Fharadisha || 04

19 0 0
                                    

Selamat membaca *-*

_____________________

Hening, tak ada percakapan antara dua manusia dingin yang sedang berada di dalam mobil. Tidak ada musik yang menyala, benar-benar hening.

Disha menghela nafasnya gusar membuat Bagas di sampingnya sekilas melirik. Disha terpaksa pulang bersama Bagas karena dia memaksa. Sungguh kali ini Bagas sedikit berubah, biasanya dia hanya menyapa atau mencuri-curi pandang jika ada Disha. Tapi kali ini tidak, sekarang Bagas sudah berani memaksa.

Tadi ia sudah di paksa ke sebuah restoran untuk makan dan membeli banyak sekali makanan untuk dibungkus. Sekarang entah kemana lag ia akan di bawa pergi oleh Bagas, mungkin dia akan mengantar Disha pulang.

"Turun." Suruh Bagas dengan datar. Lagi-lagi Disha menghela nafasnya dan kemudian mengikuti perintah Bagas.

Disha tiba di sebuah rumah bercat putih keabu-abuan, tidak mewah malah tampak seperti sebuah yayasan. Dibacanya papan kayu di halaman rumah itu 'Panti Asuhan Kenanga'. Disha semakin bingung, kenapa Bagas mengajaknya kesini ?

"Kak Bagas..!" Teriak seorang anak kecil menghampiri Bagas sambil berlari bersama beberapa temannya.

Dahi Disha mengerut, 'Eh kok pada kenal sama Bagas sih ? Mereka siapanya sih ?' Batinnya.

Bagas tersenyum dan mensejajarkan tubuhnya dengan mereka. "Seperti biasa kak Bagas kesini mau main sama kalian. Boleh kan?"

'Lah kok jadi gak dingin sih'

Mereka mengangguk antusias menyambut Bagas, mereka menarik Bagas untuk masuk. Sampai satu diantara mereka menyapa Disha. Syukurlah akhirnya ada yang menganggap kehadiran Disha.

"Eh ada kakak bule juga. Kaka kesini sama kak Bagas ya?" Oh Tuhan, Disha kesal sekarang. Lagi-lagi ia dipanggil bule. Untung saja yang memanggilnya anak kecil . Rata-rata usia mereka sekitar 5-7 tahun, bisa dilihat dari gigi mereka yang gupis khas anak kecil.

"Iya. Ini namanya Kak Disha." Perkenalkan Bagas pada mereka.

"Hai kak Nisa. Nama aku juga Nisa dong. Kita kembaran namanya."

Disha berlutut mensejajarkan tubuhnya dengan anak perempuan bernama Nisa tadi. "Nama Kaka Disha, bukan Nisa." Disha mengelus puncak kepala Nisa dan tersenyum.

"Ooh hehe salah ya Kak." Disha mengangguk.

"Kak Disha pacarnya kak Bagas ya ?"

"Cieee" sorak mereka menggoda Disha dan Bagas.

"Eh kalian apa-apaan sih, Kak Disha itu temen kakak. Kalian itu masih kecil gak boleh tau pacar-pacar an." Peringat Bagas dan Disha hanya tersenyum kikuk.

"Ya udah kalian main sama kak Bagas ya. Kalo aku sama kak Nisa aja ah." Ujar Nisa pada teman-teman mereka. Lagi-lagi Bisa salah menyebut nama Disha, okelah anak kecil. Kalo dia sepantaran dengan Disha sudah habis dia di ceramahi Disha. Enak saja mengganti-ganti nama orang.

"Ih Nisa. Orang kak Nisa nya aja mau main sama aku kok." Sergah anak laki-laki. "Kak nanti sama Toni aja ya, kita main bola. Jangan sama Nisa dia cengeng." Katanya beralih pada Nisa.

"Gak mau, Toni. Kak Nisa sama aku!"

"Sama aku!"

"Sama aku ih!"

"Eh udah ah jangan berantem. Nanti Toni sama kak Bagas aja ya main bolanya. Kak Disha kan pake rok mana boleh main bola. Nanti jatuh gimana." Lerai Bagas.

"Yahh ya udah deh. Tapi nanti gantian ya kakak yang jaga gawangnya, Toni gak mau ah jadi kiper mulu."

"Iya udah. Tapi kita makan dulu ya. Kaka udah bawa banyak makanan buat kalian."

FharadishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang