Belahan jiwa ada di depan mata. Dahulu sedekat nadi sekarang melirik pun tak sudi. Tak tahu apa yang terjadi. Menyelinap ketika istirahat. Celingak-celinguk mengharap pengobat. Senyum phii First yang tertambat. Namun terhalang co Chief yang hebat.
"Cari First ya?" mengacak acak rambutku dari belakang.
"Eng... Enggak! Nok mau pergi dulu. Bye kha phii," auto balik badan sebelum masalah melebar.
Tapi oppa menarik kerah seragam sampai gadis malang sulit berjalan. Kenapa tuhan menurunkan cobaan. Saat tak tepat datanglah si tampan.
"Ehm. Pacar baru mu Nuu?" berdehem pelan.
Celaka 12. Wajah phii jadi cemberut. Alis berkerut, hilang senyum di mulut. Ini belum seberapa. Oppa Nuu ingin teman sekelas mengakui hingga dilancarkan serangan kedua.
"Tergantung jawaban Nok. Tolong terima ya," menempelkan pipi di pundak.
"Hentikan oppa," menyikut perut penggoda.
Reaksi jengkel bermakna ambigu. Semoga ini simbol cemburu. Selain itu tak boleh membuang waktu. Phii First menghampiri. Aku bisa menjelaskan permasalahan kami. Dan kenapa Bridgette menghalangi? Menggandeng tangan lelaki yang ku kagumi tanpa basa basi.
"Tunggu, kita harus balas. Jangan-jangan Nok penyebab kamu menjauh dariku?" memasang akting jitu.
"Sayangnya memang benar begitu," mengedipkan mata padaku.
"Phii, itu... Itu. Tolong percaya padaku," Nok berjongkok dan menangis di tengah.
Mengapa dua sahabat tega. Jika phii First percaya, aku tidak bisa bahagia. Pemuda campuran thailand melepaskan tangan putri cantik. Membantu berdiri dan menghapus tangis dari pipi. Dia berjanji.
"Mulai sekarang phii akan melindungi. Nok, pai goon na," melekatkat jari kami.
Nok setuju. Kami baikan setelah kericuhan barusan. Oppa Nuu dan B melakukan hifive diteruskan obrolan ringan.
"Yakin tidak mau audisi? Akting B patut dipuji,"
"Tidak, terima kasih. Senang Nok bisa tertawa lagi," terang sahabat sejati.
"Mohon maafkan First. Ini tidak akan terulang kembali," mewakilkan kawan karib.
"Doa terbaik untuk mereka berdua,"
"Sudah cukup. B, dicari juara dua. AKU INGIN BICARA EMPAT MATA DENGAN OPPA. SEKARANG JUGA!!!"
Perusak datang. Habis waktu bersenang-senang. Nisa yang berkepentingan sampai tak segan menyingkirkan halangan. Tentunya melalui cara arogan. Keponakan kepala sekolah sangat paham dan berpamitan.
"Nok akan melengkapi team kita. Simpan rahasia sampai tiba waktunya," menjelaskan sambil jalan di depan.
"Apa yang aku katakan sebelumnya tentang The Prime. Tidak kah kamu sadar. Cukup kita saja yang terlibat permainan berbahaya," menarik tubuh ketua agar sedikit didengarkan.
"Sudah ada kesepakatan. Tidak bisa dibatalkan," melempar tangan wakil ke sisi berlawanan.
"Tidak akan ku biarkan,"
"Mau dengar apa yang aku dan pewaris Group F obrolkan,"
"Kamu sudah tidak waras," Nuu memukul tiang.
Nisa pintar menekan kelemahan. Menjatuhkan pilihan pada dua orang yang dipedulikan. Tapi mengapa First jadi pelanggan dan Nok sebagai penyedia layanan. Semua dimulai dari ketajaman insting adik kelas. Mengikuti atlet berprestasi ke ruang ganti. Saat sepi, mulai melakukan transaksi berdasar penelitian rinci.
"Hiyaaaa!!!" umpat phii First sambil menginjak handuk.
"Aku pastikan Nok melambat dan nama mu akan bersih,"
"Aray wa?"
"Siapkan saja uang yang aku butuhkan," memberikan secarik catatan.
"Kamu gila?" melempar kertas dan pergi.
"Kamu diterima berkat beasiswa atletik. Apa jadinya bila seorang pelari tak punya kaki. Apa kita mulai saling memahami?"
Menoleh tidak percaya kemudian berkata" Sejauh mana kamu tahu?"
"Tidak penting. Cinta ada diantara keluarga dan cita. Ayah mu akan bangga dan Nok mendapatkan dana. Cerita indah bersama,"
"Phom mai koijai,"
"Serahkan padaku. Are we have a deal?"
Klien ragu tapi firasatnya mau. Sebagai penutup jawaban tersirat "Deal,"
Keesokan hari merupakan eksekusi. Langkah Nisa tidak terhenti. Akan meyakinkan sampai aku menyanggupi. Bahkan bujukan sang lelaki tiada guna lagi.
"Nok, mengalah lah di pertandingan pekan depan!"
"Kho thoot na kha?" aku tidak jelas mendengar.
"May bpen rai kap. Nisa tidak serius," mencoba memutar badan genius.
"Cing. Aku 3000 rius tentang apa yang ku sampaikan," tetap bersikeras.
Pangeran menggeleng, tak terasa tangis menetes diantara kedua pipi merona. Tentu adik kelas tak tega. Menyeka begitu saja berselang maju melanjutkan kata. Betapapun mengerikan dampaknya. Kami bertiga akan menghadapi. Chief akan menanggung beban agar Nok dan Nuu bahagia melalui cara di luar logika.
"300 Juta. Cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Adik mu bisa bersekolah semua dan ayah dapat diobati segera. Jangan berfikir, ambil saja," memasukkan cek dalam saku.
Membuka tapi tak bisa menerima.
"Nong sangat baik. Tapi bukan milik Nok kha. Permisi," berlanjut lari.
"Apa kesombongan laku ditukar dengan biaya pendidikan. Atau berikan pada pemilik warung demi melunasi hutang. Lalu beritahu dokter yang merawat ayahmu. Bahwa dia akan baik-baik saja berdasarkan sikap menolak yang kamu punya,"
"Hentikan ocehanmu, Nisa. Kamu tidak punya hak untuk mengatakannya. Nok, keputusanmu sudah benar," membentak Nisa dan mendukung saya.
"Kalian berdua, berhentilah menipu dunia. Bertiga berasal dari keluarga tak berada. Harus berjuang setiap detik untuk membuktikan siapa kita. Uang itu kompensasi bakat yang dipunya. Aku melakukan yang tidak bisa kalian lakukan. Bertahan dengan kemunafikan,"
Selalu menegaskan kenyataan. Pahit tapi memang benar. Semua peserta bersiap di garis start. Saat peluru pertandingan diletuskan. Semua berlari menuju satu garis tujuan. Tinggal 1 menit terakhir. Phii First hanya berjarak 10 jengkal. Nok bisa menarik napas sebentar dan juara sudah menebas pita kemenangan. Dia tersenyum sangat manis di podium. Membawa trophy serta menyerahkan bunga pada gadis ini.
"Kamu hebat Nok. Lain kali kita berjuang lagi,"
"Dai kha phii,"
Chief dan co Chief merangkul dari belakang. Di sekolah terasa kehangatan kerabat. Tapi tetap berbeda pendapat. Itulah yang membuat hubungan kami kian erat.
"Good job. Menang dan kalahlah sesuai strategi. Cowok gebetanmu mendekati. Tidak rugi sama sekali,"
"Jangan terlalu sering menceramahi. Nok tahu yang terbaik untuk diri sendiri,"
"Jangan sering berkelahi nanti ruunong dan runpee saling jatuh hati,"
"Lebih baik mati," jawab mereka spontan

KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINATION
FanfictionSelamat datang di " Prime School". Seperti nama yang disematkan, tugas utama mencetak teladan. 3 siswa telah terpilih dengan kualifikasi menawan. Pemimpin kami dipanggil Nisa. Gadis asli Indonesia nan ayu parasnya. Sebagian memuji dia mirip aktris T...