Jika ada pertanyaan dalam hati maka carilah jawabannya, jangan biarkan jawaban itu yang mencari mu karena jika ia mencari mu maka ucapkan selamat datang pada penyesalan.
Suga terlihat meneruni tangga dengan tatapan mata yang kosong. Suga hanyut dalam pikirannya, mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. Tidak ada penyeselan melainkan kebimbangan yang semakin menjadi-jadi. Ia tau jawaban dari perasaannya namun ia enggan untuk mengakuinya. Ia hanya memastikan, takut untuk bertindak karena semua belum terlalu jelas.
Ada sedikit beban dalam hatinya, berfikir terlalu jauh dan membuat dia sedikit takut. Takut jika ia terlambat, namun ia juga takut jika terlalu cepat. Semua perlu proses dan Suga sedang menjalankannya.
"Hyung, kau melihat Umji diatas?"
Suara Jhope mengagetkan Suga, membuyarkan semua khayalan tinggi tentang perasaannya. Ia menatap Jhope sebentar lalu melewatinya begitu saja. Mengabaikan adalah hal yang paling mudah dilakukannya, ia berjalan seakan Jhope tidak ada didepannya.
"Dia itu kenapa sih!" Ucap Jhope menatap punggung Suga yang semakin menjauh.
Jhope mulai menaiki anak tangga menuju atap, ia masih mencari keberadaan Umji. Langkah kaki Jhope terhenti saat seseorang merintih kesakitan. Jhope menoleh dan mendapati Eunha terjatuh tepat dibelakangnya, buru-buru ia menghampiri dan membantu gadis itu untuk berdiri.
"Kau tidak papa?" tanyanya.
Eunha diam membisu, entah bagaimana dan apa yang terjadi dengan hatinya ia sungguh tidak tau. Ada debaran yang sulit untuk ia jelaskan, raut wajah khawatir pria itu membuat jantungnya semakin bekerja keras.
Jhope manatap bingung kearah Eunha sambil mengibas-ngibaskan tangannya tepat didepan wajah gadis itu. "Kau baik-baik saja?" tanya Jhope lagi.
"Hah! apa?" tanya Eunha, ia sedikit terkejut karena kini jarak mereka cukup dekat. Eunha merasa kurang nyaman akhirnya mundur beberapa langkah. "Kau baik-baik saja?"tanya Jhope untuk ketiga kalinya.
"I...iya, aku baik-baik saja" jawab Eunha gugup. Gadis itu memutus kontak mata diantara mereka, mulai bergerak untuk merapikan barang-barang yang keluar dari dalam tasnya.
Melihat itu Jhope tidak tinggal diam, ia membantu Eunha memungut semua barang yang berserakan diatas lantai. Pergerakan Eunha berhenti, ia menatap wajah Jhope yang terlihat serius, tanpa disadari Eunha menatapnya penuh kagum.
Jhope memberikan tas milik Eunha dengan lembut di sertai semunyam manis yang benar-benar membuat gadis itu harus pergi kedokter untuk mengecek jantungnya.
"Terima kasih" ucap Eunha. Jhope hanya tersenyum dan lekas berdiri untuk kembali menemui Umji. Ia melangkah dengan cepat, namun terhenti saat wanita yang ingin dia temui nampak berjalan dengan santai sambil membawa gitar pink.
"Kau dari mana saja? Apa kau sudah makan?" tanya Jhope sambil melepar senyum pada Umji. "Berhenti bertingkah seperti ayah ku!" jawab Umji ketus.
Eunha yang masih berdiri diatara mereka mendengar dengan jelas, mungkin tidak ada yang spesial dari pertanyaan Jhope, tapi saat kau menatap wajahnya kau akan menemukan hal lain. Eunha merasa tidak nyaman diantara mereka akhirnya memilih untuk pergi karena Pergi adalah pilihan terbaik. "Aku hanya mengaguminya! Hanya mengaguminya!!" Batinnya.
Perasaan Eunha sama seperti apa yang dirasakan Suga. Jika hati memilih untuk egois maka pikiran memaksa untuk realistis.
Tidak untuk sekarang...
Mengatakan cinta tanpa tahu dasar mencintai. Jangan percaya dengan kalimat cinta tidak memiliki alasan, nyatanya semua yang terjadi pasti memiliki alasan.
Rasa kagum mungkin bisa menjadi rasa cinta. Rasa cinta bisa di dasari rasa kagum. Sederhana! Namun tidak banyak yang tahu.
"Hari ini aku ingin jalan-jalan, apa kau mau ikut?" Tanya Jhope penuh harap. Ia menatap Umji sambil tersenyum dan gadis itu hanya menatapnya dengan datar. "Tidak! Aku ingin tidur" balas Umji dingin.
"Kau ini, sudah jauh-jauh kesini kau malah ingin tidur! kembali saja ke Korea dan tidur sepuasnya" omel Jhope.
"Jangan marah-marah pada ku, kau itu tidak tau lelah yah! lihat jam mu dan lihat keluar" balas Umji lagi. Reflek Jhope menatap jam tangannya lalu menepuk jidat sambil memamerkan senyum kuda andalannya.
"Apa!" tanya Umji kesal. "Orang bodoh mana yang mau jalan-jalan tengah malam begini?" tanya Umji lagi.
"Bagaimana kalau besok pagi?" tawar Jhope, "akan ku pikirkan lagi" jawab Umji sambil menopang dagu.
Jhope menatap Umji dengan gemas, pipi chabi gadis itu seperti magnet yang menarik tangannya untuk mencubitnya. Umji meringis kesakitan saat tangan Jhope mencubit kedua pipi chabinya.
"Oppa lepas!"teriak Umji.
Jhope mulai lari saat gadis itu berhasil melepaskan tangannya dan Umji langsung mengejar, terjadi aksi kejar-kejaran diantara mereka.
"JHOPE! UMJI!" teriak Jin. Bukan tanpa alasan pria itu berteriak memanggil, Jin memiliki alasan dan alasan utamanya adalah sudah sangat malam.
Jhope dan Umji reflek berhenti sambil saling menatap kemudian tertawa. "Ibu tua itu sudah berteriak, sebaiknya kita berhenti sebelum dia mengeluarkan jurus" ucap Jhope mengulurkan tangan pada Umji. Tanpa ragu Umji meraih tangan Jhope kemudian berjalan bersama, "apa dia selalu seperti itu?" Tanyanya.
Jhope diam sebentar, berlagak berfikir dan menimbang-nimbang pertanyaan Umji. "Jauh lebih buruk" jawab Jhope mengundang tawa. Umji tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jhope, merasa lucu dengan ekpresi wajah pria itu.
"Apa kau tau apa yang lebih mengerikan dari Jin oppa?" Tanya Umji, "apa?" Tanya Jhope penasaran, "wajah mu!" Ucap Umji kemudian berlari.
"Awas kau!" Ucap Jhope kemudian berlari untuk mengejar Umji.
Bagaimana harus menjelaskan rasa sakit diatas kebahagian?
Tidak ada penjelasan atas rasa sakit diatas kebahagian, karena pada dasarnya rasa sakit itu hadir karena diri sendiri.
Suga termenung didepan pintu kamarnya dengan tangan yang ia masukkan kedalam kantung celana. Ia tidak bisa melanjutkan langkahnya karena suara tawa Umji dan Jhope menggema diseluruh penjuru rumah.
Ia tidak bisa menjelaskan lebih detail tentang perasaannya, namun melihat kedekatan Jhope dan Umji membuatnya ingin berteriak.
Suga masuk kedalam kamarnya sambil membantung pintu dengan keras. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil melihat langit-langit atap. Suara tawa Umji dan Jhope semakin terdengar, membuatnya kesal setengah mati.
Suga terlambat namun ia tetap ingin mencoba, Umji dan Jhope belum memiliki status dan Suga yakin jika hatinya berada pada posisi menyukai. Yah... Suga menyukai Umji! Lalu apa salahnya?.
"Aku menyukai mu! Iya! Benar! Aku menyukai mu!" Ucapnya sambil menutup wajah dengan tangannya.
Jangan paksa hati untuk menolak karena hati bisa saja sakit. Jangan paksa hati untuk pura-pura bahagia karena hati bisa saja hancur.
Suga ingin mencoba terlihat kuat, namun justru sipaknya itu yang membuat dia nampak lemah. Semua sudah berakhir, karena Suga telah kalah pada hatinya. Sekarang hatinya telah menguasai tubuhnya, menyuruhnya beetindak sebelum ia menyesal.
"Umji aku menyukai mu" ucapnya dengan mata tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legato
Fanfiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Legato adalah istilah musik dari bahasa Italia yang berarti diikat. Pada dasarnya gadis kecil itu mengikat kami dengan music