"Hahahaha..Menjijikan? Xiao Xingchen inilah kenapa aku membencimu. Orang kubenci adalah orang yang menganggap dirinya suci. Orang bodoh dan naif yang mengira dunia akan lebih baik jika menyebar kebaikan" nada sinis kudengar dari mulutnya. "Dan apa kau pantas merasa jijik denganku?" Lanjutnya.Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti apa yang Xue Yang maksudkan.
"Apa maksudmu?" tanyaku."Daozhang Xiao Xingchen... Akhir-akhir ini kita tidak membunuh mayat berjalan kan? Tetapi apa kau ingat beberapa tahun lalu kita selalu membunuh mayat berjalan setidaknya dua hari sekali?" ujarnya. Entah kenapa aku merasa gelisah mendengar perkataannya. Aku mengulum bibirku sebelum kembali bertanya kepadanya.
"Kenapa kau mengungkitnya sekarang?"
"Tidak apa-apa... Tapi sayang kau telah buta. Kau sudah mencongkel matamu sendiri untuk sahabatmu dan kau tidak melihat 'mayat berjalan' yang kau bunuh itu" katanya dengan penekanan pada kata mayat berjalan. "Mereka ketakukan dan berusaha memohon ampun agar tidak kau bunuh. Mereka sampai berlutut agar kau bisa membebaskan anak-anak dan orang tua disana. Jika bukan karena aku sudah memotong lidah mereka pasti mereka akan menjerit 'Daozhang, Ampuni kami!' ".
Tubuhku langsung gemetar saat Xue Yang menyelesaikan kalimatnya. Aku sempat terdiam cukup lama karena itu.
"Ka...kau membohongiku. Kau sengaja membohongiku" ujarku terbata-bata.
"Ck.. ya aku membohongimu sejak lama. Tetapi disaat aku berbicara jujur kau tidak percaya padaku?"
Dengan tidak beraturan aku melangkahkan kakiku dan mengayunkan pedangku sembarangan berharap aku mengenai lelaki didepanku ini.
"Diamlah! Kau diam!!""Baiklah aku diam! Tapi jika tidak percaya padaku kau bisa menyerang orang yang dibelakangmu itu dan paksa dia berbicara jujur padamu!" Ujarnya lantang. Tiba-tiba aku mendengar suara ayunan pedang dari arah belakangku. Dengan refleks aku menangkis pedang tersebut. Tubuhku membeku saat mendengar tubrukan dari pedangku dan pedang orang ini. Aku merasa tidak asing dengan ini.
"Zichen..Zi..Zichen apakah itu kau?" tanyaku dengan hati-hati. Aku tidak mendengar jawaban darinya. Karena tidak mendengar apapun, aku mengulurkan tanganku dan meraba pedang tersebut. Aku tidak peduli pedang tersebut menggores telapak tanganku, aku masih meraba pedang tersebut sampai aku menemukan kata "Fuxue" disana. Dengan refleks aku menggenggam pedang tersebut.
"Zichen.... Zichen apa itu kau? Apa yang terjadi? Bicaralah. Katakan sesuatu. Katakan sesuatu!" . Aku terlalu takut untuk menyentuh siapa yang menggenggam pedang ini walaupun aku sangat ingin tahu dan berharap dia bukan zichen.
"Katakan padaku! Seseorang katakan padaku apa yang terjadi!" ujarku seperti orang frustasi.
"Apa aku perlu mengatakan siapa mayat berjalan yang kau bunuh kemarin Daozhang?"
Aku menjatuhkan Shuanghuaku tepat setelah Xue Yang menyelesaikan kalimatnya. Aku menutupi telingaku agar tidak mendengar tawanya.
'Apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku membunuh Zichen? Kenapa aku melakukan itu semua? Karena diriku, Zichen mati dan menjadi mayat berjalan.'
Hanya kalimat-kalimat itu yang berputar di otakku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yi City
Historical Fiction"Kuceritakan semuanya dari sudut pandangku" Xiao Xingchen