Awal Rencana

63 22 10
                                    


Suasana sekolah dasar saat itu nampak ramai karena acara pelepasan siswa kelas enam. Banyak orang tua atau wali murid yang menyaksikan anak-anaknya wisuda. Termasuk Nissa yang ditemani oleh ibunya. Ia sangat senang, momen seperti ini tidak akan pernah ia lupakan. Nissa membayangkannya seperti di sebuah pesta. Gaun yang ia pakai dan tema acara perpisahan yang senada.

Acara berlangsung dengan lancar, dan saat memasuki acara 'momentum' banyak para siswa yang menawarkan diri menaiki panggung untuk mendapatkan mic momentum itu. Begitu juga dengan Nissa. Ia tidak ingin menyia-nyiakan momen ini. Kapan lagi ia bisa bernyanyi bersama dengan ibunya. Oleh karenanya ia berusaha untuk menarik perhatian pembawa acara supaya mendapatkan mic untuk dirinya dan ibinya.

Ibunya yang melihat Nissa bersama dengan segerombolan anak yang lainnya menjadi tidak tega. Nissa begitu ingin bernyanyi dengannya, tapi bagaimana dengan asmanya? Ia tidak tahu lagi ... Ia sangat dilema, ingin menolak tapi ....

"Ibu, ayo kita naik ke panggung. Kita akan nyanyi bersama," ucap Nissa kecil, ia telah berhasil membawa dua mic. Satu tangannya yang tidak membawa mic menarik tangan ibunya.

"Ibu tidak bisa bernyanyi, Sayang," ucap ibu Nissa mencoba untuk menolak.

"Tidak apa-apa ... Ibu menari saja ... Nanti Nissa saja yang nyanyi," ucap Nissa masih tetap berusaha membujuk ibunya.

"Ibu juga tidak bisa menari," tolaknya lagi dengan halus. Dadanya mulai tidak beraturan saat banyak pasang mata yang menyaksikan mereka.

"Bagaimana? Apakah Nissa jadi bernyanyi dengan Ibunya?" tanya pembawa acara.

"Ibu, kumohon ... ayo Bu kali ini saja," rengek Nissa. Matanya mulai memperlihatkan genangan air. Ibu Nissa semakin tidak tega dengan putrinya, akhirnya ia mau menuruti kemauan Nissa kecil.

Anak dan ibu itu menaiki panggung. Namun, karena Nissa terlalu senang ia sampai terjatuh di samping panggung.

BRUKK!!

"Aduh!"

Nissa segera membuka matanya dan menyadari ia terjatuh ke samping kasur. Kepalanya menjadi pusing dan kesadarannya masih belum pulih. Ia pun mendiamkan dirinya sejenak dan tidak peduli, bagaimana posisinya saat ini.

Sekarang Nissa sudah sadar sepenuhnya. Mimpi yang baru saja hadir tadi membuatnya benar-benar merasa bersalah.

"Aku ... Aku minta maaf bu ... Aku bener-bener jahat waktu itu," ucap Nissa. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi. Ia menangis sejadi-jadinya.

Meratapi nasib dan sebuah kenyataannya benar-benar membuat Nissa merasa paling jahat di dunia ini. Sebuah kenyataan, bahwa dia lah yang telah merenggut sisa waktu ibunya. Sehingga membuatnya membenci dirinya sendiri.

THE MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang