Cahaya paling terang juga punya bayangan gelap.
***
Pria muda berambut lavender itu menyesap teh chamomilenya tenang. Tidak peduli bahwa dihadapannya seorang gadis tampak mengamuk karena tidak didengarkan.
"LANGIT! DENGERIN AKU NGGAK SIH?"
Langit Utara mengangguk kecil, tampak tidak tertarik meladeni. Membuat gadis di depannya semakin murka.
"LANGIT UTARA!"
"Jaga bicaramu Meridies,"geram Langit Utara akhirnya, membuat gadis di depannya--Aquila Meridies--bungkam seketika.
Langit Utara mendesah kasar, kemudian meletakkan cangkir tehnya ke meja dengan keras. Membuat Aquila harus memegang dadanya karena terkejut, pria ini menakutkan sekali kalau sudah marah. Mending Orion kemana-mana.
"Dengar, berhenti mengacau seperti saat Semesta Raya nyaris bunuh diri, Meridies. Atau semuanya bakal berantakan dan kamu tahu betul apa akibatnya kan?"
Aquila meneguk ludahnya, tidak tahu keisengannya diketahui secepat ini. Padahal ia sudah berhati-hati.
"Aku nggak ngerti, sebenarnya kamu ada dipihak siapa Langit Utara. Seriusan."
Menyesap teh chamomilenya lagi, Langit Utara menatap lurus mata gadis Meridies itu kemudian tersenyum.
"Apa masih perlu dijawab?"
***
Samudera menerobos pintu mahoni hitam kamar Raya bersama bibi Mar yang sudah nampak berantakan karena mencoba mencari kunci cadangan untuk membuka pintu yang terkunci dari dalam ini. Sampai akhirnya Samudera meminta izin untuk mendobrak saja dengan kemungkinan merusak pintu ini tentu saja.
Pintu terbuka, gadis yang dimaksud tengah berdiri dengan tangan tersayat-sayat pisau. Wajahnya nampak marah dan tidak peduli betapa bibi Mar memintanya berhenti melukai diri sendiri, ia tetap bergeming. Berjalan mundur, menjauhi kedua orang yang tampak begitu mengkhawatirkannya.
Masalahnya, bukan mereka yang dia mau.
Lalu secara tiba-tiba pisau dijatuhkan, yang dengan cepat dijauhkan dari jangkauan Raya oleh Samudera. Gadis itu kini memeluk dirinya di pojokan ranjang. Menutup dirinya dari penglihatan kedua orang di depannya.
"Non, sama bibi ya non?" Bibi Mar berucap lembuh, dengan suara bergetar ingin menangis.
Semesta Raya menggeleng dalam.
"Aku mau Orion!"
"Cuma Orion!"
Samudera sampai menelan ludah susah payah mendengarnya, masalahnya, Orion bukannya menghilang hari ini tanpa alasan. Langit Utara mengirimnya ke luar kota dan akan kembali beberapa hari lagi. Mana dia tahu akibatnya akan seperti ini jika menjauhkan Orion dari Semesta Raya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOTOPIA
Teen FictionGeotopia menjelma tempat segala kutukan. Siswa yang ditemukan bunuh diri, teka-teki masa lalu serupa asap dari jerami yang menyembunyikan api. Ada dendam yang menunggu dilunasi, sementara itu Samudera dipacu waktu untuk mencari kunci sebelum tragedi...