Fharadisha || 02

42 3 0
                                    

Hujan gerimis menyelimuti malam yang sunyi yang terasa sangat membosankan bagi Disha. Bagaimana tidak, saat ini dia sedang berkutat dengan rumus fisika di hadapannya. Dan Disha, sangat membenci akan hal ini.

"Aaarghhh..." Kesal nya sambil mencoret-coret buku di hadapannya. Kemudian menenggelamkan wajahnya diantara lipatan kedua tangannya.

Disha merasakan matanya memanas dan kepalanya mulai pusing. Ternyata Fisika membuatnya harus memutar 360 derajat otaknya, dan itu bukanlah hal yang mudah tentunya.

"Dishaa.."

"Apaan sih bang?" Sahut Disha dengan menekan nada bicaranya. Ia menatap kesal kakak laki-lakinya yang duduk disebelahnya. Reynan, laki-laki itu menyuruh Disha untuk berlatih mengerjakan beberapa soal fisika darinya. Dan ini semua ia lakukan sebagai bentuk perhatiannya pada adiknya sendiri.

"Ayo di coba lagi, lo pasti bisa." Ujar Reynan menyemangati.

Disha berganti posisi duduk menghadap Reynan. "Bang gue cape, gue gak bisa, gue ben.."

"Membenci suatu hal gak akan membuat lo bisa Sha. Lo harus banyak mencoba." Potong Reynan.

"Ya gue harus gimana ? Gue gak bisa. Otak gue bukan otak lo yang gampang banget encer sama masalah hitungan!" Bentak Disha setelah itu Ia beranjak dari meja belajarnya.

Reynan menahan tangan Disha "Lo harus coba sekali lagi. Cuma di kalikan terus di bagi. Udah gitu doang gak susah." Rayu Reynan agar adiknya kembali berusaha.

"Gak!" Sergahnya sambil melepas cekalan tangan Reynan dan berjalan keluar dari kamar Reynan.

"Disha.." Teriak Reynan yang tak di gubris oleh adiknya.

Reynan menggelengkan kepalanya, sebenci itukah Disha dengan rumus ? Atau jangan-jangan readers Fharadisha juga membenci hitungan ?

Ia membereskan peralatan sekolahnya dan menyusunnya rapih seperti semula di atas meja belajarnya. Kemudian meraih ponselnya dan memiringkannya. Apalagi jika bukan bermain game.

Baru beberapa menit, terdengar suara petir sangat keras membuat listrik ikut padam seketika.

"Aaabannggggggg......." Teriak seorang gadis dari kamar sebelahnya.

Suara teriakan Disha membuatnya tersadar akan satu hal Disha, adik perempuannya itu sangat takut berada dalam gelap. Dengan sigap Reynan mencari senter di laci nakasnya dan berlari ke kamar Disha di sebelah kamarnya.

Dibukanya pintu kamar Disha yang tak terkunci dan segera masuk menemui adiknya yang sedang meringkuk di pinggiran kasur sambil terisak.

Reynan menenangkan Disha dengan mendekap tubuh mungilnya. Menyalurkan ketenangan untuk adik tersayangnya. "Sssttt.. udah jangan nangis ada gue." Ujarnya mengelus punggung Disha.

"Hiks.. Ge...gelap bang.." Rengeknya di pelukan Reynan.

"Ada gue Disha.."

Reynan menggiring adiknya untuk naik keatas kasur. Menaruh lampu senter dan ia arahkan ke langit-langit kamar untuk dipantulkan cahayanya.

Jeddeerrr.....

Lagi-lagi suara petir menyambar mengagetkan Disha. "Bangg..." Rintihnya lagi sambil mengeratkan pelukannya. "Gue disini." Jawab Reynan.

"Tidur sama gue ya." Pinta Disha manja di sela isakkannya.

"Lo gila!" Jawab Reynan terkejut dan sedikit menjauhkan Disha dari dekapannya.

Disha masih terisak "Lo kan Abang gue ih."

"Ya tapikan kita udah gede." Elak Reynan. Bagaimanapun Reynan adalah laki-laki waras. Bisa saja ia tidak sengaja khilaf meskipun dengan adik perempuannya sendiri.

FharadishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang