Setiap detik tersiakan untuk menunggu, jikalau yang ditunggu tak memberi izin.
---
Sekarang pukul dua siang, tak ada kelas saat hari sabtu. Kaki Lyodra membuat kuda-kuda selebar bahu, sekali-kali ia menyibak anak rambutnya yang mudah keluar dari cepolan rambutnya dengan Hand Guard yang melapisi telapak tangannya.
Kaki kirinya berada di belakang, terus-menerus dalam posisi kuat dan serius, kemudian tangan kirinya pun mulai meninju, lalu merubah posisi kuda-kudanya, dan meninju lagi. Wajahnya mulai memerah dan dipenuhi keringat, namun rasanya belum puas untuk terus meninju.
Saat dering suara panggilan memutar musik klasik dari Mozart 'twinkle-twinkle little star', Lyodra menjatukan tubuhnya di lantai kasar di sebelah ponselnya yang tergeletak begitu saja.
"Apaan lo? Gue lagi sibuk latihan. Mau ditonjok juga Sam?" teriak Lyodra dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Gue gak budek. Lagian seenaknya manggil nama, gue lebih tua dari lo!" balas Samuel dengan nada malas yang kesal.
Mata Lyodra menatap nomor sepupunya tak kalah kesal, ingin sekali menekan blokiran untuk nomor itu. Karena mereka tak pernah akur sejak dulu. Samuel yang sejak kecil selalu disiplin, Lyodra yang berumur lima tahun pindah dari Medan ke Jakarta selalu mengajak Samuel bermain karena merupakan sepupu satu-satunya saat itu dari keluarga di Jakarta. Saat Samuel yang sejak kecil sudah suka membaca cerita kancil sendirian sembari terbata-bata, matematika dasar, belajar berjualan, Lyodra berlari kesana-kemari, memanjat pagar rumahnya yang tertutup, jatuh dari pohon, dan sangat suka mengajak Samuel berhenti belajar agar mau bermain petak umpet bersamanya.
Saat kecil, Ibu Samuel diberikan sekarung jagung manis oleh Mbok dari kampung, dan semua jagung itu Samuel jual dengan mengelilingi setiap blok di komplek perumahan. Sedangkan Lyodra pernah jatuh dari pohon beringin yang ntah bagaimana bisa menaikinya hingga kedua kakinya patah dan harus di gips beberapa bulan.
Samuel benci seluruh sikap terlalu hiperaktifnya dulu, dan benci Lyodra sekarang yang suka mengajaknya berdebat.
"Tapi gue anak dari Kakak nyokap lo, seharusnya lo yang panggil gue Kakak. Kak Lyodra."
"Najis, udah lah. Maksud gue, adek lo yang namanya Igyralo itu bolos TK lagi, mana dari tadi pagi tetep gamau makan, gak belajar, dan terus-terusan main Toy Story sama Afka di PS. Pusing gue, mama ngeamanatin supaya adik lo makan sebelum pergi kerja."
"Biarin aja gak sekolah TK, dianya juga masih suka main. Nanti biar langsung masuk SD, bisa. Dan kalau masalah makan, kasih aja kentang goreng."
"Gaada kentangnya."
"Beli ke mini market."
"Jauh, lo aja pasakin bawa kesini."
"Gue mau lanjut latihan."
"Gayaan latihan, main sendiri di rumah aja songong. Intermezzo¹ dikit, napa."
"Bukan intermezzo, tapi lo nyuruh gue berhenti."
"Pokoknya sini lo, kalau nggak gue hasut lagi Igyralo."
Dalam hati Lyodra berdecak, adiknya yang polos itu emang kurang ajar. Sering terhasut oleh Samuel dan tiba-tiba marah kepadanya. Seketika itu juga ia ingin berdoa agar adiknya hilang. Padahal Lyodra pun belum puas menumpahkan amarahnya karena dua hari berturut-turut menunggu Kakak kelasnya yang kemarin, Elise cs, tak kunjung terlihat.
Setelah lama terdiam, Lyodra mulai memasak kentang goreng untuk adiknya. Adiknya itu tak suka makan, bahkan jarang makan. Tetapi sangat suka kentang goreng dan tak pernah bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Giannuca (Hiatus Sementara)
FanfictionMimpi Lyodra ingin menjadi murid High Star terkabulkan. SMA terfavorit di kota Jakarta. Meski banyak gosip beredar bahwa High Star terkutuk, Lyodra tak menghiraukannya. Sampai Lyodra mengenal Nuca, seseorang yang mengenalkannya kepada 'deep informat...