Koridor lantai tiga tampak begitu sepi. Sehingga setiap langkah kaki Hinata menimbulkan suara yang begitu nyaring. Gadis dengan penampilan yang jauh dari kata modis itu membaca setiap papan nama yang terletak di atas setiap pintu.
Akhirnya ia menemukan kelas barunya. Dengan perasaan hati-hati dan sedikit takut, ia mengetuk pintu. Meminta izin pada guru yang sedang mengajar di dalam kelas 2-1 tersebut untuk masuk.
Suara melengking seorang wanita dari dalam ruangan itu menyuruh Hinata untuk masuk ke dalam. Perlahan Hinata melangkah masuk ke dalam kelas. Ia tak berani mengangkat kepala saat merasakan aura gelap yang menyelimuti kelas unggulan tersebut.
“Kau Hinata Hyuuga dari kelas 2-3?” tanya Guru Kurenai dengan senyuman ramah.
“Iya, benar,” jawab Hinata gugup.
Guru Kurenai menatap semua murid-muridnya. Pancaran matanya memberikan ketegasan pada enam siswa laki-laki yang mendiami kelas tersebut.
“Seperti yang kalian tahu, Hinata Hyuuga adalah siswi dari kelas 2-3 yang berhasil mengikuti tes seleksi untuk pindah ke kelas unggulan. Kuharap, kalian dapat berteman baik dengannya.”
Wanita tersebut menoleh ke arah Hinata yang sedikit takut melihat anak-anak yang ada di kelasnya. Wajar, kelas 2-1 memang hanya dihuni enam siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa. Tingkat popularitas mereka di SMA Konoha pun sangat tinggi.
Oh, dan jangan lupakan tentang label kelas paling susah diatur. Murid berandalan yang memiliki kata-kata tajam nan pedas selain tatapan mata dan juga raut wajah yang dingin seakan tak bersahabat.
Hinata menatap guru yang dulu menjadi wali kelasnya semasa ia masih di tingkat pertama. Ia enggan menatap keenam siswa yang sedari tadi memberikan tatapan menusuk padanya. Bahkan, melirik saja ia tak berani.
“Sebaiknya, saya tidak perlu pindah kelas. Saya pindah ke kelas 2-2 saja sudah lebih dari cukup untuk saya.”
“Hinata, kelas 2-1 adalah kelas yang cocok untukmu. Dan kelas 2-2 hanya menuntut pemahaman lebih, jelas sekali kau tidak membutuhkannya,” jelas Guru Kurenai seraya tersenyum. “Sekarang, duduklah. Dan ikuti pelajaranku dengan baik.”
Hinata menghela nafas. Ia berjalan pelan menuju kursi yang masih kosong. Saat melewati deretan kursi laki-laki yang terkenal dengan sebutan GS4T, sang Pangeran SMA Konoha, samar-samar Hinata mendengar kata dan kalimat ejekan yang mereka tujukan untuknya.
“Nerd.” Sasuke bergumam pelan sembari mendecih.
“So weird,” sahut Shikamaru dengan senyum merendahkan.
“Well, sepertinya kita akan mendapat mainan baru di sini.” Sasori menatap teman-temannya bergantian.
Gaara menyeringai tipis ke arah Hinata. “Atau boneka?”
Perhatian Toneri tetap mengarah pada Guru Kurenai. “Kurasa ini akan sangat menyenangkan.”
Senyuman lebar tanpa arti milik Sai terukir jelas. Ia menatap Hinata yang duduk berseberangan di belakang kursinya. “Selamat datang,” ucapnya menggantung, “pada penderitaan baru, Hyuuga.”
Seketika itu juga Hinata merasa udara telah menghilang. Senyuman Sai terlihat sangat mengerikan. Begitu juga aura mematikan yang seakan mengepungnya, tak membiarkan celah untuk bernafas dengan baik sedetik pun.
Guru Kurenai berdeham saat merasa kalau keenam anak didiknya sedang mengganggu Hinata. Ia memperhatikan semua anak didiknya yang sekarang berjumlah tujuh siswa. “Silakan kerjakan soal No. 1, Akasuna-san.”
Sasori beranjak dari kursinya. Berjalan angkuh ke depan kelas. Mulai mengerjakan soal yang dituliskan Guru Kurenai di papan tulis. Tak sampai dua menit, ia telah selesai. Berbalik badan, kemudian tersenyum bangga saat Guru Kurenai membenarkan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TSP (The Six Prince): A Story of Konoha High School (KHS)
FanficKisah SMA Hinata bersama enam pangeran sekolah berwajah tampan, bermulut pedas, berperilaku kejam, dan berhati dingin.