04 - laut

220 19 0
                                    

"laut yang berisik itu bikin hati tenang"

Sudah 5 hari yang lalu kejadiian Haruki di tampol sama Geo, keadaan nya mulai berantakan sejak hari itu mereka berdua tidak mengobrol ataupun tegur sapa walaupun tinggal nya masi satu atap.

Menurut Haruki, Geo adalah manusia yang kejam dan tidak berperasaan dengan keluarga sendiri apa lagi kalo dengan orang lain.

"Haru udah jam segini kamu ga berangkat pkl?" tanya sang ibu 

"Ngga bu, Haru udah izin ke perusahaan sama pembimbing nya kalo sekarang Haru ga bisa masuk dulu karna ga enak badan"

"Kamu masi sakit hati sama abang mu?"

"Ngga bu, Haru butuh waktu sendiri tolong ngertiin Haru dulu ya bu"

Sara yang mendengar itu dari mulut sang anak langsung pergi dari kamar Haruki, Haruki yang sama sekali tidak melihat ibu nya dan masi terbaring di kasur sambil mengumpatkan seluruh badan nya dengan selimut.

Mengingat masa-masa dengan ayah nya membuat ia merasa bahagia sekaligus sedih, ia masi butuh peran ayah nya, abang nya sama sekali tidak bisa mengasi kebahagiaan kepada keluarganya, abang nya hanya mementingan diri nya sendiri.

"Ayah, coba ayah masi disini mungkin hidup haruki ga bakal begini, keluarga ga bakal hancur begini" ia menangis  tanpa ada nya suara, merasakan sakit di hati nya yang tak kunjung pudar padahal sudah jalan 1 tahun ayah nya itu hilang di telan lautan.

"Haru takut lupa muka sama suara ayah" ia mengingat jelas bagaimana suara ayah nya tapi pudar, ia hampir lupa dengan suara sang ayah. Tidak ada kenangan di handphone milik nya, hanya memiliki beberapa foto ayah nya saja itu pun di taruh di fb agar tidak hilang.

"Aa jangan sedih" 

Haruki terkejut saat mendengar kata-kata itu, ia tidak tau kalau Zea masuk ke kamarnya, ia sangat amat lupa untuk mengunci pintu agar tidak ada orang yang memasuki kamarnya. Ia cepat-cepat menghampus air mata nya dan membuka selimutnya agar seakan akan ia itu baru terbangun dari tidurnya.

"Eh Zea, aa ga nangis tadi cuma mimpi doang kok" ia ingin membohongi Zea tapi ga bisa karna anak itu bukan bocah yang masi bersekolah di paud

"Aa Zea udah gede bukan anak kecil lagi, di mata aa Zea masi umur 5 tahun kah?" sambil mengucapkan kata-kata itu Zea terlihat sedih karna Haruki yang berbohong.

"Jangan sedih nanti aku juga ikut sedih" lanjutnya.

Haruki yang melihat itu memikirkan cara agar Zea percaya terhapnya tapi pikiran dia disitu buntu dan mau ga mau dia harus jujur agar tidak lebih rumit lagi.

"Iya aa janji" ucapnya sambil tersenyum 

Zea yang melihat keadaan abang nya sudah tidak sedih lagi ia pergi meinggalkan abang nya dan pergi untuk makan lalu berangkat ke sekolah karna sebentar lagi jam masuk sekolah. Haruki yang melihat Zea berangkat sekolah ia sangat sedih, anak yang masi sd itu harus membantu keuangan keluarga dan setiap pulang sekolah ia pergi mengupas kerang hijau lalu uang nya untuk ibu nya, di usia nya yang harus nya main sama teman-teman nya dan hanya meminta uang jajan justru dia malah mencari uang sendiri untuk ia jajan dan menambahkan untuk makan.

"Maaf, maaf Ze aa belum bisa bikin kamu bahagia di masa-masa sd" ia  merasa bersalah karna tidak bisa apa-apa untuk saat ini, ia hanya bisa membantu ibu nya berjualan di sore hari walupun ibu nya sudah berkeliling di siang hari.

Demi apapun di posisi ini sangat amat tidak enak, kehilangan masa kejayaan dan permasalahan uang di masa-masa remaja nya apalagi Haruki yang masuk di sekolah swasta, untung nya Zea bersekolah di negeri jadi tidak terlalu kepikiran untuk mengeluarkan uang begitu banyak lagi untuk sekolah.



୧▒ •̀ o •́ ▒୨

Sudah malam, Haruki masi duduk di atas dam untuk menenangkan hati nya dan mengobati rasa kangen nya terhadap ayah nya, setiap ia kangen atau memiliki masalah ia akan pergi untuk melihat laut, karna setiap melihat laut hati nya tenang dan semua masalah seketika ilang walaupun nanti sampai di rumah masalah itu akan datang lagi dengan sendiri nya.

"Ayah, Haru kesini lagi ayah pasti lagi lihat anak gagal di keluarga lagi mengeluh lagi di tepian laut ya? Ayah bangga ga si sama Haru karna sudah bertahan di tahap ini. Yah.. di kehipan selanjutnya semoga kita bertemu sebagai ayah dan anak lagi ya.. jangan di kehidupan selanjutnya deh, semoga suatu hari nanti ayah pulang ke rumah aja itu yang Haruki mau, ibu juga belum nikah lagi sampai sekarang dia masi nangisin ayah tau" ucap nya sambil tertawa kecil.

Haruki masi tenang duduk di situ tanpa melihat jam, padahal hari sudah mulai begitu galap mungkin sekitar jam 22.00 malam. Entah setan apa yang merasuki anak itu ia masi duduk di situ dan tidak kembali ke rumah nya padahal jarak ke rumah nya dekat, ia kembali sekitar pukul 23.45 dan pintu sudah di kunci semua, ia gamau menggangu orang orang rumah yang sudah tertidur lelap, untung nya di belakang rumah nya ada bale yang lumayan besar dan ada ayunan yang di bikin oleh sang ayah untuk melihat laut ketika sedang bosan, ia menaiki ayunan itu dan tertidur disitu.

Pagi pukul 5.30 Sara yang membuka pintu belakang untuk melihat laut dan menghirup udara segar di sana terkejut melihat ayuanan yang di naiki seseorang, ia mendekat ke arah itu untuk mengecek siapa yang berada di sana siapa tau orang jahat atau orang gajelas yang menaikinya, dan saat mengecek ia kaget karna itu Haruki anak nya sendiri, bingung kenapa anak nya tidur di sana bukan di kamar nya sendiri ia ingin membangunkan tapi tidak enak hati karna Haruki tertidur dengan lelap.

Ia duduk di bale yang berada di bawah ayunan itu untuk menunggu sang anak bangun, sekitar 30 menit berlalu Haruki terbangun karna sinar dari matahari yang mengenai muka nya itu, ia ingin masuk rumah karnan pemikiran dia ibu nya masi tertidur, baru saja ia mengubah posisi dari tidur ke duduk di ayunan dan melihat ke arah kanan, ia menemukan ibu nya yang sedang bersandar di bambu.

"Eh ibu hehehe" 

Sara tersenyum "Udah jam segini ru, sana mandi kamu pkl kan hari ini? apa izin lagi karna masi sakit?"

"Ngga bu Haru hari ini masuk, Haru mau siap-siap dulu ya bu" mendengar itu Sara menganggukan kepalanya dan pergi untuk melihat laut yang indah itu terdapat Raki di dalam nya, walaupun ia tidak tau Raki hilang di bagian mana tapi menurut dia di mana pun itu tetap ada Raki di dalam nya.

"Teh, mau sampai kapan begini?" ucap perempuan yang berada di belakang Sara.

Sara melihat sosok tersebut dan hanya membalas dengan senyuman saja lalu lanjut untuk melihat laut lagi, ia masi belum berdamai  dengan semua nya, ia masi sakit ketika melihat lautan tapi dengan melihat lautan ia akan melihat sosok Raki di dalamnya.

"Dari pada kamu diam di situ mending sini berdiri di samping aku, liat lautan yang indah yang di dalam nya ada Raki" 

Perempuan itu menuju ke Sara dan berdiri tepat di samping nya, melihat kondisi Sara dari raut muka nya itu seperti sangat bahagia tapi beda dengan isi hati nya.

"Kamu ga cape setiap pagi liat laut"

"Buat apa cape, cape aku ilang ti, ini buat ngobatin rasa kangen aku sama mas Raki" ia tersenyum waaupun hati nya tersayat.

"Kamu belum ikhlas kan?"

"Kamu tau jawaban nya kok ti"

Laut yang setenang itu bahkan bisa menghilangkan seseorang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, sampai kapan pun itu dia akan abadi di hati anak-anak nya dan di hati istri tercinta nya, selamat menjelajahi lautan  sendirian yang luas ini Raka Adistian jangan lupa untuk kembali ke rumah untuk menemui  dan bercanda dengan anak dan istrimu.

thallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang