Sudah beberapa hari ini perjalananku terdengar sangat ramai, bagaimana tidak? A-Qing selalu berbicara sepanjang jalan dan selalu mengkomentari segala sesuatu di dekatnya.
"Daozhang, kita akan kemana kali ini?" tanya gadis muda itu.
"Kita akan ke kota terdekat dan beristirahat disana. Aku tahu kau kelelahan." jawabku tanpa menghentikan langkahku. Terdengar kekehan pelan dari gadis muda itu karena jawabanku. Kurasa dia sangat bergembira ketika aku mengatakan bahwa kita akan singgah di kota untuk beristirahat sampai-sampai dia sedikit berjalan dengan riangnya -terdengar dari suara langkah kakinya-.
"A-Qing, jangan berjalan sambil melompat-melompat atau kau akan terjatuh, bahkan bisa menabrak sesuatu." ujarku memperingati gadis muda itu agar lebih hati - hati. Dan kurasa dia menuruti nasehatku untuk berjalan lebih pelan karena tidak terdengar hentakan kaki disana.
"Ackkk!!"
"A-Qing ada apa? Kau baik-baik saja?" tanyaku karena mendengar teriakan gadis muda itu.
"Ah, ti..tidak apa-apa daozhang. Kakiku .... ya kakiku hanya terkilir" jawabnya terdengar terbata-bata.
"Sudah kubilang untuk hati-hati. Ingin kugendong?" tawarku
"Ah tentu saja"
Aku memposisikan tubuhku sedikit membungkuk agar A-Qing lebih mudah naik ke punggungku. Tetapi sebelum A-Qing menaiki punggungku, aku seperti mencium bau darah disekitar sana.
"Bau darah" gumamku pelan. Kuberikan pedangku ke A-Qing bermaksud meminta tolong agar memegangkan pedangku sebentar. Kuberjalan pelan kearah bau darah itu berasal. Sedikit meraba-raba sekitarku akhirnya aku menemukan darimana bau darah itu berasal.
"Ada yang terluka." ucapku. Kuraba tubuh orang itu dan memastikan bagaimana kondisi orang tersebut.
"Daozhang, apa dia sudah mati? Perlukah kita menguburkannya?" tanya A-Qing.
"Dia belum mati, tetapi dia terluka sangat parah" jawabku. Kuputuskan untuk membantunya. Dengan bantuan A-Qing, kugendong lelaki terluka itu dipunggungku dan berjalan menuju ke kota terdekat.
Kuletakkan lelaki itu agar bisa duduk bersandar. Kuambil obat yang selalu kubawa untuk berjaga-jaga untuk keadaan terdesak seperti ini. Kubantu agar lelaki itu bisa memakan obat yang sudah kuberikan.
"A-Qing cari apapun yang ada disini agar kubisa bantu membersihkan dan mengobati tuan ini" ujarku meminta agar A-Qing bisa mencarikan sesuatu untuk kugunakan .
"Ada tempat air disini" jawab A-Qing.
"Tolong ke dapur rumah ini dan panaskan air hangat agar aku bisa membersihkan lukanya." pintaku lagi. Terdengar langkah kaki menjauh dariku dan itu artinya A-Qing sudah melakukan apa yang kuminta. Kuraba kembali tubuh lelaki ini untuk mengetahui bagian mana saja yang terluka. Terdapat luka di bagian perut, dan kaki nya terluka cukup parah.
"Daozhang ini." A-Qing memberikan wadah berisikan air hangat dan beberapa kain bersih.
"Terima kasih" ucapku pelan dan mulai mengobati lelaki didepanku ini. Tak beberapa lama terdengar suara lenguhan dari depanku dan itu artinya lelaki tersebut sudah sadar tetapi entah kenapa lelaki itu tiba-tiba malah menjauhkan badannya dariku.
"Aku hanya ingin membantu membersihkan lukamu tuan" ucapku menenangkan lelaki itu, kurasa dia sedikit trauma berdekatan dengan orang lain karena kejadian yang membuatnya terluka cukup parah.
"Hei! Daozhang sudah memberikanmu obat tetapi tingkahmu seperti itu!" terdengar protesan tidak terima dari A-Qing.
"Kau buta?" ujar lelaki itu pelan. Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawabannya.
"Heh! Sudah ditolong tetapi kata pertama yang keluar dari mulutmu adalah Kau Buta." protes A-Qing "Dan asal kau tahu kedua orang buta ini yang menolongmu!" lanjutnya. Aku tidak merespon apapun yang dilontarkan oleh A-Qing dan kembali fokus mengobati lelaki didepanku. Pada saat aku akan membersihkan luka di tangannya, lelaki tersebut langsung menjauhkan tangannya dariku.
"Ada apa? Apa aku melukaimu?" tanyaku memastikan.
"Ah tidak, kurasa aku menyenggol lukaku sendiri" jawabnya. "Kultivator abadi, Kau tak bertanya siapa aku? Mengapa aku terluka parah." Lanjutnya
"Karena kau tak memberitahuku. Aku kebetulan bertemu denganmu dan memberikan bantuan. Tak ada yang terlalu sulit bagiku. Setelah lukamu sembug, kita akan berpisah. Jika aku adalah kau, aku akan memiliki hal - hal yang aku tak ingin orang lain tanyakan." jawabku dengan senyum tipis dan kembali membalut luka lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yi City
Historical Fiction"Kuceritakan semuanya dari sudut pandangku" Xiao Xingchen