"Ma," panggil Alvin kepada wanita paruh baya yang sedang memasak untuk makan malam. Merasa terpanggil, wanita itu melihat anaknya bersama seorang gadis cantik yang sedang memakai dress selutut.
"Omg, cantiknya," pekik wanita itu yang dirasa mama Alvin dengan heboh. "Panggil papa kamu, suruh turun ke bawah untuk makan bersama."
"Sini cantik, duduk deket mama. Oiya, kamu dari keluarga mana? Sekolah dimana? Anaknya siapa? Perusahaannya dimana? Siapa tau bisa bekerja sama," cerosos mama Alvin.
"Stop ma, kita mau makan bersama, bukan mau interview," bela Alvin.
"Kan cuman kepo doang," gerutu Alvin.
"Kalau begitu, papa gak usah jodohin kamu lagi. Sekarang karena umur kamu sudah 27 tahun tentukan tanggal pernikahan sendiri," kata papa Alvin dengan santai.
"Apa? Nikah? 27 tahun?" Pekik Kyla penuh keterkejutan yang membuat keluarga itu seketika melihat Kyla.
"Ah bentar pa, nikah? Apa maksud papa? Bukannya kalau aku udah bawa pacar semua selesai?"
"Ujung dari pacaran apa? Nikah kan? Papa gak mau kalau hubungan cuman main-main doang," tegas papa Alvin dan memilih untuk pergi dari ruang makan.
"Ma," panggil Alvin.
"Turutin aja kemauan papa," jawabnya dan mengekori tubuh suaminya.
"Apa-apaan ini? Gue masih sekolah dan bulan depan baru akan lulus. Enak aja diajak nikah, sama om-om lagi. Ogah," protes Kyla.
"Idih siapa juga yang mau ngajak lo nikah? Gak sudi gue punya istri jelek kek elo. Dan what? Om-om? Gue lo panggil om-om? Gue masih kelihatan muda dan lo yang kelihatan tua."
"Eh elo ya yang tua. Udah tua, pedofil lagi. Malu-maluin," bentak Kyla dan memilih untuk keluar dari rumah besar milik keluarga Alvin.
"Tunggu aja, gue bakal matahin kata-kata lo," gumam Alvin penuh amarah.
***
"Ky, gue pulang dulu ya. Bye," kata teman sebangku Kyla yang dibalas dengan lambaian tangan oleh gadia itu.
"Ok, gue harus fokus buat UN. Semangat," kata Kyla penuh semangat sambil merapikan beberapa buku untuk dimasukkan ke dalam tasnya.
"Belum pulang?" Tanya seorang penjaga perpustakaan.
"Belum bu, mau pinjam buku dulu," jawabnya sambil tersenyum basa basi. Masih mencari dan terus mencari tanpa menemukan buku yang pernah ia sembunyikan di belakang rak membuatnya sedikit kecewa.
"Dimana sih bukunya? Jelas-jelas udah ditaruh sini," jengkelnya. Bersamaan itu terdengar sebuah deringan dari ponsel gadis itu menandakan sebuah pesan masuk.
Om-om pedofil
Temui gue di restoran Karazen
Pukul 17.00. Karena gue gak suka menunggu, telat 1 detik sama dengan pemotongan gaji 1 juta."What? Gila banget tuh om-om. Sekarang jam berapa?" Gumamnya sambil melihat jam tangannya. "Mampus, kurang 10 menit lagi," katanya sambil bergegas keluar dari perpustakaan.
17.00
"Cih, tepat waktu juga," gumam seorang pemuda yang baru saja melewati Kyla yang sedang terengah-engah. "Seragam sekolah? Lo masih mau ngajak ribut, hah?" Bentak Alvin ketika mengamati pakaian yang dipakai Kyla.
"Diem dulu, gue capek," kata Kyla sambil menutup mulut Alvin karena tidak ingin mendengar ocehannya.
"Jauhin tangan kotor lo, cuih," ludah Alvin setelah berhasil menjauhkan bibirnya dari telapak tangan Kyla.
"Lo, lo gadis yang gak tau diuntung. Udah gue kontrak dengan gaji besar, dapet cowok tampan kek gue. Terus mau kencan lo pake seragam SMA? Lo mau malu-maluin gue? Lo mau ngelihatin kalau gue pedofil yang suka ama anak kecil gitu?"
"Gue haus," kata Kyla tak peduli sambil mengambil botol minumnya. "Yah, habis," gumam gadis itu.
"Pesen sono," suruh Alvin.
"Gak punya uang."
"Gue udah dp lo."
"Tapi di tempat ini harganya mahal. Cangkir kecil aja seharga Rp 150.000 itupun bisa dihabisin sekali tegukan. Mending beli botol aqua harga 2.000 bisa beberapa tegukan," jelas gadis itu.
"Gue kasih 15 juta apa masih ada bandingannya dengan minuman disini hah?"
"Iya, ada bandingannya. Gue mending minum air putih di rumah, Gratis! Dan uang bisa di tabung buat biaya kuliah gue daripada minum disini yang gue tahu pasti rasanya aneh."
"Untuk kedepan jangan bahas kek gini lagi. Malu-maluin. Pelayan," panggil Alvin.
"Padahal yang mulai situ," dumel Kyla dengan pelan.
"Gue denger. Lo mau minum apa?" Tawar Alvin.
"Gak usah, gue capek mau pulang," jawab Kyla yang hendak pergi langsung ditahan Alvin dengan tatapan tajam tanda dia marah.
"Baiklah, karena tuan muda sudah menawarkan, maka saya tidak akan segan-segan lagi." Sambil mengambil menu yang berada dekat pintu utama. "Eummm, jadi saya pesan ini, ini, ini, ini, ini, ini dan ini," kata Kyla kepada pelayan tadi yang mengikutinya. "Bawa di tempat tadi ya." Yang mendapat anggukan dari pelayan itu.
"Kenapa lama banget sih, cuman minuman doang juga. Bagaimana sih pelayanan disini," gerutu Alvin yang hanya dibalas Kyla dengan mengidikkan bahu. Bodo amat.
"Maaf tuan, nona lama menunggu. Ini pesanannya," kata pelayan sambil menghidangkan makanan yang cukup banyak yang berdominan rasa coklat. Manis dan beberapa jenis steak.
"Selamat makan," kata Kyla penuh kebahagiaan. Sedangkan Alvin? Ia sedang tertegun dengan pemandangan ini.
"Lo pesan semua ini?"
"Menurut anda tuan?" Sambil memakan steak dan meminum milkshake secara bersamaan. "Enaknya," pekik Kyla tak tertahan.
"Hentikan," bentak Alvin. "Selama ini gue udah nyuruh lo olahraga buat nurunin berat badan dan sekarang lo makan kek ginian? Manis semua? Sudah cukup, ikut gue sekarang." tarik Kyla.
"Gue belum selesai, setidaknya dibungkus lah buat gue dirumah," rengek Kyla di tengah seretannya. Tapi bersamaan itu ia dapat meraih sebuah botol berisi milkshake coklat yang ia pesan.
"Buang," perintah Alvin sebelum menyuruh gadis itu masuk ke dalam mobil. Mendengar suara tegas itu membuat gadis itu cepat-cepat meminumnya tanpa menyisakan setetespun.
"Nakal ya?" Sambil mendongakkan kepala gadis itu. Penuh bekas coklat yang menyebar di sisi mulutnya. "Dasar anak kecil, makan aja kagak bener. Lo tuh statusnya pacar gue, jaga image! Atau lo sengaja bikin gue..."
"Mau apa lo?" Tanya Kyla yang akhirnya membuka suara.
"Bersihin mulut lo dengan mulut gue lah," balas Alvin santai.
"Gak perlu, gue bisa sendiri." Yang langsung membersihkan dengan pakaian di lengannya.
"Jorok!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sebuah Kisah
Fiksi RemajaAku mencintaimu. Tapi, kenapa kamu tidak memercayaiku? [April]