26

1.9K 209 15
                                    

"Udah dimasukin semuanya kan?"

Kamu mengangguk, "Udah mas. Tinggal alat mandi aja." kata kamu sambil ngeduselin dada Azizil.

"Mas beneran mau nyetir sendiri sampe Malang?" lanjut kamu sambil mendongak ke arah Azizil.

Azizil mengangguk, "Iya. Kenapa to emang?"

Kamu tersenyum, "Kenapa enggak nyewa supir aja mas? Takutnya kamu kecapean."

Azizil bergerak duduk, dan menyandarkan badan di headboard kasur.

"Sini sayang," kata Azizil sambil menepuk dada sebelah kirinya.

Kamu tanpa pikir panjang langsung aja nyenderan di Azizil.

Abisnya, dada Azizil itu pw banget, hehehe.

"Aku tuh udah terbiasa aja gitu, ngebawa kendaraan. Jadi rasanya, kalo dibonceng tuh, malah capek. Beneran."

Kamu terkekeh pelan, "Kok bisa sih?"

Azizil mengusap-usap rambutmu sambil sesekali mengebelakangkan anak rambutmu.

"Iya bisa dong. Makanya, percayain aja semua ke aku, ya?"

Kamu mengangguk dan memeluk Azizil dengan erat.

"Eh tapi sayang—aduh!"

"Eh, maaf mas. Maaf ya mas, ya?"

"Hmm sakit..." kata Azizil sambil mengusap dagunya yang kejeduk puncak kepala kamu.

Ini mah, gagal romantisnya.

✈️

"Udah yakin nggak ada yang ketinggalan?"

Kamu mengangguk, lalu memasang seatbelt mu. "Yakin mas."

Azizil mengangguk, lantas menyalakan mesin mobilnya.

"Ayo, berdoa dulu dek."

Kamu tersenyum, lalu mengangguk. Mengangkat kedua tanganmu untuk berdoa.

Setelah selesai berdoa, Azizil langsung menjalankan mobilnya menuju ke Malang, tempat kalian berdua akan menghabiskan waktu untuk honeymoon.

"Dek, nggak mau ke luar negeri aja?"

Kamu menoleh ke arah Azizil yang sedang fokus nyetir.

"Kalo di Indonesia aja ada yang belum dikunjungin, ngapain susah-susah ke luar negeri sih mas?" kata kamu sambil senyum.

"Lagian, biayanya lebih murah kalau kita tetep di Indonesia. Nggak perlu nukar mata uang juga kan?"

Azizil yang sedang menyetir auto tersenyum mendengar jawaban dari kamu.

Beruntung banget Azizil bisa dapetin kamu yang mikirnya tuh, dewasa banget.

"Iya deh. Aku ngikut sama ibu negara aja."

Kamu tertawa pelan mendengar jawaban Azizil.

"Kira-kira sampai sana jam berapa ya mas?"

"Heum? Sekarang jam berapa?"

Kamu mengecek jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirimu.

"Jam 9 mas."

My Sweet Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang