Perjalanan pulang seharusnya lebih singkat dibanding keberangkatan, tapi bagi dua anak manusia yang kini saling membisu itu pulang sama dengan kembali pada ketakutan yang selama ini ingin dilupakan.
Abu Megantara akan ditaburkan besok malam di danau dekat rumah Nebula yang dulunya tempat ia tinggal. Danau yang menjadi salah satu benang merah pertemuan Samudera dan Raya yang diam-diam diingat Samudera sebagai tempat pelariannya selain rooftop gedung Khay.
Raya masih tampak terguncang, mimpi apapun yang ia alami pastilah menakutkan. Samudera hanya mampu membantu menenangkan, memberi tempat untuk cewek itu berlindung sebentar. Sementara pikirannya juga sama kacaunya, fakta bahwa Orion terlibat membuatnya naik darah.
Siapa lagi yang bisa dipercaya? Dan ngomong-ngomong sejak awal Samudera memang tidak menyukai cowok itu, ralat, Samudera mana pernah menyukai orang lain?
Sedikit ketenangan yang masih tersisa dalam diri Samudera perlahan dimanfaatkan untuk mengendalikan situasi. Hati-hati cowok itu menjauhkan tubuh Raya dari pelukannya, meraih wajahnya yang nampak pucat dan penuh keringat. Sedikit usapan halus dengan lengan baju Samudera tanpa sadar membuat kesadaran cewek itu kembali sepenuhnya. Dia mengerjap, mencoba mengatur pernafasan serta kepalanya yang mulai berdenyut sakit. Perasaan tidak tenang tiba-tiba kembali menguasainya, membuatnya kembali menggigil.
"Langsung pulang aja ya?" tawar Samudera hati-hati, sementara Raya masih kebingungan dengan kepalanya sendiri.
Mimpi mengenai kematian Esta bukan terjadi sekali dua kali, tapi berbeda, kali ini kegelisahan membuatnya kesulitan membedakan mana kenyataan dan mana yang mimpi. Pria itu, pria yang berbicara dengan Hydra. Pria yang memukul Hydra. Pria yang....
"Ra?" Panggilan Samudera membawa kembali atensi Raya yang sebelumnya menghilang tersesat di dalam kepala. Cewek itu menatap sulit pada Samudera, kemudian menggeleng.
"Ruang musik."
"Apa?"
"Di ruang musik, Sam!"
Otak Samudera bukannya berkurang kecepatan kerjanya, tapi melihat raut panik seorang Semesta Raya tiba-tiba membuatnya mendadak bodoh. Ruang musik ... tunggu sebentar, Raya bicara apa?
"Rekaman itu pasti ada di ruang musik!" ulang Raya, suaranya meninggi dengan mata memerah. Satu-satunya hal yang tidak disadari Samudera adalah perubahan mata Raya. Karena demi segala kebodohan yang pernah dilakukan Samudera, belum pernah ia sebodoh ini sampai membiarkan dirinya lengah akan perubahan cewek di depannya.
Benar. Ini bukan Raya, tapi Esta yang sedang bicara.
***
"Uwaaa selamat ya!" Muara menatap takjub piala berbentuk bola dunia dengan nama Lintang Langit Barat di platnya. Kedatangan Lintang dan rombongan bukan hal yang ditunggu sebenarnya, kemenangan sudah menjadi hal biasa seperti siswa sayap kanan yang doyan masuk ruang BK.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEOTOPIA
Ficțiune adolescențiGeotopia menjelma tempat segala kutukan. Siswa yang ditemukan bunuh diri, teka-teki masa lalu serupa asap dari jerami yang menyembunyikan api. Ada dendam yang menunggu dilunasi, sementara itu Samudera dipacu waktu untuk mencari kunci sebelum tragedi...