Principal Krissh

20 0 0
                                    

Pak Krissh datang tahun ini. Menggebrak institusi tanpa intervensi. Walaupun itu sang pendiri. Group B, L dan F terkenal di seluruh penjuru negeri namun tidak menciutkan nyali. Begitu dia mengambil kendali. Principal berjanji memberi warna sekolah dengan hati bukan materi. Langkah awal mencari personel pembawa perubahan. Informan telah diturunkan dan di meja telah tertata daftar murid tahun pertama, kedua dan ketiga.

"Nisa, Nok dan Nuu. 3 abjad yang sama. Mungkinkah kebetulan semata?" melempar tanya.

"Sesuai dengan keinginan anda. Mohon dibaca dengan seksama," tutur orang terpercaya.

"Aku sudah menyelidiki 300 siswa secara rahasia. Dan tidak menyangka pilihan kita serupa,"

"Bagaimana menarik pewaris pada mereka, begitu juga sebaliknya?"

"Sudah ada koneksi antara 4 siswa. Butuh perantara menghubungkan pria satu dan kedua. Jadi apa aku boleh minta bantuannya?" penasaran menghinggapi benak kepala lembaga.

"Bila hasil sesuai yang di harapkan. Aku juga ingin ambil bagian,"

"Semoga kita bisa bekerja sama untuk sekarang dan selanjutnya," berjabat tangan dengan mitra yang cantik atau tampan. Hanya mereka berdua yang bisa menjelaskan.

   Pertengahan semester dua. Beliau menemui kami di waktu dan kesempatan berbeda. Pemimpin sudah menaruh curiga. Memperingati Nok dan oppa untuk berjaga-jaga. Pria India bercambang tipis tersebut tiba di rumah. Membawa oleh-oleh disertai senyuman ramah. Ayah, ibu dan semua adik amat senang kemudian beliau menyampaikan,

"Aku amati kalian bertiga sudah satu misi," melempar umpan.

"Iya. Berkat pak Krissh, Nok bisa bertemu dik Nisa dan Kak Nuu. Mereka sangat membantu. Terutama di rancangan program olahraga. Banyak peminat dan berkomentar lebih sehat. Terima kasih pak principal," melipat tangan sembari menaruh hormat.

"Nok juga hebat. Menjadi siswa sekaligus tulang punggung keluarga, tidak semua bisa melakukannya. Pelajar dan masyarakat sekitar kian sadar kesehatan lewat acara dan brosur yang  digalakkan. Betapa bangganya aku pada kalian,"

    Menepuk jemari dengan telapaknya nan besar dan baru sadar bahwa pemegang kebijakan kami mempunyai kelebihan ilahi. Sebagian orang mungkin merasa risih tapi dia tidak pernah sedih.

"Aku suka dengan jempol kanan. Bercabang dua berarti aku punya banyak tenaga menaklukkan dunia," menujuk bagian tubuh istimewa.

"Bapak selalu bisa mengubah pandangan buruk menjadi baik. Semua orang jadi tertarik,"

"Nok juga?" beliau mulai memainkan ekspresi. Paman B memang suka bercanda.

"Tidak hanya saya. Semua siswa mengagumi dan ingin seperti bapaknya. Itulah anda. Pemain cricket dengan prestasi luar biasa,"

   Ayah dan anggota keluarga lainnya bertepuk tangan. Mereka sudah mengidolakan ketika kami masih di Thailand. Adik terkecil "Non" menodong tanda tangan untuk poster kesayangan. Tidak hanya goresan, beliau juga menghadiahkan pelukan. Sekumpulan orang miskin diberkahi keberuntungan. Senja menjelang dan aku mengantar pak Krissh sampai pintu depan,

"Terima kasih sudah mengunjungi kami. Bapak baik sekali dan hati-hati,"

"Anakku," mengelus rambut kemudian menatap lembut.

"Bakat menjadikan kita kuat. Tapi kebaikan dan kejahatan sifatnya tetap. Mengalah demi uang, bukankah itu termasuk curang?"

"Bapak..."

    Seketika menunduk. Kenapa tidak bisa jadi penakluk? Chief pasti langsung menyeruduk. Aku takut!!! Pesan agar kesalahan tidak terulang. Nisa berang bukan kepalang. Kalau Nuu masih diserang. Dia tidak akan segan.

Pergi ke lokasi syuting, refleks tim dan sutradara terpana. Paras bak model disertai tubuh maskulin sekali. Gambaran sempurna untuk aktor laga. Tawaran ditunda karena ingin menyapa sang putera.

"Nuu, apa kamu ada waktu?" melambai dari pojok.

"Ada pak, sebentar lagi shooting selesai,"

Ada jarak yang memisahkan orang tua dan generasi muda namun bapak kami tidak begitu adanya. Sering menggunakan bahasa non formal untuk mengintimkan hubungan. Dan berhasil sampai ke tujuan. Siswa-siswi merasa nyaman dan mau berteman. Oppa mengundang beliau di kafe baca langganan. Bisa sharing sekaligus melakukan challenge,

"Truth or Dare, sir?" moncol botol menunjuk kepala sekolah.

"Karena aku orang yang jujur jadi memilih Truth," jawab beliau sambil tersenyum.

"Benarkah?" ujar Oppa Nuu sambil mengangkat alis lalu terbawa gembira namun tidak lupa bertanya,

"Apa rahasia yang selama ini bapak simpan dan tidak ada seorangpun yang tahu?"

"Termasuk pria botak dan wanita cantik di seberang sana?" melambai pada dua orang tercinta.

"Benar! Jangan bilang bapak pernah selingkuh?" goda murid tampan.

"Worst than it, Nuu. Ayah mertua menggunakan kursi roda karena aku menabraknya ketika mabuk bersama teman. Reina, alasan terkuat aku berkarir di Indonesia. Setiap menatap wajah mereka, aku tidak bisa tidur. Istriku dan Pak Mahendra pasti masih belum memaafkan pelaku kejahatan. Maukah anakku menceritakan kesalahan pada mereka?"

"Bapak pasti bercanda. Ini tidak lucu pak!" seketika sensasi tidak nyaman dirasakan Nuu. Menggali perilaku buruk yang dialaminya waktu itu.

"Baiklah, aku akan mengakuinya."

"Pak,jangan! ANDA TIDAK SIAP DENGANNN..."

Maksud hati memperingatkan namun terlambat. Kenyataan sudah diungkapkan. Pasangan ayah dan anak yang habis terapi dari rumah sakit tersebut hanya mengira mereka janjian di tempat biasa namun malah menikam luka. Bu Reina langsung menampar pipi suaminya dan mertua bijak meneteskan air mata. Mereka pergi tanpa menghiraukan Pak Krissh yang merana.

"Maafkan aku pak. Kalau bukan karena permainan pasti semua tidak akan berantakan!" Nuu menunduk penuh penyesalan.

Mengangkat dagu senior lalu berujar

"Aku justru berterima kasih. Nuu mendukung keberanian. Sekarang seluruh beban hilang, aku bisa dipenjara atau dibenci. Tetapi orang yang ku cintai sudah merasa damai. Kita sulit menghindar selamanya, anakku! Ingatlah itu,"

Sang pangeran ingin memperoleh pengampunan. Nisa berpendapat principal sudah mengganggu ketenangan. Dia akan membereskan dengan tangannya sendiri sehingga Pak Krissh akan memakai otaknya ribuan kali sebelum mencari masalah lagi,

"Katakan apa yang kamu inginkan?" gaya to the point khas Nisa.

"Seharusnya aku yang mengajukan soal itu!" jawab seseorang yang duduk di kursi.

"Kami melaksanakan tugas duta sekolah dengan baik. Mengapa kamu tetap ikut campur! Belajarlah mengenai privacy " Bapak Krissh Mehra", membalas dengan menggebrak meja.

"Tidak semua orang seperti ibumu, Nisa. Ada yang lebih berharga dari harta," menepuk pundak ketua.

"Anda tidak tahu apapun tentang saya," menatap tajam tetapi air mata jatuh.

"Yang aku sadari, Nisa adalah pemimpin yang melindungi. Ada yang menyakiti dengan materi tapi Nuu dan Nok datang mengobati,"

"Mereka juga butuh uang!"

"Jika mengibaratkan sahabat sebagai rekan bisnis lalu kenapa Nisa menangis?" menghapus lara siswa.

"Jangan dekati kami, titik!!!"

Meninggalkan ruangan sambil membanting pintu. Sayangnya sebagian hati Nisa setuju. Pak krissh benar tentang persahabatan. Jalinan yang tak lekang oleh waktu berbeda dengan kepuasaan terhadap kekayaan yang semu, sampai kapanpun itu.








DOMINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang