Bagian Lima: Yoshimura Kiyoko

36 11 20
                                    

"Pembunuh yang ingin bersusah payah memakaikan seragam pada korbannya?" Miwa menggigit sumpit. "Kenapa, ya?"

Di atas meja makan, kedua orang lainnya tidak berniat menanggapi. Selagi Sachi menghabiskan nasi dan daging di mangkuknya, Allen mengambil sayuran yang tidak gadis itu makan.

"Kalian tidak penasaran?" tanya Miwa. "Tiga kasus beruntun semacam ini akan meninggalkan rumor untuk belasan tahun ke depan. Ketiga penyebab berbeda tidak mengubah fakta bahwa ini terjadi tidak sampai sebulan."

"Sudah ada polisi, untuk apa kita memikirkannya?" ujar Sachi.

"Mungkin saja sang pelaku berkeliaran bebas di sekolah." Miwa menyeringai. "Aku yakin 60% kalau pelaku ada di antara kita. Apakah para polisi itu bisa menangkapnya sebelum terjadi sesuatu?"

"Keluarga Sendou turun tangan, bukan?" Sachi meneguk air. "Mereka akan terbantu."

Miwa memasang wajah tidak setuju. "Klub paranormal kita memilikimu yang bisa meramal, Kai yang bisa berkomunikasi dengan arwah, dan Yuki yang bisa melihat banyak hal. Jika Natsuki juga dihitung, maka kita memiliki empat orang dengan kemampuan mistis. Kita tidak akan diam saja, bukan?"

"Arwah sulit untuk diajak bekerja sama, kucing bukan anjing yang pandai melacak, Yuki terlalu penakut, kekuatanku hanya untuk mencari uang. Kita sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan yang sederhana. Kasus semacam ini bukan hal yang baru dan akan cepat berlalu. Aku tidak yakin Keluarga Sendou tidak akan bisa menemukan sang pelaku."

Miwa menyandarkan badan mendengar perkataan Sachi. "Tidak seru."

"Ingin pergi ke makam besok?" Allen menatap Sachi.

"Ah, benar. Besok libur," ujar Miwa.

Sachi mengeluarkan dehaman lembut.

Kemudian ketiganya melanjutkan makan dalam keheningan.

Keesokan harinya, Allen langsung meletakkan tangan di kening Sachi setelah gadis itu keluar dari kamar.
"Sudah tidak pusing?"

Sachi menggeleng pelan.

Gadis itu bersama Allen dan Miwa pergi ke makam, menghampiri tiga pusara yang berjejer antara satu sama lain. Mereka berencana untuk hanya meletakkan bunga, berdoa, kemudian pulang. Ini adalah ide Allen dan Miwa.

"Kenapa tanganmu sangat dingin?" Allen tanpa sengaja menyentuh tangan Sachi.

"Ini hanyalah persoalan yang sama seperti sebelumnya," kata Sachi. "Aku hanya merasa sedikit menyesal karena ...." Karena aku memutuskan untuk hidup hingga detik ini.

Melihat gadis yang tiba-tiba terdiam itu, Allen dengan paham tidak lagi membahasnya. Dia hanya terus memegang tangan Sachi dan ketiganya bersiap pulang. Namun, saat tanpa sengaja melewati makam Ritsu, Sachi secara otomatis menghentikan langkah.

Miwa menggaruk belakang kepalanya dengan canggung. Tadi pagi, dia yang bertugas membeli bunga dari toko yang tidak searah dengan makam. "Aku lupa kalau ada Hinata-san."

Faktanya, dia lupa memberi tahu Allen untuk tidak melewati makam Ritsu. Dia juga memang sengaja tidak membelikan bunga tambahan untuk Ritsu karena dia selalu berharap Sachi melupakan gadis itu.

Keduanya juga tidak bisa dikatakan sebagai teman, tetapi mengapa seakan kematian Ritsu adalah tanggung jawab Sachi? Hanya karena sebelumnya Sachi telah melihat kematian Ritsu dan tidak bisa mencegahnya.

Mungkin untuk saat ini dirinya dan Allen bisa menghalau Sachi dari berpikir keras tentang keluarganya, tetapi dengan apa yang terjadi di sekolah ..., ini juga belum sebulan berlalu ..., akan sulit membuatnya tak acuh.

ENDING [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang