BAGIAN 6

420 19 0
                                    

Pada suatu kesempatan, Ki Dewok Sisik mengelebatkan pedangnya. Melihat serangan yang begitu cepat, Raja Manik segera memapaknya dengan gada berduri.
Trakkk!
Benturan dua buah senjata yang berlawanan jenis tak dapat dielakkan lagi. Namun akibatnya, Ki Dewok Sisik jadi terlongong bengong begitu menyadari kalau pedangnya telah patah. Tubuhnya memang sempat terjajar, namun tak urung dia jadi terpaku sesaat.
Sementara, gada Raja Manik pun terlepas dari genggaman. Mendapat kesempatan baik ini, Gondo Keling segera ikut membantu dengan lecutan cambuknya. Sedangkan Raja Manik kembali menyerang dengan kepalan tangan kanan yang berisi tenaga dalam penuh.
Ctar!
Diegkh!
"Aaakh!"
Tubuh Ki Dewok Sisik langsung terjungkal ke belakang sejauh tiga tombak disertai jerit kesakitan, begitu dua serangan lawan mendarat telak di dada dan iganya. Dari mulutnya kontan menyembur darah merah kehitam-hitaman. Sesat kepalanya bergerak pelan, kemudian diam untuk selamanya. Nyawanya langsung melayang saat itu juga, dengan dada yang hancur dan tulang-tulang iga patah.
Nyi Palaning sempat melihat kematian Ki Dewok Sisik. Namun perempuan tua itu hanya mendengus sinis. Selain memang tidak ada urusan dengan orang tua itu, saat ini Bidadari Dasar Neraka sedang gencar mendesaknya. Bahkan keadaannya semakian terpojok. Tongkat di tangannya yang sejak tadi diandalkan untuk mendesak lawan, seperti tidak berarti apa-apa menghadapi kelincahan tubuh Bidadari Dasar Neraka yang bergerak ringan dan cepat sekali.
"Aku sudah bosan bermain-main denganmu, Nenek Peot! Kini terimalah kematianmu!" desis Bidadari Dasar Neraka sambil mencabut pedang kembarnya.
Sriiing!
"Huh! Perempuan rendah! Kau pikir kesombongan mulutmu mampu membuktikan hal itu? Kaulah yang akan mampus hari ini!"
Bidadari Dasar Neraka tidak mempedulikan ucapan Nyi Palaning. Dan tubuhnya sudah langsung bergerak bagai kilat dengan sambaran kedua pedang pendek dari perak di tangan yang dahsyat dan saling susul, ke arah kepala, dada, dan pinggang lawan.
Melihat serangan ini, Nyi Palaning jadi terkejut setengah mati. Agaknya, lawan betul-betul hendak membuktikan ucapannya. Maka, tongkatnya segera diputar sedemikian rupa untuk membentengi tubuhnya, dan sesekali balas menyerang.
Sementara itu dengan mengerahkan tenaga dalam penuh, Bidadari Dasar Neraka berusaha menembus pertahanan lawan. Langsung dihantamnya tongkat ditangan Nyi Palaning.
"Hiyaaat..!"
Prakkk!
Perempuan tua itu jadi terkejut, karena tongkatnya patah jadi dua dihantam pedang lawan. Bahkan tubuhnya sempat tergempur beberapa langkah ke belakang. Tangannya kontan terasa ngilu seperti kesemutan, sehabis beradu senjata tadi. Dan karena begitu terkejut, Nyi Palaning lupa pada pertahanannya. Maka....
Crab!
Cras!
"Aaakh!"
Nyi Palaning kontan berteriak kesakitan, begitu pedang lawan menembus jantungnya. Dan ternyata, Bidadari Dasar Neraka tidak memberi ampun sedikit pun. Maka sabetan pedang berikutnya, langsung menyambar leher Nyi Palaning hingga nyaris putus. Perempuan tua itu jadi terhuyung-huyung seperti ayam disembelih. Tubuhnya langsung ambruk dan nyawanya langsung melayang.
Bidadari Dasar Neraka dan kedua pembantunya langsung meninggalkan tempat itu, begitu lawan-lawannya sudah tidak berkutik lagi.

***

Desa Parit Susuk berbatasan dengan Desa Jambu Pasir yang terletak di sebelah timurnya. Keadaannya cukup ramai, walau kalah jauh dibandingkan desa tetangganya. Saat itu seorang pemuda tampan berambut terurai tampak berjalan santai memasuki mulut Desa Parit Susuk. Pemuda berbaju rompi putih yang tidak lain Rangga, atau lebih dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti, saat ini merasa perutnya mulai lapar.
Lalu, dicarinya kedai makanan yang terdekat Namun ada hal yang sedikit aneh. Ternyata, beberapa orang tengah memperhatikannya dengan seksama. Bahkan salah seorang dari mereka malah mendekat.
"Kisanak! Kalau kau masih sayang pada nyawamu, sebaiknya lekas tinggalkan desa ini!" kata orang itu langsung memperingatkan.
Rangga mengerutkan alisnya.
"Bahaya apa gerangan Kisanak?"
"Sudahlah jangan terlalu banyak tanya! Telah banyak pemuda gagah berwajah tampan sepertimu yang menjadi korban perempuan iblis itu!"
"Perempuan iblis?" tanya Rangga, jadi teringat penuturan Sadewa.
Sebelumnya, Pendekar Rajawali Sakti memang tidak mempunyai urusan dengan perempuan itu. Tapi sepanjang jalan, banyak terdengar tentang perbuatan cabul sekaligus sangat kejam yang dilakukan wanita iblis itu. Pemuda-pemuda berparas tampan serta gagah diculiknya, lalu ditinggalkan dalam keadaan tewas.
"Siapa lagi kalau bukan Bidadari Dasar Neraka!" sahut laki-laki berkulit hitam dan berbaju lusuh.
Rangga mengangguk.
"Terima kasih atas nasihatmu, Kisanak. Tapi, perutku lapar. Mana mungkin aku bisa kuat berjalan sebelum diisi...."
"Terserah kau sajalah. Aku hanya memperingatkan. Banyak orang di sini yang mengungsikan putranya ke Desa Jambu Pasir atau ke kotaraja, karena di sana lebih aman!"
Setelah berkata demikian orang itu langsung meninggalkan Rangga. Pendekar Rajawali Sakti hanya menggeleng perlahan. Dalam hatinya, setelah mendengar sepak terjang perempuan itu, justru malah ingin bertemu dan berniat menghentikan perbuatannya. Kaki Rangga lurus melangkah, dan masuk ke dalam sebuah kedai.
Kedai ini tampaknya sepi pengunjung. Paling tidak yang terlihat hanya tujuh orang yang masing-masing berada dalam empat buah meja. Melihat gerak-geriknya, agaknya mereka termasuk orang-orang persilatan. Namun Rangga tidak mempedulikan, dan langsung memesan makanan. Dan begitu pesanan datang, Rangga segera menyantapnya.
Baru saja Pendekar Rajawali Sakti selesai menyantap hidangan, dari mulut kedai muncul seorang gadis berparas cantik. Bajunya berwarna putih dengan rambut panjang diikat pita putih. Di pinggangnya, terselip sebilah pedang terbuat dari perak. Walaupun cantik namun wajahnya terlihat galak. Di sebelahnya tampak berjalan seorang pemuda gagah berwajah tampan. Di punggungnya, tersembul pedang berukuran besar.
Melihat sikap mereka, agaknya kedua anak muda ini adalah sepasang kekasih. Rangga hanya menatap mereka sekilas. Dan dia bermaksud untuk meninggalkan kedai, tapi cepat mengurungkan niatnya. Saat itu matanya melihat dua orang bertubuh besar yang tadi berada di pojok kedai, bangkit dan mendekati kedua anak muda itu.
"Bidadari Dasar Neraka! Kebetulan kau berada di sini. Kami Sepasang Naga Pertala, akan membuat perhitungan atas perbuatanmu membunuh saudara seperguruan kami!" kata salah seorang dari Sepasang Naga Pertala yang memiliki tubuh tinggi besar.
Sementara, gadis berbaju putih itu menaikkan alis dengan pandangan heran. Di liriknya kedua laki-laki bertubuh besar dan kasar itu. Yang berbicara dengannya tadi, sepasang matanya bulat seperti melotot. Sedangkan yang seorang lagi, bermata sayu dengan kelopak kiri codet sepanjang jari telunjuk.
"Pengemis busuk, menyingkirlah dari hadapanku!" geram gadis itu dengan suara nyaring.
"Huh! Setelah sekian lama mencarimu, baru sekarang bertemu. Kau pikir apa aku akan membiarkan mu pergi begitu saja?! Kau harus menerima balasan dari kami!" balas salah seorang dari mereka dengan wajah garang.
"Kurang ajar! Apa urusannya hingga kau menuduhku yang tidak-tidak?!"
"Sudahlah, Taji Sulur! Untuk apa berlama-lama. Biar kubereskan perempuan keparat ini!" sentak laki-laki yang bermata sayu, langsung menghantamkan kepalan tangannya ke meja.
"Tahan, Kisanak!" teriak pemuda di sebelah gadis yang dipanggil Bidadari Dasar Neraka, berniat mencegah. Tangannya langsung disodorkan untuk menangkis.
Plak!
Tapi laki-laki bermata sayu tidak mempedulikannya. Langsung kakinya diayunkan menendang pemuda itu dengan cepat.
"Taji Lalang! Hadapilah pemuda tolol itu! Biar perempuan iblis ini kubereskan!" teriak si mata bulat yang bernama Taji Sulur, langsung menyerang gadis berbaju putih.
Hiyaaat..!"
"Gembel-gembel keparat! Kupecahkan batok kepala kalian berani mengganggu orang tanpa sebab!" teriak gadis itu, sambil berusaha mengelak.
"Berteriaklah sepuas hatimu, Perempuan Cabul! Tapi hari ini, Sepasang Naga Pertala akan menghentikan perbuatan terkutukmu!"
"Keparat! Kau tuduh aku perempuan cabul?! Hih! Betul-betul akan kuremukkan kepalamu!" sentak gadis itu geram.
Pertarungan keempat orang itu berlanjut di luar, ketika si pemilik kedai berteriak-teriak memohon agar barang-barang miliknya tidak hancur berantakan. Mendengar disebutnya nama Bidadari Dasar Neraka oleh kedua Naga Pertala itu, tentu saja menarik perhatian semua orang yang berada di situ. Mereka langsung berduyun-duyun menyaksikan pertarungan, dan memaki-maki gadis itu. Bahkan beberapa orang penduduk melemparinya dengan benda-benda keras.
Tak bisa dilukiskan betapa marahnya penduduk desa ini terhadap perempuan berjuluk Bidadari Dasar Neraka. Memang, beberapa hari ini, sepuluh orang pemuda desa kedapatan tewas dengan tubuh pucat kekuningan. Beberapa orang melihat mereka diculik oleh seorang perempuan yang berjuluk Bidadari Dasar Neraka.
"Jahanam keparat! Apa-apaan ini?! Kubunuh kalian semua...!" teriak gadis itu kalap.
Pedang pendeknya berkelebat ke sana kemari menghindari hujan benda-benda keras yang dilemparkan para penduduk ke arahnya. Dan dia juga harus menghindari serangan lawan yang bertangan kosong sambil berusaha membalas. Gerakan gadis itu sungguh gesit, hingga sedikit pun tidak mengalami kesulitan menghadapi lawan. Bahkan sedikit demi sedikit Taji Sulur terlihat mulai terdesak hebat Kedua tangannya yang memiliki kuku-kuku tajam bagai cakar maut, sama sekali tidak berkutik menghadapi permainan pedang gadis itu.
"Kini mampuslah kau, Keparat!" Sehabis membentak nyaring, ujung pedang si gadis menyambar ke arah leher Taji Sulur.
Namun, Taji Sulur cepat menundukkan kepala. Melihat kesempatan yang hanya sedikit ini, saat itu juga kaki kanan gadis itu sudah melayang ke ulu hati lawan. Taji Sulur masih sempat menghindar dengan melompat ke atas. Tapi, gadis itu telah menyusulinya dengan kelebatan pedang ke arah leher, dada, dan pinggang. Taji Sulur cepat bersalto ke samping, tapi tubuh si gadis sudah berputar dengan kedua kaki terbuka lebar. Langsung dilepaskannya tendangan beruntun ke perut dan dada Taji Sulur yang tidak mampu mengelak Tubuh lelaki bermata bulat itu terpental dua tombak. Namun sebelum jatuh ke tanah, ujung pedang gadis itu sudah memburu ke arah jantungnya.
"Tahan...!" Tiba-tiba sesosok tubuh berkelebat cepat ke arah pertarungan Taji Sulur melawan Bidadari Dasar Neraka.
Cepat gadis itu menghentikan serangan. Begitu juga pemuda yang tengah bertarung dengan Taji Lalang. Mereka langsung memberi hormat pada orang tua berusia lanjut dan berjenggot putih sepanjang dada.
"Eyang Guru...!"
Orang tua itu mengangguk ramah sambil mengelus jenggotnya, kemudian berpaling pada Sepasang Naga Pertala.
"Kisanak berdua, ada urusan apa hingga kalian berurusan dengan kedua orang muridku?" tanya orang tua itu, ramah.
"Huh! Kau rupanya Raja Pedang Bermata Dewa. Pantas saja permainan pedang mereka cukup tangguh. Tapi tidak kusangka kalau murid perempuanmu mempunyai sifat dan kelakuan seperti iblis!" desis Taji Sulur, dengan wajah tidak senang.
"Kisanak! Benarkah tuduhanmu itu? Kalau murid perempuanku ini dituduh bersifat dan berkelakuan seperti iblis, dapatkah kalian berdua membuktikannya?" tanya orang tua yang ternyata berjuluk Raja Pedang Bermata Dewa, masih bersikap ramah.
"Buktikan apa lagi?! Tanyakan pada semua penduduk di sini, siapa yang tidak kenal Bidadari Dasar Neraka perempuan cabul berkelakuan iblis!"
Mendengar kata-kata Taji Sulur, semua penduduk yang masih berada di situ mengacungkan tangan dengan teriakan-teriakan marah kepada gadis yang disangka Bidadari Dasar Neraka.
"Kisanak! Dengar penjelasanku! Kalian salah duga jika menuduh muridku sebagai Bidadari Dasar Neraka. Aku justru menyuruh mereka untuk menghentikan sepak terjang perempuan iblis itu!" tandas Raja Pedang Bermata Dewa.
"Dusta! Kau hanya berdalih untuk melindungi muridmu!"
"Hm.... Pernahkah sebelumnya kau bertemu perempuan itu?"
Taji Sulur dan Taji Lalang terdiam sesaat. "Melihat langsung memang tidak. Tapi dari ciri-ciri yang kami peroleh, sama dengan murid perempuanmu itu!"
"Menuduh tanpa bukti adalah fitnah, Kisanak. Kau telah memfitnah muridku. Dan itu perbuatan keji. Bagaimana mungkin bisa menuduhnya sebagai Bidadari Dasar Neraka, tanpa kau melihatnya sendiri? Apakah bila ada seratus gadis yang berpakaian sepertinya, lalu akan kau tuduh sebagai Bidadari Dasar Neraka pula? Lalu, bagaimana jika ternyata bukan perempuan yang dimaksud, sedangkan dia telah kau bunuh. Sudah puaskah hatimu karena ternyata Bidadari Dasar Neraka yang asli masih berkeliaran?"
Sepasang Naga Pertala kembali terdiam, wajahnya kali ini tidak segarang tadi. Agaknya kata-kata Raja Pedang Bermata Dewa mengena juga di hati mereka. Keduanya saling berpandangan sejenak.
"Raja Pedang Bermata Dewa! Kami tidak akan meminta maaf, sebelum terbukti kalau gadis itu bukan perempuan yang kami cari. Tapi kalau ternyata benar, maka bukan dia saja yang tidak akan selamat. Bahkan akan kupastikan, seluruh tokoh persilatan akan mengejarmu karena melindungi perempuan keji berhati iblis!"
"Aku bertanggung jawab penuh terhadap segala perbuatan yang dilakukan kedua muridku!" sahut Raja Pedang Bermata Dewa itu mantap.
Sepasang Naga Pertala mendengus sinis, sebelum meninggalkan tempat itu. Tapi belum lagi melangkah jauh, tiba-tiba sesosok tubuh ramping telah berdiri di dekat pemuda tampan murid Raja Pedang Bermata Dewa.
"Hi hi hi...! Ada urusan apa di sini, hingga kelihatan ramai sekali?"
Semua mata tersentak berpaling ke arah asal suara. Maka, tampaklah seorang gadis berparas jelita berusia sebaya dengan murid perempuan Raja Pedang Bermata Dewa. Rambutnya panjang terurai, sebatas pinggul. Bajunya tipis, sehingga bagian tubuhnya terlihat jelas. Sehingga, mata setiap laki-laki yang berada di situ seperti tidak berkedip. Di pinggangnya tampak sepasang pedang pendek terbuat dari perak. Melihat kehadiran dan gerak-geriknya yang genit dan tersenyum memikat, membuat Sepasang Naga Pertala memandang curiga.
"Siapa kau?!" bentak Taji Sulur langsung.
Tapi gadis itu pura-pura tidak mendengar. Dia malah memandang pemuda di dekatnya sambil tersenyum. "Kakang, kenapa kau diam saja? Apakah kau tidak mengenaliku lagi?"
"Siapa kau?!" tanya pemuda itu dengan dahi berkerut menunjukkan kebingungannnya.
Sementara itu, murid perempuan Raja Pedang Bermata Dewa sudah langsung mencibir. "Sudahlah, Kakang Prana. Akui saja kalau memang dia kekasihmu...," kata gadis itu sinis.
"Utari! Dengar dulu penjelasanku! Aku sama sekali tidak mengenalnya!" Pemuda yang dipanggil Prana itu bermaksud menghampiri gadis bernama Utari.
Tapi yang dihampiri sudah langsung melarikan diri dari tempat itu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Baru saja Prana akan menyapa, tapi secepat itu pula gadis cantik di dekatnya bergerak menyambar. Pemuda itu cepat menyadari keadaan. Cepat ditangkisnya sambaran tangan itu, tapi jari tangan lain gadis itu menyerang dengan gerakan sulit diikuti mata biasa. Tahu-tahu saja, sebuah totokan mendarat di tubuh Prana. Akibatnya, tubuhnya jadi kaku seperti tidak bertulang. Prana langsung ambruk tertotok. Dan sebelum tubuhnya menyentuh tanah, gadis itu telah menyambarnya sambil berkelebat cepat meninggalkan tempat itu.
"Perempuan iblis! Ternyata kaulah orangnya! Kau pikir bisa melarikan diri dariku? Yeaaa...!"
Raja Pedang Bermata Dewa yang sempat melihat perbuatan gadis itu berniat mengejar. Dia memang telah menduga, kalau gadis itu tidak lain dari Bidadari Dasar Neraka yang sedang dipersoalkan tadi. Tapi baru saja tubuhnya hendak mengempos tenaganya, tiba-tiba dua sosok tubuh langsung menghadang dan mengirim serangan beruntun ke arahnya.
"Yeaaa...!"
Ctaaar!
"Jahanam!" maki Raja Pedang Bermata Dewa.
Kalau saja dia tidak cepat berkelit, mungkin tubuh Raja Pedang Bermata Dewa akan hancur dihajar ujung cambuk berduri milik sosok yang tak lain dari Gondo Keling. Dan belum lagi sempat menguasai diri, sabetan gada berduri dari Raja Manik nyaris meremukkan batok kepalanya. Orang tua itu cepat merebahkan tubuhnya, kemudian bergulingan dengan kaki menyilang menyambar salah seorang lawan.
"Hiyaaat..!"
"Uts!"
Wuuut!
Raja Manik dan Gondo Keling memang bukan lawan enteng bagi Raja Pedang Bermata Dewa. Dengan senjata dan kepandaian yang tidak rendah, sulit mengalahkan salah satu di antara mereka dalam waktu singkat. Bahkan, belum tentu Raja Pedang Bermata Dewa mampu mengalahkan mereka secara berbarengan. Namun demikian, nama Raja Pedang Bermata Dewa bukanlah nama kosong. Dia amat disegani semua tokoh persilatan karena ketinggian ilmu silatnya. Apalagi bila sudah memainkan ilmu pedangnya seperti saat ini.
Sementara mendengar teriakan orang tua itu. Sepasang Naga Pertala terkejut. Gadis yang baru tiba itu ternyata perempuan yang dicarinya. Tanpa mempedulikan orang tua yang sedang dikeroyok dua orang itu, mereka langsung mengejar Bidadari Dasar Neraka. Namun, meski telah mengerahkan ilmu lari cepatnya, tetap saja Bidadari Dasar Neraka itu tidak juga tersusul. Bahkan jarak mereka semaian jauh, dan akhirnya gadis itu malah menghilang. Sepasang Naga Pertala kini hanya bisa memaki-maki kesal karena kehilangan buruannya.

***

93. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Dasar NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang