Hari ini adalah hari yang berbeda bagi Nissa. Jika biasanya ia pulang dengan keadaan yang sangat menyedihkan, kali ini ia kembali ke kediamannya dengan senyum bahagia. Senyum di wajahnya itu bagai terpaku jelas dengan sangat dalam.
Nissa melihat sekililingnya, terasa sepi. Suasana yang selalu ia rasakan setiap hari. Bukan, bukan itu yang ia maksud saat ini. Ia tidak merasakan tanda-tanda keberadaan ayahnya di rumah. Ia lalu melihat ke kamar ayahnya dan masih tidak ada.
Ia pun merogoh ponselnya bermaksud menghubungi ayahnya. Tapi yang terdengar hanya nomor yang dituju sedang tidak aktif. Nissa mencoba berulang kali, namun hasilnya tetap sama.
Senyum di wajahnya kini berganti datar. Ia ingin tidak peduli dengan ini, tapi ia sedikit merasa cemas. Ah ... Sudahlah, baru sehari ia tidak di rumah. Pikir Nissa berusaha acuh.
Drrtt ... drrtt ...
Sebuah notifikasi membuyarkan kecemasannya. Notifikasi itu dari Shinta dan Abang Misterius. Di pikirnya itu dari dari ayahnya. Nissa tersenyum sinis. Ia tak pernah mengirimiku pesan. Batinnya menyadarkan dirinya sendiri.
Ia pun membuka pesan dari Shinta terlebih dahulu.
Shinta:
Niss, malam ini kita ke taman kota yuk. Pukul tujuh aku ke rumahmu nanti ....Jemari Nissa mulai menari-nari di atas layar ponselnya. Senyum di wajah kembali terukir. Hingga membuatnya menyesal entah untuk keberapa kalinya. Kenapa tidak dari dulu aku mencari teman, jika tahu bahagianya seperti ini. Batinnya.
To Shinta:
Ok, aku tunggu.Ia lalu berpindah ke pesan dari Abang Misterius. Seseorang yang diam-diam memberikannya perhatian. Perhatian yang tidak pernah diketahui oleh Nissa.
Abang Misterius:
Aku senang, kau mendapat teman baru.Hanya itu. Tidak ada pesan lagi darinya. Nissa menghembuskan napas dengan panjang. Ia tidak pernah membalas pesan dari orang itu. Sesekali pun ia tak pernah melakukannya. Bukan karena takut, hanya saja orang itu tetap asing baginya. Walaupun, Nissa telah menyimpan nomor itu sudah sangat lama.
Nissa pun segera bersiap-siap untuk malam nanti. Melihat jam sekarang menunjukkan pukul tujuh malam kurang 25 menit. Ia pun segera menyiapkan dirinya, supaya Shinta nanti tidak menunggunya lama.
Setelah selesai menyiapkan dirinya, Nissa berjalan keluar rumah. Ia tunggu Shinta di situ.
Tak berapa lama, muncullah Rama dan Shinta. Dalam benak Nissa bertanya, kenapa Rama ikut?.
"Niss," panggil Shinta tersenyum.
"Lama gak aku datangnya?" tanya Shinta. Menghampiri Nissa dan memeluknya sebentar. Rama yang melihat itu hanya bisa menyembunyikan senyumnya.
"Nggak kok, aku juga baru saja selesai berkemas," jawab Nissa, kemudian tersenyum canggung ke Rama.
Shinta memberikan sebuah tatapan ke kakaknya. Tatapan yang mengisyaratkan supaya Rama meninggalkan mereka. Rama mengerti maksud adiknya, ia pun langsung berpamitan dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MEMORIES
Teen FictionNyaman dengan sendiri, namun ingin memiliki kenangan. Bukankah itu sulit?