56

725 146 58
                                    

Tidak terasa, kehamilan kamu sudah masuk bulan ke-7, yang artinya perlu kurang lebih dua bulan lagi untuk nanti lahiran.

Ngidam nya kamu pun nggak aneh-aneh. Mungkin dedek tahu kalau Ayahnya juga capek kalau minta yang aneh-aneh.

"Sayang, udah pesen snack buat tujuh bulanan besok?" tanya Azizil yang lagi rebahan, dan menjadikan pahamu sebagai bantal.

"Sudah mas. Udah diurusin semua kok, dibantu Tania sama Mbak Ital. Tenang aja," jawabmu sembari memainkan rambut Azizil.

Azizil mengubah posisi tidurnya, jadi sekarang wajahnya menghadap ke perutmu. Diusapnya perutmu pelan, "Dedek sabar ya, dua bulan lagi kita ketemu, jangan kecepetan ya, kasihan bunda sama kamu nanti kalau kecepetan, sehat selalu anak ayah sama bunda," dan diakhiri dengan mengecup pelan perutmu yang buncit.

Kamu tersenyum melihat Azizil yang sedang berbicara dengan anak kalian, "Iya aamiin."

Azizil bangun dari posisinya, lalu bersandar di headboard kasur, dan menarik pelan kepalamu agar bersandar di dadanya, "Kamu jangan capek capek lho, besok. Ini cuman pengajian aja kan? Nggak ada upacara apaan gitu? Aku emoh lho nek kamu sakit," ( emoh = nggak mau ; nek = kalau )

Kamu tertawa pelan, "Iyaa, pengajian aja kok. Aku juga gamau capek mas, kasian dedeknya juga."

"Nah iya, jangan capek-capek ya," kata Azizil lalu mengecup pucuk kepalamu perlahan.

"Mas Azi, aku bosen. Kemana yok?"

Azizil menyisir rambutmu pelan, "Udah mau magrib. Nanti aja habis magrib. Mau kemana to?"

"Mmm, aku pengen keluar aja. Nggak apa-apa to mas?"

Azizil tersenyum, lalu lagi-lagi mengecup pucuk kepalamu, "Iya sayang, boleh dong. Tapi jangan capek-capek ya. Besok ada acara kan?"

"Iyaa maskuu,"

"Yaudah, tuh dah adzan, ayo wudhu, terus sholat,"

✈️

"Mau kemanaa, tuan putrii?"

"Kok tuan putri to mas?"

"Oh salah yaa? Apa dong? Oh, iya. Mau kemanaa ratuku, sayangkuu?"

Kamu tertawa pelan melihat Azizil yang sedang memundurkan mobilnya, dan menanyakan tujuan pergi ke kamu.

"Kemana aja, yang penting sama maskuu," katamu pelan lalu memeluk sekilas lengan Azizil.

"Lah kok cuman sebentar meluknya?" tanya nya yang masih sibuk mundurin mobilnya.

"Nunggu mas selesai ngeluarin mobil dulu lah, nanti nabrak nggak lucu ya, benerinnya mahal,"

Azizil tertawa pelan, "Iya sayang, iyaaa. Udah nih, peluk dong,"

Kamu memicingkan matamu, "Apa mas? ga kedengeran."

Azizil berdehem, "Hmm awas kamu nggak denger beneran,"

Seketika kamu langsung bersandar di lengan Azizil dan memeluk lengannya, "Ish, kamu kok gitu to sama aku?"

Azizil hanya tertawa. Lalu ia mengecup pucuk kepalamu kilat.

Kecup kecup mulu, awas bosen.

"Kamu gemesin soalnya. Takut gabisa nahan gemes, malah aku makan kamu disini, gimana?"

My Sweet Captain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang