05. Dunia Abraham

1.8K 110 23
                                    

"Bram ayo nak sarapan dulu" ucap Alena kepada anaknya.

Pagi ini mereka akan melakukan semua aktivitas seperti biasa. Abraham dan Avram bersekolah dan Max? Jangan tanya pria itu entah pergi kemana saat pagi pagi tadi.

"Jangan terlalu banyak makan, kau ingin aku membelah perutmu" Avram menghentikan makan nya saat mendengar ucapan Abraham.
"Bram! Biarkan saja, adikmu ingin makan" ucap Alena memperingati Abraham ucapnya itu sedikit membuat Alena terkejut.
"Hanya bercanda haha" ucap Abraham mencoba mencairkan suasana mengacak-acak rambut Avram.
"Sialan ka...
Plak!
"...aakh! "
"Bram berhenti memukul adikmu"

Abraham menampar mulut adiknya saat Avram mengatakan 'sialan' didepannya.
"Maaf bu. Mulutnya harus diberi pelajaran pagi ini " senyum mengejek terlihat jelas diwajah Abraham dan pria itupun duduk disamping Avram menikmati kembali sarapan nya.
"Tapi tidak perlu memukul nya, sayang" ucap Alena memperingati mencoba untuk menegur anak-anak nya tidak perlu memperlakukan dengan kasar.
"Ibu selalu memanjakan nya" Abraham memutar bola matanya dengan malas saat melihat Avram menjulurkan lidahnya kepada dirinya.

...

Aku berjalan pelan menuju kelas berniat untuk menyimpan tas. Avram sudah berbelok kekanan menuju kelasnya. Aku dan Avram beda kesal dia anak yang pintar bertolak belakang dengan diri ku yang tidak terlalu pintar

"Hoii! "
Aku berhenti dan melihat kebelakang seseorang memanggil ku dengan tidak sopan nya.
"Jadi kau yang bernama Abraham? " laki-laki itu berjalan dengan gayanya yang tidak biasa, menunjuk nunjuk diriku seolah-olah aku berbuat salah padanya.

Sial aku sedang malas untuk berkelahi.

"Ya. Ada masalah "
Aku menatap nya malas dan ingin cepat pergi, aku benci menjadi pusat perhatian.
"Brengsek. Jadi kau yang menyakiti perasaan Nessa, berhenti berlagak seperti orang tampan dan paling terhormat disini! " aku diam melihat nya yang sudah tersulut emosi. Nessa? Bahkan aku tidak tau gadis populer itu, dia hanya terobsesi ingin memilikiku.
"Baiklah. Waktu mu sudah habis" aku berjalan berbalik meninggalkan nya teman-teman nya menatap diriku tidak percaya meninggalkan bossnya begitu saja. Para murid berteriak kagum entah apa yang kagum dengan perdebatan konyol ini

"Kau! "
Tangan itu memegang pundakku dengan otomatis aku berbalik dan menghindari tinjuan itu yang hampir mengenai rahang.
"Berhenti bermain-main "

Tanpa aku sadar, aku sudah melupakan sesuatu pikiran ku tidak terkendali kan aku memukul nya tanpa henti, darah mengalir disudut bibir laki-laki itu. Murid lain berteriak dan mencoba untuk memisahkan tapi tidak dapat membubarkan perkelahian ini.

"Ya. Mati! Haha" aku setengah sadar dan tidak saat berkata seperti itu tangan ku terus memukul nya wajahnya lemas tidak berdaya. Dapatku rasa kan hampir semua orang melihat perkelahian ini.

Aku ingin berhenti tapi tidak bisa ku lakukan, keringat dingin terus keluar aku mencoba mengontrol diri ku.
Tapi sialnya silet yang biasa ku bawa sudah berada di genggaman ku.

...

"Siapapun hentikan mereka"
"Panggil guru! Buruan"
"Aksan akan mati jika, kalian tidak menolong "
"Tidak bisa! Tenaga Abraham lebih kuat"
"Avram... Ya avram, panggil Avram!!! "

"Akkhh...!

Terlambat. Silet kecil itu sudah melukai leher dan bahu kirinya goresan kecil itu terlihat kecil dan panjang tapi sebenarnya sangat dalam bahkan darah tidak berhenti keluar.

"Aaaa! Astaga "
"Abraham melukai nya"
"Aku benci darah"
"Aku ingin muntah "

"Abraham!!! Berhenti astaga apa yang kau lakukan " Avram menghampiri Abraham dan langsung memeluknya mencoba untuk menenangkan. Kakaknya
"Tidak tidak ini salah Bram. Kau anak baik ya anak baik tenangkan dirimu. Kau kakak tersayang ku. Ibu akan sangat kecewa jika kau seperti ini, jadi tenangkan dirimu " Abraham mendorong pelan bahu Avram menatap adiknya dan melihat sekeliling banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dan Abraham menatap satu seseorang yang tak sadarkan diri dengan darah yang keluar.

"Aku membunuh nya? "Tanya Abraham kepada adik nya.
"Tidak. Dia hanya pingsan" ucap Avram yang masih mencoba untuk menenangkan Abraham.

"Bapak terlambat datang "
"Cepat cepat tolong aksan "

Guru guru datang dan panik saat melihat kondisi Aksan yang tak sadarkan diri berlumuran darah.
Guru itu menatap Abraham dan Avram secara bergantian

"Siapa yang melakukan ini? " Tanya salah satu guru menatap si kembar.
"Ak-... "
"Aku yang melakukan nya" ucap Avram cepat dan ditatap tidak percaya oleh Abraham bahkan murid lain yang masih melihat kejadian itu.
"Ibu tidak percaya, ternyata Avram yang pintar dan rajin membuat onar dengan melukai seseorang " ucap guru itu.
"Apa yang kau lakukan " gumam Abraham memukul kepala Avram dengan pelan.
"Tidak ada" balas nya pelan.
"Sialan".

"Setelah jam istirahat berbunyi segera datang keruangan ibu " ucap guru itu dan meninggal mereka dan begitu juga dengan yang lain.

"Dasar bodoh! " maki Abraham pada adiknya.
"Terimakasih" balas Avram.

...

"Sebagai gantinya ibu akan membatalkan mu untuk ikut lomba olimpiade matematika" Avram menatap gurunya tidak percaya dirinya akan batal mengikuti olimpiade matematika itu? Padahal itu peluang yang besar namanya akan sangat dikenal oleh sekolah lain.

"Bu, apa tidak ada hukuman yang lain? " tanya Avram mencoba untuk membujuk nya.
"Tidak. Itu hukuman yang pantas, kau hampir membunuh Aksan. Bagaimana jika orang tua nya menuntut lebih padamu? Melihat anaknya yang hampir sekarat. Apa yang akan kau katakan, orang tuamu juga tidak akan terima saat tau kau dituntut oleh nya" ucap guru itu dan mencoba untuk menjelaskan kesalahan nya, lebih tepatnya kesalahan Abraham. Avram hanya mengangguk pelan dan pergi keluar setelah semua nya sudah jelas diperdebatkan

Abraham yang sedang menunggu diluar langsung berdiri saat melihat Avram.
"Bagaimana? " tanya Abraham penasaran dan menyentuh pelan pundak Avram.
"Semua nya baik baik saja" balas Avram sambil tersenyum padanya.
"Jangan bohong " kesal Abraham mencengkeram bahu Avram dengan kuat.
"Aku tidak jadi mengikuti olimpiade " Abraham menatap dan melepaskan cengkramannya. Rasanya ia ingin menghampiri guru itu dan membunuh nya
"...jangan bertindak lagi! " kesal Avram menahan Abraham yang ingin masuk kedalam ruangan guru.
"Bagaimana mungkin aku tidak bertindak, bodoh. Ibu tau kau akan ikut olimpiade itu dan sekarang? Astaga Avram biarkan aku masuk dan menjelaskan nya" geram Abraham yang masih ditahan oleh Avram.
"Tidak masalah, semua bisa ku urus dengan baik. Jangan berbuat hal aneh Abraham... "Avram menatap nya dengan kasih sayang antara adik dan kakak.
"...kau kakakku. Apapun yang terjadi aku akan maju paling depan untuk membelamu " Abraham diam dan tersenyum tipis jujur ia sedikit terharu mendengar nya.
"Tapi bagaimana, jika aku melakukan  sebuah kejahatan apa kau akan tetap membelaku? " Menatap Abraham dan berfikir apa Avram akan terus membela kakaknya saat akan berbuat kejahatan? Tapi tergantung kesalahan apa yang akan diperbuat.
"Tergantung kesalahan" ucap Avram terkekeh dia juga tidak akan bisa membela jika itu bersangkutan tentang kejahatan, semua orang tidak mau bila terjadi atau terlibat dengan sebuah kejahatan.

Next? Vote komen, terimakasih.

Dunia AbrahamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang