti. Juga diceritakannya tentang kemungkinan menghilangnya Bidadari Dasar Neraka.
"Sungguh gegabah kau mengumpatnya! Aku sendiri pun belum tentu unggul melawannya. Sudahlah. Lebih baik, kita menuju lereng Gunung Setan untuk mencari jejak perempuan itu. Dan Pranajaya harus diselamatkan, apa pun akibatnya!"
"Eyang! Kenapa tempat itu begitu ditakuti?" tanya Utari.
"Konon, dahulu kala di situ bersembunyi seorang tokoh sesat yang belum pernah terkalahkan. Tapi setelah puluhan tahun, namanya tenggelam begitu saja. Yang ada hanya cerita dari mulut ke mulut yang terus hidup," jelas orang tua itu.
Utari kini mengerti. Lalu mereka kemudian berian meninggalkan tempat pertemuan mereka. Sebuah tempat di depan kedai, tempat Pranajaya diculik Bidadari Dasar Neraka.***
KAMU SEDANG MEMBACA
93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar Neraka
ActionSerial ke 93. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.