Ch.20 -Jebakan II

31 2 0
                                    


aku berusaha tak mengeluarkan suara. Tapi, karena aku pegal jadi aku sedikit menendang kaki meja, dan itu berhasil membuat meja nya bergerak dan mengeluarkan suara.
Sontak itu membuat sipenculik membalik kebelakang, padahal tadi dia sudah melewati ku.

***

Holy shit!! 

"Hai" sapaku setelah keluar dari bawah meja.

Namun penculik itu malah mengambil ancang-ancang untuk memukul ku, dia mengangkat pukulan besbol itu dengan perlahan.

Aku tersenyum tipis, lalu mulai memasang kuda-kuda, menerima balik sapaan nya.

Braakk  aku mengelak, pukulan nya meleset mengenai lemari kaca dibelakang ku. Untung nya aku tidak terkena serpihan kaca itu.

Aku balas memukul nya dengan pukulan seribu bayangan, seperti di film Naruto, yang bisa menghabisi musuh hanya dalam sekali pukulan.

Penculik itu tersungkur, sebelum dia mulai bangkit aku sudah menginjak punggungnya. Dan itu membuat nya mengeluarkan geraman.

'akhh shit' mataku terkena debu, akibat penculik itu melemparkan segenggam tanah, namanya juga rumah sakit lama jadi agak kotor.

Sial mataku sekarang tidak bisa melihat dengan jelas, bugg aku merasakan punggung ku di hantam, aku berusaha menahan sakit yang amat teramat. Hampir saja aku kehilangan kesadaran, namun itu tetap kupertahankan.

Sekali lagi, pipi ku di hantam oleh pukulan penculik, aku sempoyongan, kepalaku sudah sangat pusing, dan pandanganku pun kabur.

Sebelum penculik itu memberikan pukulan nya yang ketiga, tiba-tiba ada yang menendang nya dari arah samping, aku tidak bisa melihat nya dengan jelas karena masih kelilipan.

Yang kutahu hanya suara teriakan penculik, dan setelah itu aku tidak mendengarkan lagi.

"Put, putri" samar-samar aku mendengar suara Diego.

"Put, lo minum dulu." Aku mengambil botol air yang disodorkan Diego, lalu kutegak hingga setengah.

Setengah nya aku buat untuk mencuci mata ku yang terkena debu akibat si penculik tadi.
Setelah itu aku mengatur nafas, kepala ku masih terasa pusing, dan punggung ku perih.

Setelah meredakan sedikit rasa sakit, aku mulai bertanya kepada Diego.

"Ko Lo bisa disini?" Tanyaku.

"Terus ngebiarin lo jadi korban penculikan?" Tanya nya balik, yang terkesan mamarahiku.

Oke ini memang sebuah keberuntungan, karena kalau tidak ada Diego seperti yang dikatakannya tadi, bisa-bisa aku malah yang ditangkap.

Karena dia sudah menyelamatkan aku, aku tidak mendebat nya lagi. Aku berusaha bangun untuk berdiri, namun masih sempoyongan karena punggung ku masih terasa sakit.

"Ngapain kesini? Tempat sepi sendirian lagi." Setelah aku berhasil berdiri sempurna, malah Diego mulai mengintrogasi ku.

Aku mendongak menatap sengit kearah nya, "ngk bisa liat apa gue lagi luka gini, lo interogasi?"

Dia masih dengan wajah masam nya, "ngk usah ngalahin pembicaraan, ngapain lo dateng kesini?"

Aku tambah mendelik tak suka, mau tau saja semua urusan orang lain, aku mengeluarkan handphone ku dan membuka pesan dari villa, lalu kusodorkan ke arah Diego, siapa tau dia bisa bantu.

Sebenarnya aku tidak mau minta bantuan ke orang lain selagi kita mampu, berhubung aku lagi terluka dan Diego udah disini, apa boleh buat.

Yang kulihat mukanya agak berekspresi, dia mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Well ngk banyak ekspresi dari wajah nya, paling cuma masam, datar, menyebalkan. Yang rasa-rasanya mau aku tonjok sampai bonyok.

"Lo datang kesini karena pesan ini?" Tanya nya, sambil menyerahkan kembali handphone ku.

"Apa lagi kalo bukan." Jawab ku enteng.
Diego hanya manggut-manggut.

"Yaudah yok, kita mulai pencarian nya." Aku memimpin jalan didepan, sedangkan Diego menyusul dibelakang.

Kami mulai menyusuri lorong yang lain, menurut ku lorong ini seperti tidak ada ujungnya, yang kami dapati hanya ruang-ruang kosong.
Hingga tiba-tiba aku memberhentikan langkah ku.

"Heh, kalau kita nyari nya gini ngk bakal ketemu, mending kita mencar, rumah sakit Segede ini." Kataku memberi usul.

Diego menggeleng keras, "gue ngk mau, gimana nanti lo ketemu sama pelakunya lagi, terus lo dalam bahaya ngk ada yang tolongin."

Hm....masuk akal juga, daripada aku mati konyol disini, mending aku cari aman aja, eh.. tunggu sejak kapan aku cari aman? Perasaan hidup aku ngk pernah ada aman-aman nya deh.

Aku tak mendebat nya lagi, "yaudah, kita mulai pencarian nya dari mana?"

"Menurut gue, kita carinya dari lantai atas aja, biasanya di film-film action kan gitu, si pelaku nyembunyiin korban di lantai atas." usul si Diego.

_______

Jangan lupa vote my story plis.

Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang