Nisa

90 1 0
                                    


Nisa, begitulah ketua disapa. Gadis asli Indonesia dengan kulit sawo matang. Memiliki tinggi 169 cm, berkacamata dan memilih lugas sebagai pembawaan. Gaya berteman nyaris sempurna. Tidak mau bicara bila tak ada manfaat. Jahat? Menurut Nok, itu keputusan tepat. Aku jadi semangat belajar. Mungkin suatu hari kami bisa berbagi persepsi. Tidak mengherankan sebab adik sudah menjadi perhatian sejak pertama kali datang. Terkenal dengan semua penghargaan yang membuat mulut keram bila disebutkan saking banyaknya. Tetapi satu yang harus di ketahui. Dik Nisa menerima pekerjaan dari donatur utama. Tutor terbaik bagi putri semata wayang. Sayang, dia mundur setelah beberapa minggu mengajar. Dan Busra masih suka mengejar. Ada sesuatu yang diincar.

"I cant help you," katanya sambil membaca buku.

"Aku bahkan belum berkata sepatah kata pun," protes teman sekelas.

Memasukkan buku dalam tas dan pergi meninggalkan kelas. Lalu Busra menyampaikan ungkapan

"Bisa aku pinjam otakmu?"

Sukses menghentikan langkah kaki. Tanpa menoleh, genius menanggapi


"Apa maksudmu?"

Berkata yes dalam hati. Putri selalu meraih apa yang dia maui.

Menghampiri dengan percaya diri. Mengajukan tawaran yang tak bisa dihindari.

"Pastikan nilai kita sama. Dan aku akan membayar BERAPAPUN BIAYANYA!!!" menegaskan dua kata terakhir.

"Seriously?" mulai tertarik.

"Definitely,"

Mereka sama-sama pergi dari ruangan. Mungkin beda pemikiran tapi klien memerlukan kepastian. Nisa mulai beranggapan hanya permainan namun dikejutkan oleh pemberitahuan mobile banking. Mata langsung terbelalak setelah membaca.

"Tu, tu, tujuh ratus juta?" teriak Nisa sampai mendatangkan sang ayah.

Tok, tok, tok.

"Nak, kamu tidak apa-apa?"

Menutup mulut dan mengatur intonasi " Nisa baik saja yah. Maaf, aku lagi nonton film,"

"Okey. Jangan tidur malam-malam," bapak pengertian mengingatkan.

"Ya yah. Selamat malam," balas dari dalam kamar.

Juara masih gemetar menulis kata di layar ponsel. Tapi langsung disikapi oleh klasifikasi Busra lewat telfon.

"Halo,"

"Seperti boyband favoritku. Aku sangat menyukai angka tujuh. Tujuh ratus juta untuk ujian seminggu. Apa itu sepadan?"

Geleng-geleng kepala kemudian berujar "Aku belum mengiyakan?"

Penelfon semakin arogan lalu melanjutkan "Sudah diprediksi. Aku tidak suka berbagi. Hanya aku yang boleh menyewa jasamu. Good luck joki, waktu mu 2 minggu." Menutup sambungan.

Tut, Tut, Tut,

"Busra. Halo, halo. Shittt,"

Materi yang terlalu besar untuk diabaikan. Bekerja banting tulangpun tak menjamin bisa mendapatkan kekayaan. Otak mulai berputar mencari jalan. Busra itu tipe orang yang nyatol sama nyanyian dan drama. Kesukaan mempermudah penyerapan. Sudah di temukan keunggulan. Selanjutnya harus ditemukan skema percontekan atau memanipulasi alternatif soal ujian. Hari pertama sampai ke enam berjalan lancar. Manuever dari pihak sekolah dilancarkan karena kecurigaan. Sialan, 25 jenis soal. Berarti siswa satu kelas mengerjakan ujian berbeda. Mana hanya ada 45 menit waktu tersisa.

"Tik, tok, tik, tok, " primadona mulai tidak sabar. Dia menunjuk jam tangan.

Keringat bercucuran deras, nadi tidak teratur, nafas tersengal. Bukan masalah uang yang dikembalikan. Memang jumlah belum berkurang tapi Busra bisa marah besar dan menyusul penyelidikan penjiplakan jawaban. Berimbas pada pencabutan beasiswa. Ini TIDAK BOLEH TERJADI. Games selesai sebentar lagi. Muncullah solusi, Xiao Lan menyelipkan kertas ujian sepupunya. Dan di waktu pengumpulan, Busra berdiri tepat di belakang Nisa untuk menerima. Seolah tidak terjadi apa-apa. Angka sempurna hanya menunggu masa. Tapi si kedua lebih berbahaya. Pasti ada imbalan yang lebih sulit diminta.

"Busra, dont we agree to keep it in secret?" bertanya kesal.

"I did. Ask him by yourself,"

"Aku mengetahuinya sendiri," Imbuh pria tionghoa.

"Kamu berimajinasi?" mengalihkan topik.

"Mau dengar analisa inti?"

Tak ada ruginya menyimak. Siapa tahu Cuma menggertak namun Xiao Lan menyingkap Tabir misteri. Hari senin, gerakan kaki Nisa sangat mengganggu. Busra duduk di belakang juara. Tanda A untuk gerakan kaki ke bawah, B diwakili gerakan kiri, C gerakan berlawanan dan D mundur sedangkan E memajukan sepatu. Selasa lebih amazing lagi. Bersiul menyemandungkan lagu boyband dan girl band kpop. Yang terdengar "Chicken Noodle Soup" by J Hope BTS dan Becky G. Sebenarnya ada 4 kunci jawaban keseluruhan yang disiapkan. Selain itu ada "As if it your Last" by Blackpink, "Bird" by EXO dan "Dumb, Dumb" by Red Velvet. Masuk ke ujian ketiga, mungkin rambut Nisa terlalu lepek. Usapan sekali menyiratkan a. Menyingkap rambut di telinga kanan adalah b, menaruh rambut di pundak kanan sama dengan C, mengatur poni pertanda d dan terakhir e bila mengibaskan ketombe. Kamis, membenarkan kacamata. Tehnik mirip dengan hari pertama dan ketiga, jumat ada adegan pelukan ala drama korea untuk guru dan murid. Tentu saja demi menutupi kertas kunci saudara yang ada di pojok pintu yang luput terdeteksi cctv. Sabtu penuh dengan boneka lucu. 30 menit terakhir nisa menghadiahi penjaga dengan boneka Tata. Guru tersenyum bahagia begitu juga Busra yang ada di depannya. Soal jadi gampang karena briefing terpampang. Tata tu different maka solusi D bisa ditulis sekarang juga. Ada Alpaca yang digambarkan oleh RJ, Boyfriend son alias koya, dan Cookie guna mendiskripsikan C. Nisa mengatasi 15 jenis soal tapi dia memang butuh pertolongan. Dan pria berkacamata tidak main-main.

"Jadi?"

"Berikan dia padaku," menaruh sebuah foto.

Membuka gambar dan berkata" You kidding me?"

"Aku tidak terkenal karena selera humor yang tinggi. Jangan lari. Busra, ayo kita pergi."







DOMINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang