Begin

137 2 0
                                    

Langit cerah menaungi sekolah nan megah. Pagi sudah meriah akibat banner para teladan. 3 orang berhasil menyisihkan 300 lawan. Mereka juga berkesempatan mempromosikan program unggulan.Di sisi lain terjadi obrolan pewaris harta milyaran. Busra menggoda Xiao Lan yang duduk di taman.

"Morning, Lan-lan. Cemberut aja neh,"

"Selamatpagi yang sudahbasi,"jawab ketus cowok di sebelah kiri.

"Kamu terdiam sendiri sedangkan seorang gadis mengambil tempat di sana," menunjuk poster raksasa.

"Aku sudah bosan,"

"Jenuh atau mengeluh. Aku dengar dia selalu nomor satu. Sabar ya, sepupuku!" mengelus dada juara dua.

Masuk akal juga. Xiao Lan memang sudah menjadi duta sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ada baiknya regenerasi agar bisa berkonsentrasi. Dalam hati sudah menetapkan tujuan. Sasaran yang mengalahkankebanggaan.Inimenyangkutdalamnya perasaan. Ngomong-ngomong tentang kesan. Phii First malah datang dengan wajah cengengesan.

"Ayo tebak, siapa yang jadi perwakilan?"

"Nok, khannn..." jawab pemuda pemudi berbarengan.

"Tepat. Aku bangga sekali padanya," puji kakak.

"Aku akan mendekati Nisa. Lebih baik daripada mengandalkan dia," menoleh ke arah pria berkacamata.

"Baguslah. Sekian lama sebagai penyedia, rasanya lelah juga. Ada sesuatu yang harus diurus dengan Nuu," Lan-lan menimpali.

"Apa yang kalian lakukan? Nok perlu dukungan," protes saudara tertua.

"Semangat,"

Ucapan penutup dari putri blasteran dan si pintar sebelum meninggalkan kakak sendirian. Sementara itu Oppa Nuu dan Nisa tidak sengaja berjumpa. Pertemuan tak terlupakan ketika pribadi ceplas ceplos mendapat reaksi lelaki polos.

"Aku akan mengambil alih "The Prime",ngeloyor begitu saja di depan senior.

"Kamu Nisa kan?" berhenti sejenak untuk menyapa.

Adik kelas meneruskan langkah. Sejurus kemudian mengetuk pintu ruang kepala sekolah.

Tok, Tok, Tok.

"Silahkan masuk," instruksi principal.

Nisa mengucap salam dan jalan kedalam. Baru kali ini oppa Nuu diabaikan. Dia membungkuk kan badan dan bersalaman. Namun ada yang ketinggalan.

"Senang melihat cerahnya masa depan," kepala memakai kiasan.

"Bagaimana kalau kita langsung membahas bayaran," straight to the point ala Nisa.

"Mohon maaf untuk kalimat yang baru dongsaeng katakan,"

"Hei Nuu. Kamu tidak akan jadi ketua berkat kesopanan,"

"Myowa?"

"Tidak apa-apa. Aku percaya pada kemampuan kalian. Sebentar lagi dia akan datang,"

Nok membuka pintu pelan. Melirik ke kiri dan kanan. Berharap sahabatku keluar dari persembunyian.

"Pssstt!!! Bridgette ayo kembali. Ketahuan kepala sekolah nanti,"

"Yeayyyy. Dia ada disini," B muncul dari belakang kursi dan menarikku.

"Apa yang Nok takuti? Mungkin aku bisa mengatasi,"

"Paman. Nok ingin mengundurkan diri," teman sekelasku jadi juru bicara dadakan.

"Nok tidak sendiri. Ada kami," Oppa Nuu menyemangati.

"Hanya Nisa yang boleh seenaknya disini. Nok,kamu jangan berlagakmenguasai," genius kesal.

"Tapi aku tidak punya kelebihan. Tidak pantas disejajarkan dengan kalian. Bridgette bisa menggantikan," kata Nok sambil menunduk.

"Sayangnya tidak ada yang bisa merubah keputusan. Sekolah Prime ada di tangan kalian,"

Pak Krissh menegakkan wajahku dan mendukung untuk tetap maju. Tapi Nisa masih belum mendapat balasan memuaskan. Dia ingin imbalan yang setimpal.

"Jadi benar. Anda ingin mendominasi birokrasi. Tidak ada satupun keturunan group BFL yang terpilih. Semoga rupiah yang kami terima sepadan dengan seluruh jerih,"

"Apa kamu selalu mengatakan hal yang membuat orang lain sedih?" celetuk Nuu.

"Maaf ya. Hanya uang yang bisa menyembuhkan luka yang pedih. Kalo kamu secepat itu mendidih. Kenapa tidak pergi? Tidak ada yang menghalangi!!!" mendorong laki-laki.

"Kamu...."

"Jangan emosi. Kepercayaan semakin tinggi mengamati interaksi kalian seperti ini. Dan untuk Ketua. Kamu tidak hanya mendapat harta tapi sesuatu yang mengisi hati dan jiwa yang hampa. Aku bersumpah," ujar paman Bridgette.

"Baik. Kami akan coba. Kamu orang pertama yang akan menerima akibatnya jika berdusta. Ayo cepat kerja."

Nisa menggandengkeduarekan. Harus diakui dia punya aura kepemimpinan luar biasasampaiakudanoppa tak sanggupberkata. Tercetuslah pemikiran sama. Seburuk apapun perangainya, kami akan baik-baik saja.

DOMINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang