Part 3

156 10 2
                                    

Perihal  senja, lihatlah ia bersinar sangat indah petang ini. Kamu tau kenapa? Mungkin ia mengerti kamu cukup lelah menaungi hari dan ia singgah untuk sekedar mengucapkan selamat beristirahat dikala ia ditenggelamkan oleh gelap kembali

🌸Mahkota Kelabu🌸
____________________________

🌸🌸
Di Sekolah

Ujian sekolah sudah tinggal menghitung hari, anak-anak kelas 12 sudah menentukan pilihan mereka untuk melanjutkan kejenjang perguruan tinggi. Tak terkecuali sasya, dia memilih jurusan sastra di salah satu universitas ternama yaitu UI.

"Lo beneran mau ngambil universitas itu?
Jauh tau sya, secara lo makan aja masih di suapin umi" tanya iza

"Belajar mandiri za, gue juga mau dong jadi kebanggaan umi" jawab sasya

"Iye dah, sasya mah harus yang terbaik" lanjut iza dengan candanya

Sebenarnya sasya sedang tidak enak badan, tapi ia tetap hadir karena sebentar lagi akan ujian sekolah. Dari kejauhan ada yang sedang memperhatikan sasya. iya ghaffa, dia ingin menyapa namun gengsi. Namun akhirnya dia memberanikan diri.

"Diminum susu nya, ko lo pucet? Sakit?" tanya ghaffar dengan wajah tak acuhnya sambil menyodorkan susu Ultra yang ia beli untuk dirinya namun urung karena ia berikan untuk sasya.

"Ngga usah far, lo kan belom minum. Gue ngga papa" tolak sasya

"Ga papa gimana? Lo pucet, sana ke UKS" lanjut ghaffar tidak mengubah nada dinginnya

"Engga ghaffar, gue cuma pusing doang" jawab sasya seadanya

"Yaudah sana istirahat dulu" ghaffar melembut

"Iya sya, ayo gue temenin. Males juga ni masuk pelajaran MTK" jawab soffi teman sekelasnya

Entah ada angin apa, namun ghaffar terlihat sedikit peduli.

🌸🌸
Istirahat

Sasya sudah kembali ke kelas, karena jatah istirahat yang guru berikan hanya 2 jam saja

"Lo beneran ngga papa kan sya?" Tanya ghaffar yang tak sengaja melihat sasya

" iya ngga papa, ini udah rada mendingan" jawab sasya dengan senyum manisnya, senyum yang mungkin hanya ia perlihatkan ketika bersama teman-temannya.

Degg..

"Gue ngga mungkinkan suka sama sasya, perlakuan ini real karena dia sakit dan sekedar menghargai perasaannya" batin ghaffar. Iya ghaffar baru-baru ini mengetahui sasya mengaguminya dari agung. Secara, ghaffar adalah lelaki pemilik hati es, mana mungkin dia peka dengan perasaan sasya yang mulai tumbuh sejak 2 tahun terakhir. Namun entah kenapa melihat senyum sasya membuat ghaffar seolah terhanyut dan membalas senyum sasya."

🌸🌸
Usai ujian sekolah

Selama 2 minggu ghaffar memberikan perhatian kecil yang mewarnai hari-hari baru sasya, seolah dia adalah gadis terbahagia karena cinta yang hampir 3 tahun ia pendam sendiri terlihat berbalas.

"Cari siapa sya, ghaffar? Goda tina karena sasya seperti induk ayam yang sedang bingung mencari anaknya.

"Apaan si na, gue nungguin lo dari tadi" elak sasya

"Gimana soal UAS nya sya?" Tanya ghaffar yang membuat sasya kaget
"Maaf sya, kaget ya" sambung ghaffar di ikuti tepukan lembut dikepala sasya sambil tersenyum.

"Lumayan nguras otak far" jawab sasya dengan senyum lebarnya, karena pujaan yang ia cari dari tadi, sekarang tepat di sampingnya

Mereka membicarakan banyak hal yang membuat sasya tidak bisa menghentikan senyumnya. Dia sangat bahagia detik ini.

Tettttett... bel pulang berbunyi

"Gue mau ngambil tas dulu sya, takut ditungguin temen" ghaffar menyudahi percakapan mereka

"Iya far, gue juga ni" jawab sasya

"Yauda hati-hati, jangan mikirin gue mulu ntar salah jalan" goda ghaffar yang membuat pipi sasya seperti kepiting rebus

Hari ini sasya membawa motor sendiri, karena abinya tidak sempat mengantarkan anak semata wayangnya itu ke sekolah.

🌸🌸🌸
Di jalan

Sasya melihat orang yang sangat mirip dengan ghaffar di perjalanan. Sepertinya bukan mirip lagi, itu benar-benar ghaffar. Dia berboncengan pulang dengan tetangga kelas mereka. Tak asing memang wajahnya, mereka membelah jalan berdua, seolah jalan itu adalah milik mereka. mereka tak mengubris pengemudi lain yang melewati mereka, termasuk sasya.

Hancur? Marah? Kesal? Kecewa? Sangat!
Bagaimana mungkin perhatian yang ghaffar beri, kini berubah menjadi tikaman untuk sasya. Bagaikan dilempar belati tepat pada dadanya.

Hatinya panas hari ini, tubuhnya lelah, matanya perih, Tetapi senja tampak sangat indah sore ini.
"Cantik (sasya menoleh ke arah langit sore itu) terimakasih karena sudah menemaniku sore ini" batinku menyemangati diri, seolah dia berbicara pada senja, karena hanya senja yang menyaksikan patahku petang ini.

"Perihal gengsi yang kau buat tentang dirimu, cobalah untuk berdamai. Hatimu butuh diadili, jangan selalu mengatakan kamu baik-baik saja. Karena kamu ngga harus bilang ngga papa, biar ditanya kenapa. Mengerti?"

🌸Terimakasih untuk waktunya🌸
______________________________

Mahkota KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang