Prolog

35K 1.2K 17
                                    

Assalamualaikum, happy reading gaes!

Rombongan dari keluarga pria mulai meninggalkan kediaman keluarga wanita. Hanya tinggal keluarga inti saja.

"Ya sudah Pak, Bu. Kami pamit dulu, semoga lekas jadi besan ya. Hehe. Assalamualaikum." Pria paruh baya yang dari pihak laki-laki pamit undur diri pada tuan rumah.

"Iya, hati-hati Pak, Bu. Aamiin. Wa'alaikumussalam." Sambut istri dari tuan rumah.

Mereka kembali masuk ke dalam rumah yang baru saja mengadakan lamaran putri bungsu mereka.

Wajah sumringah perempuan tadi berubah kecut. Kala melihat putrinya yang mengerucut seperti congor bebek.

"Dinda!" Teriak sang Ibu.

Dinda POV

"Dinda!" Teriakan melengking ibu mengagetkanku yang sedang meratapi nasib.

Ibu menghampiriku yang sedang duduk di sofa, berkacak pinggang dan bermuka garang. Sedangkan Bapak menyaksikan adegan bar-bar istrinya sambil tersenyum, tidak ada tanda-tanda mau membela. Apalagi dua Mas menyebalkan itu. Awas saja!

"Pokoknya Ibu nggak mau tau, kamu tidak boleh menolak perjodohan ini!" Tekan Ibu padaku.

"Nggak mau Bu." Kataku memelas, emohlah aku aja masih pengen kuliah.

"Nggak ada penolakan!" Tekan Ibu lagi dan pergi meninggalkanku sendiri dengan sepuluh ribu kumbang madu di kepala.

Pusing Mak! Aku belum pengen kawin!

New project!

Vote and coment gaes!

Tanah Merah, 04 Maret 2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sah! (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang