Part 9 [END]

3.8K 56 0
                                    

Perasaan Arman begitu campur aduk saat ia kini sedang terfokus melihat seorang bayi yang terlihat begitu sangat mirip dengannya. Bayi cantik itu pun terlihat sibuk dengan aktifitasnya sendiri meremas-remas bungkusan roti yang ada ditangan mungilnya itu. Kadang sesekali bayi itupun memasukan bungkusan kue ke dalam mulut kecilnya -sungguh kegiatan yang sangat menggemaskan-
"Tadi namanya siapaa?" Tanya arman pada ayu dengan tatapan yang masih fokus pada tingkah bayi gembil itu.
"Anaya...." ayu membalas dengan suara yang tak bernada. Entahlah ayu merasa risih serta canggung bertemu lagi dengan suaminya itu.
"Yu..."
"Mas..."
Seperti memiliki ikatan batin kedua insan yang kini sedang duduk berhadapan dikursi tunggu yang ada dipelataran minimarket yang beberapa menit telah mereka datangi saling memanggil satu sama lain.
"Kamu aja dulu..."
"Mas aja dulu...."
Lagi, kebetulan macam apa ini, mereka berdua pun saling mengucapkan kata yang berbarengan lagi. Arman pun kini mengulurkan tangan ke arah ayu memberi isyarat untuk menyuruh ayu berbicara terlebih dahulu.
"Kita pisah aja mas...."

Deg.

Jantung arman berdetak dengan kencang, kata ini lah yang dari dulu sudah ia prediksi keluar dari mulut sang istri.

Oekk...oekk...oekkk
Keterdiaman arman yang cukup lama itu tiba-tiba dikagetkan dengan tangisan bayi yang saat ini ada dipangkuan sang ibu. Bayi itu menangis saat bungkusan rotinya jatuh kelantai pelataran tersebut. Anaya pun semakin rewel saat sang bunda tidak mengembalikan lagi bungkusan rotinya malah memasukan bungkus tersebut kedalam plastik belanjaannya. Anaya yang tidak terima kini malah semakin menjadi dengan mengejang-ngejangkan tubuh gembilnya itu.
"Kotor de, jangan yah..." bisik ayu pelan. Ia pun kini mulai bangkit dari kursi duduknya. Ia berniat untuk pulang saja.
Sebelum melangkahkan langkahnya keluar dari area minimarket ayu kemudian berucap.
"Aku gak mau digantung terus mas, ayu minta keputusan mas. Ayu pamit dulu..."
Baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba ia merasakan seseorang kini tengah memeluk dirinya dari belakang.
"Ayo kita perbaiki hubungan ini..."

***********

"Maaf mas ga ada saat ibu meninggal" ucap arman dengan suara yang cukup keras, saat dua sejoli itu berada disatu sepeda motor yang sama. Ya, setelah arman berucap seperti itu ia langsung menyeret ayu untuk diantarkan pulang oleh nya. Mau tak mau akhirnya ayu menaiki motor sang suami.
Ayu masih diam ia belum merespon pertanyaan sang suami. sementara kini sang suami yang sedang menyetir itupun membenarkan letak kaca spion agar bisa memperlihatkan wajah sang istri yang sembilan bulan lamanya ia tak melihat wajahnya. Arman melihat wajah sang istri yang tanpa ekspresi. Ia mengela nafas berat, mungkin perjalanannya akan panjang untuk memulai kembali hubungan ini seperti layaknya pasangan suami istri yang lainnya.
Matahari sudah semakin terik memancarkan panasnya. Panas matahati tak dapat ayu hindarkan dari sang bayi yang kini setelah adegan rewelnya baby anaya pun akhirnya tertidur setelah mereka menaiki motor sang ayah. Ayu pun dengan penuh kasih sayang menutupi bagian kepala sang anak dengan ujung kain gendongan yang dipakainyan.
Telah sampailah mereka bertiga dipekarangan rumah ayu. Ayu yang sudah turun pun langsung ditanya kembali oleh sang suami.
"Mas masuk yah...." ayu terdiam, setelah berpikir cukup lama akhirnya ia pun mengijinkan suaminya untuk masuk kerumah.
"Mas mau minum apa?" Ucap ayu setelah mempersilahkan arman duduk dikursi ruang tamu. Setidaknya ia masih paham akan adab bertatakrama pada tamu.
"Kopi...." balas arman dengan sumringah. Setelah mendengar jawaban dari sang suami ia pun pergi ke dalam rumah, tak lupa juga ia baringkan anaya diruang televisi dengan alas karpet tipis. Setelah menaruh sang bayi ia pun segera bergegas pergi kedapur.
Ketika ayu menuangkan air panas pada gelas yang berisi serbuk kopi. Ayu kini mulai mendengar suara tangis anaya yang cukup keras, tidak langsung menghampiri sang anak, karena ia sudah kepalang tanggung sedang menuangkan air. Ia pun menyelesaikan dulu aktifitasnya. Sekitar 3 menit barulah ia melesat pergi ke ruang TV tapi baru akan sampai keruangan tersebut langkahnya terhenti saat suara tangisan anaya terhenti. Kini pandanganya melihat ke arah dimana arman sedang menggendong sang anak, sambil badannya ia gerak-gerakan ke kanan dan kiri mencoba mengayun ayunkan sang bayi gembil.
Arman pun melihat kedatangan ayu disampingnya dengan ekspresi gelagapan seperti tertangkap basah mencuri ia pun langsung berkata maaf pada ayu.
"Maaf, mas masuk tanpa izin" ucapnya kikuk. Sedangkan anaya kini malah menatap orang asing yang menggendongnya. Tatapannya terus menatap pada wajah ayahnya itu.

I And You [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang